DeFacto.id – Menjelang sore, tanggal 23 Februari 1945, 76 tahun silam, Joe Roshental (Joseph John Rosenthal) fotografer Kantor Berita AP (Associated Press) memotret momen besar ketika 6 orang marinir Amerika tengah menancapkan bendera Amerika –Star and Stripes* (bintang dan garis/ strip) – di atas gunung Suribachi, sebuah gunung kecil karena tingginya hanya 169 meter yang terletak di sisi selatan pulau Iwo Jima.
Harga diri bangsa
Bagi Amerika penyerbuan ke Iwo Jima, meski pulau ini ukurannya kecil –hanya 21 km persegi, memiliki makna sangat penting. Karena itu berarti Amerika telah mendesak Jepang dengan luar biasa keras, hingga tinggal bertahan di kampung sendiri!
Benar, Iwo Jima adalah pulau asli milik Kekaisaran Jepang sebelum pecah PD2 di Asia, menyerang Iwo Jima berarti sudah menginjak halaman rumah -asli- milik Jepang!
Bagi orang Jepang, tindakan Amerika bisa dimaknai sudah mempermalukan harga diri bangsa: musuh telah masuk ke dalam rumah! Maka, setiap jengkal tanah harus dipertahankan hingga tetes darah terakhir!
Karena itu, foto penaklukkan gunung Suribachi –dengan simbol bendera terkibar- menjadi sarat makna: gengsi negara, sekaligus pencapaian hasil kerja keras tentara Amerika terbayar sudah! (Amerika seperti bilang, ‘hoiii…gantian! Gue udah disini!”).
Bayangkan, sejak dihajar Jepang 4 tahun silam saat Jepang menyerbu secara mendadak pelabuhan Pearl Harbor, Hawaii, tanggal 7 Desember 1941, wajah Amerika sangat dipermalukan!
Jutaan orang kemudian bekerja keras, berjuang berdarah-darah bahkan sampai kehilangan nyawa demi mengembalikan ‘marwah’ bangsa!
SDA dan SDM Amerika menggunung. Hingga di tahun 1943 saja mesin perang Amerika bisa memproduksi rata-rata 1 tank setiap 5 menit, 1 pesawat setiap 30 menit dan satu kapal induk setiap minggu!
Tak heran foto Joe Rosenthal begitu monumental, jadi ikon simbol pencapaian semua kerja keras dan pengorbanan sebuah bangsa!
Foto Kedua
Sejatinya, itu bukan foto pengibaran bendera pertama yang dibuat hari itu di Iwo JIma. Foto yang dibuat Joe adalah pengibaran KEDUA. Pasukan pengibarnya sama, yakni Divisi ke-5 Marinir Amerika.
Foto pertama dilakukan jam 10 pagi. Begitu bendera terkibar di puncak gunung, semangat ribuan orang yang melihat (termasuk yang ada di kapal) langsung terpompa. Suara sorak sorai membahana di lereng, pantai dan ribuan kapal.
Nah, tepat pada saat itu rombongan Sekretaris AL – James Forrestal- pucuk pimpinan tertinggi AL berkata, “saya mau bendera itu, untuk sovenir!”
Pesan berantai pun dilakukan untuk menurunkan bendera. Seorang kolonel yang juga memimpin pendaratan Iwo Jima kontan marah-marah, “politisi sialan! Minta bendera diturunkan segala! Memang kita disini hanya untuk urusan mengibarkan bendera!”
Di dunia militer Anda boleh ngomel, tapi perintah tetap perintah! Bendera diturunkan, tim kedua segera naik gunung membawa bendera pengganti yang –bagusnya- ukurannya lebih besar!
Angin Kencang
Sebenarnya ada 3 fotografer yang mengikuti rombongan kedua, dua orang dari marinir –salah satunya membawa kamera film- dan fotografer ketiga adalah Joe Rosenthal.
Tiang yang dipakai adalah pipa air bekas yang kemarin dipakai tentara Jepang. Kebetulan ukurannya lebih panjang. Enam orang marinir bersiap menancapkan. Satu orang menahan ujung pipa bagian bawah, 5 orang lainnya mendorong pipa agar tegak berdiri.
Tepat saat pipa didorong angin bertiup kencang. Momen pengibaran bergerak begitu cepat. Sersan marinir Bill Genaust* yang betugas mendokumentasi momen dengan kamera film 16 mm, berisi film berwarna sepanjang 15 meter, sudah menyala sejak tadi, ia mengabadikan adegan dengan lengkap.
Bill malah kuatir koleganya Joe Roshental –yang berdiri di sebelahnya- sudah sempat menjepretkan kamera fotonya atau belum mengingat cepatnya adegan.
“Gimana Joe, sudah dapat (gambar) belum?” tanya Bill Genaust.
Joe Rosenthal bingung sendiri, kameranya sempat terayun karena angin. Ia sendiri ragu dapat gambarnya atau tidak. Tapi tadi, secara reflek jarinya sempat memencet tombol kamera Speed Graphic (sebuah kamera ukuran besar yang mampu mengabadikan momen cepat), yang berisi film Agfa hitam putih. Joe telah menyetel kecepatan kamera pada kecepatan 1/400 detik dan diafragma 8/11,
“Nggak tahu, dapat nggak,” Jawab Joe, “yang jelas, saya berharap wajah para pengibar bisa terlihat di foto!”
Perjalanan film
Membuat foto jaman dahulu tak senyaman jaman sekarang dimana hasilnya bisa langsung dilihat. Pada peristiwa bersejarah ini film hasil jepretan Joe harus berlayar balik dulu ke pulau Guam ( pulau di selatan Iwo Jima yang telah dikuasai Amerika) yang jaraknya 1.312 km! Hanya untuk mencuci dan mengafdruuk (mencetak) foto!
Teknisinya, George Tjaden sudah siap, dan ketika foto Joe dicetak dan dilihat editor foto AP, John Bodkin, ia langsung teriak, “ini dia foto Hebat! Satu foto ikon!”
Foto lalu dikirim ke kantor pusat AP di New York dan tanggal 25 dicetak oleh ratusan koran di seluruh Amerika!
Semua terpana melihat foto monumental Iwo Jima.
Gambar langsung dicetak ke berbagai media dari koin uang, perangko hingga jadi monumen patung marinir di kawasan Arlington, Washington.
Saling Klaim
Dan, ucapan Joe yang khawatir, “saya harap wajah para pengibar bisa terlihat di foto” ternyata terbukti dan kemudian mengalami hal paling krusial. Karena wajah para pengibar tak terlihat, orang jadi ribut tentang siapa saja sosok yang ada di sana. Keributan dan saling klaim terjadi. Kekeliruan pun benar-benar ada, dan kesalahan itu berlangsung bertahun-tahun!
Si A mengaku, si B juga. Rumit.
Hanya satu orang yang telihat jelas karena berada paling pinggir, lima lainnya praktis tak terlihat jelas wajahnya.
Dan tahukah Anda ‘perbincangan’ siapa saja yang ada di foto merembet hingga tahun 2016!
Sampai akhirnya Marinir merilis secara resmi siapa saja orang yang ada di dalam foto. (lihat gambar) 3 diantaranya gugur hari itu. –KIA: killing in action.
Pengibaran bendera Iwo Jima sungguh sarat makna. Disana tercermin semangat besar suatu bangsa.
Semangat yang sama yang juga kita rasakan ketika kita, misalnya, melihat foto bendera Belanda yang dirobek birunya dan merah putih dikibarkan kembali ketika pecah perang 10 November 1945 di Surabaya.
Pengibaran bendera tak bisa dianggap sepele.
Bendera bukan hanya sekadar secarik kain, ia adalah simbol, mati-hidupnya sebuah bangsa!
Gunawan Wibisono.
- Bendera Amerika terdiri atas 50 bintang, mewakili 50 negara bagian dan 13 strip simbol 13 koloni yang dulu dimiliki Inggris dan kemudian menyatakan kemerdekaannya.
- Bill Genaust gugur di Iwo Jima, jenazahnya tak pernah ditemukan.