DeFacto.id – Sukses dengan ‘Dunkirk’, sutradara Christopher Nolan kini garap film genre thriller berjudul ‘Oppenheimer’. Menarik. Sangat menarik.
Judul film diambil dari nama orang, lengkapnya Julius Robert Oppenheimer adalah profesor bidang Fisika Teori di Universitas Berkeley.
Dia pemimpin proyek vital semasa PD2 -Manhattan Project- yang kelak menghasilkan bom atom!
Benar, Oppenheimer adalah ‘bapak’ bom atom yang dua hasil karyanya -kemudian- terpaksa dijatuhkan di Hiroshima, 6 Agustus, dan Nagasaki, 9 Agustus 1945.
Aktor Irlandia, Cillian Murphy (Anthropoid, Peaky Blinders) diminta berperan sebagai Oppenheimer, wajah tirusnya memang mirip.
Universal Studio yang jadi juragan film ini belum merilis detil. Jadi, ya, kebetulan, karena saya tidak mau spoiler.
Maka, mari kita melipir sebentar, menggali kisah lama.
Simak urutannya:
Hitler bunuh diri di bunkernya di Berlin, 30 April 1945. Rezim Nazi Jerman resmi menyerah pada Sekutu sekitar satu minggu kemudian, 7 Mei. Esoknya, 8 Mei 1945 peristiwa penting ini menjadi pengumuman paling meriah sekaligus melegakan di Eropa dan Amerika: Jerman menyerah, perang berakhir di Eropa!
Kemudian tanggal 17 Juli 1945 digelar konferensi Potsdam. Diadakan di Potsdam, sebuah kota kecil nan tenang di Jerman.
Yang hadir adalah – 3 Besar- negara pemenang perang: Inggris, Amerika dan Uni Sovyet. Agendanya: menentukan nasib Jerman setelah perang, juga dibicarakan bagaimana membangun kembali Eropa yang porak poranda.
Agar tidak membahayakan lagi, kita tahu kelak, Jerman dibagi menjadi dua: Barat dan Timur. Barat di bawah naungan Amerika, Inggris dan Perancis karena negara ini masuk dan menaklukkan Nazi dari arah barat.
Sementara di bagian timur dalam ‘asuhan’ Uni Sovyet, ya, karena Tentara Merah menyerbu dari timur. Bagaimana dengan ibukota Berlin? Biar adil, ya, dibagi dua juga, diberi pagar pembatas tinggi yang memisahkan Berlin Barat (Amerika) dan Timur (Sovyet)
Masalah perang di Eropa selesai. Namun tidak di Asia.
Perang masih berkecamuk dengan sengit di Asia-Pasifik. Jepang alot – baca: keras kepala – alias sulit sekali untuk ditaklukkan. Meski terus kalah, tak ada kamus menyerah dalam militer Jepang.
Tanggal 23 Februari malam, tahun 2022, saat tulisan ini dibuat, dan pada tanggal yang sama di tahun 1945, pulau kecil Iwo Jima baru saja ditaklukkan. Bendera Amerika dikibarkan pertama kali oleh 6 Marinir di puncak Suribachi, sebuah gunung kecil di sisi selatan pulau yang tingginya hanya 169 meter.
Iwo Jima, pulau terluar (letaknya di tenggara)asli milik Jepang, berhasil dikuasai? Tunggu dulu, bendera baru berkibar di sisi selatan! Artinya perang masih berkecamuk dengan sengit di sebelah utara pulau! Ya, Iwo Jima masih melakukan perlawanan!
Jauh hari sebelum serangan digelar, Laksamana Chester William Nimitz, komandan AL-Amerika yang merancang penyerbuan ke Iwo Jima melakukan blunder berat: ia salah menaksir kekuatan musuh!
Nimitz menilai untuk menaklukkan pulau kecil nan tandus dengan aroma belerang pekat di sebelah selatan ini hanya dibutuhkan waktu lima sampai 7 hari saja.
Taksiran yang masuk diakal mengingat memang tidak apa-apa di Iwo. Tak ada sumber air, tak ada sumur juga tak ada pepohonan. Hanya rumput terhampar, pasir hitam dan bebatuan dimana-mana.
Pulau karang ini keras dan panas bukan main kalau siang terik.
Karena hanya ‘kerja’ satu minggu, perintah pada meriam-meriam kapal perang untuk membombardir pulau Iwo Jima selama 8 hari pun dicoret menjadi hanya tinggal 3 hari saja.
Taktik bombardir oleh meriam utama kapal perang umum dilakukan bila militer akan merebut sebuah pulau. Ini serangan pembuka, sebelum pasukan marinir masuk menyerbu. Tujuannya, ya, untuk memperlemah pertahanan pulau.
Alasan pengurangan waktu pemboman juga masuk dalam logika. Tak ada apa-apa disana, manusia mana yang tahan dibombardir non-stop 3×24 jam oleh ratusan meriam kapal perang kaliber besar? Tak ada yang sanggup bertahan! Tak ada perlindungan!
Ternyata komandan pasukan Jepang yang mempertahankan Iwo Jima bukan komandan kelas kaleng-kaleng, ia adalah letnan jendral AD Tadamichi Kuribayashi!
Ia pernah kuliah di Universitas Harvard, diplomat, ayah yang hebat, suami yang baik, pelukis dan penulis puisi yang menawan. Kuribayashi dan admiral Isoroku Yamamoto, koleganya dari AL, adalah dua diplomat Jepang yang sama-sama pernah bertugas di Washington dan sama-sama mengenyam pendidikan di Harvard. Pendeknya, keduanya sangat ‘melek’ soal Amerika, tahu benar kekuatannya.
Dua orang ini juga yang sudah mewanti-wanti sejak awal -sebelum Jepang menyerang pelabuhan Pearl Harbor di Hawaii – bahwa “perang melawan Amerika adalah sebuah kesalahan! Seperti membangunkan raksasa yang sedang tidur”, itu karena baik Kuribayashi dan Yamamoto melihat kekuatan SDM dan terutama SDA-nya sepuluh kali lebih kuat dari Jepang.
Nah, untuk mempertahankan Iwo Jima, Kuribayashi memakai taktik dasar TzunTzu, ahli stategi militer China kuno, yang salah satu ajarannya adalah: “bila kamu kuat, sembunyikanlah!”
Kuribayashi melihat gugusan karang di pulau bisa menjadi benteng yang kuat, untuk itu ia membangun pertahanan bukan ke atas melainkan ke dalam tanah! Rangkaian terowongan rumit ia bangun dengan cepat sebelum Sekutu menyerbu.
Maka, saat pesawat pengintai Amerika terbang di atas pulau, pilotnya tidak melihat apa-apa. Tak ada benteng pertahanan yang mencolok, tak ada barisan meriam disana. Itu sebabnya Nimitz menaksir ‘pekerjaan’ di Iwo Jima bisa dilakukan selama 5-7 hari saja.
Ternyata ia salah besar! Untuk menguasai pulau seluas hanya 21 km persegi itu dibutuhkan waktu 1 bulan dan 7 hari atau 37 hari bukan 5-7 hari!
Korban manusia untuk merebut Iwo Jima bikin merinding: 27.071 tentara Amerika luka-luka, meninggal: 6.021 orang. Korban di pihak Jepang lebih mengerikan, hampir 20.000 tentara gugur dan hilang! Pulau kecil itu telah menjadi neraka!
Selesai di Iwo Jima, Amerika kemudian menyerang dari sisi selatan: pulau Okinawa. Kali ini lebih besar ukurannya: 2.281 km persegi, merebutnya juga lebih lama: 2 bulan dan 3 minggu, dengan korban juga sangat besar: hampir 21.000 tentara Amerika gugur, sementara di pihak Jepang: 78.000 orang!
Amerika gempar. Rakyat marah dan menekan Konggres. Para wakil rakyat itu kemudian menginjak kaki presiden, dan, ujungnya, Nimitz kena marah.
Inti persoalannya adalah, bila dilakukan perang secara konvensional maka kapan perang akan berakhir? Merebut dua pulau saja angka korban demikian besar! Padahal Jepang memiliki 7.000 pulau! Berapa puluh bahkan ratus ribu nyawa lagi yang dibutuhkan untuk mengakhiri perang di Asia?
(harus ada cara lain untuk menekan lawan: Bom Atom!)
Siapa cepat dia kuat.
Tentang bom pamungkas dengan daya ledak hebat ini sebenarnya sudah dipikirkan banyak kalangan di akhir 1930-an. Hitler sudah menciumnya, Stalin pun telah mengendus bahkan Jepang juga tahu. Di seberang benua, Amerika diam-diam bersiap diri.
Secara senyap memang terjadi perlombaan, juga saling intip, siapa nih yang duluan bisa membuatnya. Yang berhasil tentu akan menjadi negara kuat. Ini senjata hebat yang bisa digunakan untuk menekan lawan, karena satu ‘butir’ saja bisa meluluhlantakkan sebuah kota!
Menurut catatan, akhir 1930 dua orang ilmuwan Jerman yakni Otto Hahn dan Fritz Strassmann, keduanya ahli kimia, serta Lise Meitner berhasil menunjukkan bahwa penyerapan Neutron bisa menyebabkan atom-atom Uranium terpecah-pecah, dan berpotensi menimbulkan ledakan.
Saat laporan itu tersebar, seorang fisikawan Italia bernama Enrico Fermi melihat peluang temuan dasar dari Jerman itu bisa dikembangkan menjadi senjata mematikan. Fermi lalu mengontak Angkatan Laut Amerika Serikat dan mengusulkan untuk membuat senjata atom.
Di sisi lain, diam-diam Albert Einstein -seorang fisikawan jenius- menulis surat kepada Presiden Amerika, Franklin Delano Roosevelt (FDR).
Isi surat, Einstein risau kalau-kalau Jerman yang pertama berhasil mengembangkan bom atom. Dunia bisa hancur. Tanpa bom atom di tangan saja Hitler sudah begitu menakutkan. Nah, melihat laporan ahli kimia tadi, besar kemungkinan Jerman bisa lebih dahulu membuatnya.
Kegalauan Einstein segera ditindaklanjuti dengan cepat. 1940 FDR membentuk Komite Penasihat Uranium, dan tanpa membuang waktu 9 Oktober 1941 dengan menggandeng Kanada dan Inggris proyek membuat bom dimulai. Namanya disamarkan Manhattan Project, pemimpinnya fisikawan keturunan Yahudi: Julius Robert Oppenheimer!
Proyek ini tidak saja disamarkan namun juga sangat dirahasiakan. Untuk mengecoh pelacakan oleh intelijen asing, pengerjaannya sengaja dipritil -diurai- menjadi beberapa bagian.
Tidak saja tersebar di dalam negeri Amerika (di 18 lokasi), namun juga di Kanada (2 lokasi). Bahan baku Uranium yang ditambang dari Afrika Tengah harus dibawa terurai dan diselundupkan dengan cepat ke alamat tujuan.
Seandainya sebuah mobil, pembuatannya tersebar di berbagai tempat. Misalnya bagian mesin di Kanada, ban di kawasan barat Amerika, bodi mobil di selatan, baterei di timur…begitu seterusnya.
Sulit untuk mengendus kegiatan ini. Semua serba rahasia. Para pegawainya sendiri bahkan tidak tahu apa yang mereka kerjakan. Seorang pegawai wanita yang mengurus tabung-tabung pendingin baru menyadari apa -hasil- ‘pabrik’ dimana ia bekerja, beberapa tahun kemudian setelah bom digunakan! Dan ia sangat syok ketika tahu produk pabriknya menewaskan puluhan ribu orang dalam sekejap!
Manhattan Project adalah pekerjaan raksasa, tahun 1942 risetnya sudah melibatkan 100.000 orang. Tiap kantor antar bagian selalu menerapkan protokol keamanan ketat dimana semua pegawainya disumpah untuk menjaga rahasia.
Sudah hal jamak poster/ billboard besar berisi ‘peringatan’ terpajang di halaman kantor. Isinya agar semua pegawai hati-hati dalam menjaga rahasia, misalnya: “Sudahkah laci Anda dikunci saat pulang?” , “Jangan biarkan buku Anda terbuka saat meninggalkan ruangan” atau “Apa yang Anda lihat, yang Anda kerjakan, yang Anda dengar disini, saat Anda pergi dari sini, mohon (semua itu) tetap disini (jangan dibawa keluar)”
Kelak, hasil dari semua rangkaian ‘pabrik’ tadi, dalam bentuk terurai, akan dikirim ke satu tempat rahasia yang terletak di sebuah gurun di kawasan negara bagian New Mexico di bagian selatan Amerika.
Itulah laboratorium yang dikenal dengan nama Los Alamos atau Project Y, tempat merakit dan –akhirnya- melakukan uji coba bom Atom. Los Alamos dipimpin oleh Oppenheimer, ia menggenggam dana riset yang luar biasa besar untuk ukuran tahun 1943, yakni sebesar hampir 60 juta dollar!
Setelah terus melakukan uji coba, akhirnya (perhatikan tanggalnya) tanggal 16 Juli 1945, tes ledakan yang diberi sandi “Trinity” (diambil dari puisi karya John Donne, seorang pujangga Inggris yang hidup di abad ke-16) berhasil meledakkan senjata nuklir untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia. Inilah awal mula dunia memasuki era nuklir.
Bom itu diberi nama Gadget, berisi Plutonium, meledak dengan kekuatan setara dengan 25.000 ton bahan peledak TNT (biasa dipakai untuk bahan dinamit). Reaksinya sungguh mengerikan dengan kobaran api tegak lurus seperti cerutu, pusat ledakan bahkan mampu membakar gurun dengan panas yang luar biasa hingga gosong!
(ramuan plutonium di dalam Gadget ini kemudian diracik ulang, dan dikemas menjadi bom baru dengan nama ‘Fatman’ -Si Gemuk-, yang kemudian dijatuhkan di kota Nagasaki, 9 Agustus 1945)
Berita keberhasilan Trinity kemudian langsung dikirim secara terpenggal ke ibukota Washington. Presiden Harry S. Truman, pengganti FDR yang meninggal 12 April 1945, dimana saat itu? Nah, ini dia, dari Washington kabar lalu diteruskan ke…..kota Potsdam, Jerman, karena Truman sedang ada disana!
Tanggal 17 Juli waktu Potsdam, berita itu dibisikkan Menteri Urusan Perang, Henry Stimson ke telinga Truman, “Operasi pembedahan berlangsung dengan sukses”. Truman manggut-manggut dengan perasaan tenang. Ia gembira negaranyalah yang keluar sebagai pemenang dalam lomba adu cepat ini.
Rahasia tentang keberhasilan Trinity tetap dipegang teguh oleh Truman hingga satu minggu. Tanggal 24 Juli, saat berjumpa dengan Stalin -pemimpin Uni Sovyet-, ia menyeret Pak Kumis tebal itu menjauh dari para penterjemahnya yang selalu menempel.
Di sudut ruangan Truman berbisik, “Amerika kini punya senjata hebat. Daya hancurnya dahsyat!”
Stalin terkejut lalu tertawa sambil mengelus kumisnya. Ia berkata dengan diplomatis, “yah, semoga Amerika bisa menggunakannya dengan baik”
Stalin terkejut? Ah, ia pura-pura! Sejak tahun 1941, melalui laporan intelijen lapangannya, ia sudah tahu kalau Amerika tengah membuat senjata hebat. Masalahnya sekarang, Uni Sovyet kalah cepat!
Keduanya, disusul oleh PM Inggris Winston Churchill lalu berembug secara rahasia. Keputusan hasil cit-cat diumumkan esok harinya, 25 Juli. Keluarlah komunike bersama bernada ancaman yang ditujukan pada Jepang: “Sebaiknya Jepang segera menyerah, atau akan mengalami kehancuran dari langit!”
Dan, seperti kita tahu Jepang membandel….
(menurut beberapa kalangan, meski menyakitkan bom Hiroshima dan Nagasaki bisa mempercepat selesainya perang di Asia-Pasifik dan itu berarti menyelamatkan ratusan ribu bahkan jutaan nyawa)
Foto: Julius Robet Oppenheimer dan pemerannya, Cillian Murphy. Bom Gadget dan foto tes Trinity.
Gunawan Wibisono