DeFacto.id – Pada hari ini, 28 November 1942, Angkatan Laut Perancis menghancurkan sendiri kapal-kapal perang kebanggaan mereka.
Tindakan pengrusakan ini guna menghindari pihak Nazi-Jerman merebut dan menggunakan kapal tersebut untuk keperluan perang.
Dua tahun sebelumnya, 22 Juni 1940, Perancis bertekuk lutut pada Jerman dalam serbuan darat yang sangat cepat. Pasukan Jerman mampu mengalahkan AB Perancis hanya dalam waktu 6 minggu.
Oleh Hitler Perancis kemudian dibagi dua. Sebagian barat dan utara dalam penguasaan penuh Jerman, sedang separuh sisanya, sisi timur dan selatan diberikan pada negara baru – pemerintahan boneka – Perancis, dengan nama France Fichy.
Jerman mendapat untung sangat besar dengan aneksasi ini. Perancis adalah lumbung makanan. Gandum sangat melimpah, daging dan juga anggur yang enak. Hasil lainnya adalah karet yang didatangkan dari kawasan indocina yang saat itu masih milik Perancis.
Karet sangat penting bagi mesin perang. Jutaan ban diproduksi untuk memasok truk, sepeda motor, mobil dan kebutuhan suku cadang tank dan kapal perang.
Angkatan Laut Perancis merasa tak lagi memiliki ‘tuan’. Mereka menolak bergabung dengan Jerman, namun juga tak mau bekerja di bawah pemerintahan boneka.
Maka, tindakan penghancuran adalah pilihan pahit yang harus ditempuh.
Pada hari itu dihancurkan 77 kapal, termasuk 3 battleship, 7 kapal penjelajah, 15 kapal perusak, 13 kapal terpedo dan 12 kapal selam.
Sebagian besar anggota AL-nya kemudian lari ke Inggris dan bergabung dalam pemerintahan Perancis ‘Perjuangan’ atau kerap disebut ‘Free France’ di tanah Inggris yang dipimpin oleh jendral Charles de Gaulle.
Serbuan sekutu pada wilayah Perancis barat yang dikuasai Jerman pada 6 Juni 1944 adalah upaya Amerika, Inggris, Kanada dan 36 negara lainnya untuk membebaskan kembali tanah Perancis.
Pasukan Perancis yang selama ini berjuang dari luar negeri juga turut dalam serbuan itu.
Ibukota Paris baru bisa dibebaskan dan benar-benar bisa dikuasai kembali pada tanggal 26 Agustus 1944, setelah selama 4 tahun hidup dalam penjajahan Nazi-Jerman. *Gun
DeFacto.id – Pada hari ini, 28 November 1942, Angkatan Laut Perancis menghancurkan sendiri kapal-kapal perang kebanggaan mereka.
Tindakan pengrusakan ini guna menghindari pihak Nazi-Jerman merebut dan menggunakan kapal tersebut untuk keperluan perang.
Dua tahun sebelumnya, 22 Juni 1940, Perancis bertekuk lutut pada Jerman dalam serbuan darat yang sangat cepat. Pasukan Jerman mampu mengalahkan AB Perancis hanya dalam waktu 6 minggu.
Oleh Hitler Perancis kemudian dibagi dua. Sebagian barat dan utara dalam penguasaan penuh Jerman, sedang separuh sisanya, sisi timur dan selatan diberikan pada negara baru – pemerintahan boneka – Perancis, dengan nama France Fichy.
Jerman mendapat untung sangat besar dengan aneksasi ini. Perancis adalah lumbung makanan. Gandum sangat melimpah, daging dan juga anggur yang enak. Hasil lainnya adalah karet yang didatangkan dari kawasan indocina yang saat itu masih milik Perancis.
Karet sangat penting bagi mesin perang. Jutaan ban diproduksi untuk memasok truk, sepeda motor, mobil dan kebutuhan suku cadang tank dan kapal perang.
Angkatan Laut Perancis merasa tak lagi memiliki ‘tuan’. Mereka menolak bergabung dengan Jerman, namun juga tak mau bekerja di bawah pemerintahan boneka.
Maka, tindakan penghancuran adalah pilihan pahit yang harus ditempuh.
Pada hari itu dihancurkan 77 kapal, termasuk 3 battleship, 7 kapal penjelajah, 15 kapal perusak, 13 kapal terpedo dan 12 kapal selam.
Sebagian besar anggota AL-nya kemudian lari ke Inggris dan bergabung dalam pemerintahan Perancis ‘Perjuangan’ atau kerap disebut ‘Free France’ di tanah Inggris yang dipimpin oleh jendral Charles de Gaulle.
Serbuan sekutu pada wilayah Perancis barat yang dikuasai Jerman pada 6 Juni 1944 adalah upaya Amerika, Inggris, Kanada dan 36 negara lainnya untuk membebaskan kembali tanah Perancis.
Pasukan Perancis yang selama ini berjuang dari luar negeri juga turut dalam serbuan itu.
Ibukota Paris baru bisa dibebaskan dan benar-benar bisa dikuasai kembali pada tanggal 26 Agustus 1944, setelah selama 4 tahun hidup dalam penjajahan Nazi-Jerman. *Gun