Home / Historia

Rabu, 10 November 2021 - 15:19 WIB

Kisah PD II: Juan Pujol Garcia, Agen Ganda yang Jenius (full)

DeFacto.id – Kisah di bawah ini adalah cerita orang nekad. Ia berangan-angan jadi agen rahasia. Dan terwujud! Bahkan “menyusupkan diri” masuk ke kawasan musuh di tengah kecamuk Perang Dunia Kedua (PD II), yang sedang gawat. Ia mengecoh siapa saja.

Diawali karena motif ekonomi akibat sulitnya hidup, tetapi,  belakangan, ia justru menjelma menjadi manusia jenius! Petualangannya mirip kisah fiksi, tetapi ternyata benar-benar terjadi.

Nekad, cerdas, dan gila luar biasa. Kocak sekaligus heroik.

Bayangkan, suatu rezim pemerintahan otoriter yang kejam, Hitler dan para begundalnya, telah ditipu mentah-mentah selama bertahun-tahun! Bahkan, sampai rezim itu tumbang, mereka tetap tidak sadarbahwa selama ini telah dikerjai dan dibohongi. Bayangkan ia sempat diberi gaji, fasilitas, bonus, uang pesangon, dan malah mendapat medali penghargaan segala.

Awal mula kisah

Kegilaan ini dimulai dari tanah Spanyol, Eropa Barat, 1930-an, ketika dinamika perubahan politik terus memanas, gerakan cinta tanah air yang berlebihan terlohat di mana-mana.

Dan tokoh-tokoh yang kemudian muncul -ternyata- menjadi monster yang haus kuasa dan darah. Adolf Hitler di Jerman, Benito Mussolini di Italia, dan Jendral Franco di Spanyol.

Juan Pujol Garcia -tokoh kita- sungguh sangat muak. Inggar bingar akrobat politik juga telah membuat Spanyol terbelah dua. Mau yang progresif revolusioner -perubahan ekstrem- atau yang biasa saja, semua ada. Terjadi perang sipil. Dan, penduduk sipil, orang awam, yang tak tahu apa-apa, harus memilih: ikut ke sebelah kiri atau berada di kanan. Dua-duanya tetap runyam.

Juan Negrín López | prime minister of Spain | Britannica
militerisme menjalar kemana-mana, termasuk di Spanyol

Keluarga Garcia pun ikut menderita. Usaha peternakan ayam ayahnya, yang selama ini mulus lancar, sebelum hingar bingar muncul, mendadak mandeg, rugi dan akhirnya bangkrut. Karena pilihan politik yang membingungkan, ayahnya, adik iparnya, ibunya, dan bahkan Garcia sendiri bergantian masuk penjara dan disiksa. Semua terjadi atas nama pilihan politik!

Masuk tentara

Agar aman, Garcia ikut wajib militer di bawah Jendral Franco, berseragam dan menyandang pangkat lumayan: letnan. Namun, tubuhnya kecil, ringkih, dan kalah kuat. Ia merasa tidak nyaman sama sekali dengan semua bidang kemiliteran yang serba kaku dan keras. Setelah dipikir masak, Garcia memutuskan untuk keluar dari dinas militer.

Namun, Garcia memendam cita-cita mulia yang -kalau mau jujur saat itu- mustahil bisa ia capai. Garcia ingin mengubah dunia! Menghancurkan para diktator, biang keladi penderitaan rakyat kecil di seluruh Spanyol dan seluruh Eropa.

Tapi, bagaimana caranya? Sekitar 1939-1940 rasa muak Garcia mencapai puncaknya. Ia menyaksikan negara-negara  yang selama ini dikenal damai dan makmur, satu persatu tumbang dicaplok Nazi Jerman di bawah kediktatoran Hitler.

Dimulai dari Polandia, lalu Denmark, diikuti Finlandia, terus Norwegia, Austria, Cekoslovakia, Belanda, Belgia, Luxemburg, dan terakhir Perancis, semua bertekuk lutut, digilas kekuatan militer Jeman yang dahsyat dan menakutkan!

Pertengahan 1940 praktis hanya menyisakan Inggris yang tidak dikuasai Hitler. Inggris tinggal sendirian di seberang lautan, di sudut utara. Selat Channel yang memisahkan Inggris dari daratan Eropa justru menjadi penyelamat. Tapi, semua petinggi di tanah Inggris tahu, serbuan tentara Hitler tinggal masalah waktu!

OPERATION SEA-LION
Operasi Singa Laut/ Sea Lion, penyerbuan besar-besaran Jerman ke Inggris

Saat Jendral Von Rundstedt, yang jadi komandan tentara Jerman wilayah barat menyiapkan Operasi Singa Laut, yang akan mencaplok Inggris. Save by the bell, lautan di Selat Channel secara mendadak menggila di musim gugur 1940, membahayakan semua penerbangan dan kapal laut. Operasi pun dibatalkan!

Diam-diam Garcia marah dan benci sekali pada Nazi Jerman. Ia harus membela Inggris dan menyelamatkan Eropa. Tidak dengan seragam militer, diam-diam ia memiliki cara sendiri. Cara yang tak lazim dan gila!

Apakah itu? Ia jadi agen rahasia!

Jadi Agen rahasia Jerman.

Garcia lalu mendatangi Kedutaan Inggris di Ibu Kota Spanyol, Madrid. Ia hendak melamar menjadi mata-mata Inggris dan akan melawan Jerman.

Pria kelahiran Barcelona -bukan warga Inggris- itu tentu saja ditolak. Warga asing dengan perawakan kecil, senyum dan kumisnya aneh, tentu tak bisa masuk begitu saja ke dalam jaringan dinas rahasia militer Inggris, MI, Military Intelegence – section 5 (dalam negeri) dan MI 6 (ancaman dari luar negeri) yang dikenal rapi dan sangat rahasia.

Untuk warga Inggris yang mau bergabung saja banyak prosedur rumit yang harus dilalui. Warga asing? Hm… nanti dulu!

Garcia rupanya pantang ditolak. Tetap saja ia ngotot dan terus datang. Empat kali ia bolak-balik masuk kedutaan dan jawabannya tetap sama: ditolak.

Juan Pujol García - Wikiwand
wajah culun Garcia, saat jadi tentara

Namun, penolakan ini malah memunculkan gagasan baru, yang agak gila dan ekstrem sekaligus heroik. Ia memilih berbakti bagi Inggris dan melawan Nazi-Jerman dari dalam!

Bagaimana caranya?  Garcia lalu menyiapkan siasat baru,  ia nekad mendatangi Kedutaan Besar Jerman.

Berbekal pengalaman kegagalan di Kedutaan Inggris sebelumnya, yang datang dengan tangan kosong, Garcia kini memakai taktik baru: ia membuat kartu indentitas, palsu tentunya,  yang menyatakan bahwa ia anggota ormas yang terkenal sangat fanatik dalam mendukung Nazi-Jerman di Madrid. Dalam kartu disebut ia menjadi anggota yang militan.

Selain itu, ia juga berbekal paspor diplomat Spanyol palsu yang menerangkan bahwa ia pegawai pemerintah yang akan segera bertugas di Ibu Kota Inggris, London.

Paspor palsu itu Garcia dapatkan di percetakan di pasar gelap, di mana ia membohongi juru cetaknya yang ahli. Garcia bilang, paspornya –sebuah paspor diplomatik- telah hilang dicuri. Si tukang cetak menurut saja, ia lalu mencetak paspor palsu yang sangat menawan!

Benar saja, petugas penerima di kedutaan langsung terkesan.  Garcia membual bahwa ia akan setia dan siap membela Sang Fuhrer (sang pemimpin, Hitler) dengan nyawanya sendiri!

Bualannya berlanjut, ia certia kalau sebentar lagi akan bertugas ke Inggris dan masuk ke London, dan, ssstt… ia siap menjadi mata-mata bagi Jerman!

Petugas terpana. Inggris memang akan diserbu Jerman, dan negara itu butuh banyak sekali mata-mata untuk memasok informasi. Kebetulan sekali!

Calon “agen rahasia” ini  lalu diarahkan  menuju sebuah kafe di Madrid di mana agen rahasia Nazi Jerman (abwehr) biasanya mangkal.

Frederico, agen Jerman itu, segera terpesona. Seorang diplomat Spanyol yang akan bertugas  di Inggris dan siap bekerja untuk Jerman? Wow! Dia akan jadi “aset” Jerman yang luar biasa, pikir Frederico. Singkatnya, Garcia pun direkrut. Ia kemudian diberi identitas baru oleh Frederico, nama sandinya Alaric.

Garcia lalu diberi pelajaran dasar tata cara menjadi mata-mata Jerman di negara musuh. Ia dilatih cara mengikuti orang, cara menghindari kalau ia diikuti, cara menghilang dari kejaran, dan lain sebagainya.

Komunikasi agen rahasia dahulu dilakukan melalui surat. Untuk membuat laporan, Garcia lalu dibekali tinta ajaib yang bisa menulis tanpa terlihat hurufnya. Selain itu, Frederico memberi 600 poundsterling (mata uang Inggris) sebagai bekal.

Enam ratus pound! Jumlah yang sangat besar waktu itu. Setara 600 juta rupiah uang saat ini. Betapa kayanya Jerman!

Kisah PD II: Juan Pujol Garcia, Agen Ganda yang Jenius (full) - SEIDE

Ketakutan dan kebingungan sendiri

Garcia senang bukan main. Saya menjadi agen rahasia bagi Hitler! Ia bergumam, lalu tertawa sendiri. Dasar lagi bokek, ia lalu makan enak dan belanja banyak pakaian necis. Mendadak semua kesulitan keuangan selama ini lenyap hari itu juga.

Esoknya, Garcia bingung sendiri. Ia punya uang, tapi ia ragu apakah ia bisa benar-benar masuk daratan Inggris dengan paspor palsu itu? Garcia sendiri ragu akan kecanggihan paspor palsunya.

Di pihak lain, karena terjepit dan tinggal sendiri, Inggris memberlakukan aturan dan pengawasan keluar masuk orang yang sangat ketat dan keras di pelabuhan dan bandara. Penyaringan pendatang berlapis-lapis.

Meragukan paspornya Garcia jadi ngeri sendiri.

Tapi, bila ia tidak sungguh-sungguh pergi ke Inggris, ia akan dicari agen Jerman dan mungkin diburu oleh Gestapo, polisi rahasia kebanggaan Hitler. Madrid bahkan seluruh Spanyol akan diacak-acak sampai Garcia ditemukan! Mereka terkenal sangat kejam!

Ada 600 pound yang harus dipertanggungjawabkan, sebagian malah sudah habis buat makan enak, pakaian, dan minum-minum!

Garcia bimbang. Pergi, masuk mulut singa, tidak pergi masuk mulut buaya!

Masuk Portugal

Sebuah akal bulus lalu terlintas.

Karena takut, alih-alih ke Inggris, Garcia malah lari ke selatan Spanyol dan masuk Portugal!

Di Portugal ia sempat mendekam di hotel kecil dan kebingungan.

Dua hari kemudian, apa boleh buat, sesuai kesepakatan, ia harus memberi kabar pada Frederico bahwa ia sudah berada di “London”.

Garcia lalu menulis laporan dengan tinta ajaib. Caranya, ia menulis terlebih dahulu dengan tinta biasa, tinta terlihat mata, yang bercerita sebagaimana biasanya sebuah surat. Tak ada yang aneh di sana. Namun, di tengah-tengah spasi tulisan yang terlihat, ia menulis dengan tinta ajaib -yang hanya terlihat kalau kertas dibasahi air- yang mengabarkan bahwa ia telah “berada” di sebuah hotel di London dan siap bekerja bagi Jerman dan Fuhrer tercinta!

Bingung lagi

Giliran akan memposkan surat, Garcia bingung. Surat (katanya) dari Inggris dan hendak dikirim ke Madrid, Spanyol,  tapi diposkan dari Portugal? Stempel pos dari Portugal saat surat dikirim akan membongkar kebohongannya! Cilaka!

Garcia lalu berpikir keras.

Ping! Sebuah ide jenius muncul: menghadirkan tokoh fiktif!

Garcia membuat surat susulan: isinya lebih detil, beritanya:  “jangan kaget, bila surat terpaksa diposkan dari Portugal ke Spanyol. Pengawasan dan sensor surat di London luar biasa ketat. Kalau tidak waspada, tugas saya bisa terbongkar”, tulisnya.

“Surat ini bisa sampai Portugal dibawa berkat jasa baik seorang pilot KLM (maskapai penerbangan Kerajaan Belanda) yang melayani penerbangan London-Lisabon (Portugal), yang simpati dan menyatakan kesetiaan pada Fuhrer! Pilot ini siap bertugas bagi Jerman!”

Itulah sebabnya surat -terpaksa- diposkan dari Portugal!

Malamnya, Garcia tidak bisa tidur. Bagaimana kalau ia ketahuan bohong?

“Pilot” KLM yang berjasa

Luar biasa. Frederico percaya pada laporan itu. Ia  malah menganggap hadirnya ‘pilot’ KLM itu sebagai langkah cerdik guna menutupi kegiatan -jaringan- mata-mata Jerman di London. Frederico girang bukan main. Ia kini memiliki kaki tangan di Inggris. Mata-mata yang siap bekerja total bagi Jerman! Dan, segera Frederico membalas surat ke alamat di Portugal dan meminta laporan lain lebih detil dan lebih luas dari ‘Inggris’, terutama perkembangan militernya.

Sekali lagi, Garcia kebingungan!

Kali ini, Garcia benar-benar kelabakan. Cilaka!

Menceritakan keadaan negara lain secara umum itu hal mudah, tapi menyampaikan data militer dari negara yang tidak pernah ia kunjungi tentu bukan perkara sepele!

Garcia benar-benar terpojok. Bagaimana ia membuat laporannya? Menginjak London saja belum pernah!

Keringat dinginnya keluar. Ia menyesali petualangan menegangkan ini, tapi, ia sudah terjerumus dalam. Bukankah menjadi agen rahasia adalah keinginan terbesarnya?

Garcia lalu memeras otak.

Karena terdesak, ide cemerlang selalu saja muncul.

Langkah pertama: ia memborong majalah, buku, peta turis soal Inggris, rute bis London dan kota besar lain, jalur kereta bawah tanah dan lain sebagainya. Toko buku di Lisabon yang menjual semua buku soal Inggris ia borong!

Buku-buku, majalah dan koran soal militer di Inggris juga ia sikat. Garcia lalu melahap semua. Ia menghapal Istilah-istilah militer Inggris , memetakan markas besar angkatan bersenjatanya dan lain sebagainya. Pendeknya, semua buku berbau soal Inggris ia borong, tak peduli buku itu berbahasa Perancis atau Italia sekalipun, borong!

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Mei 1998 Game Over (VI)

Sebenarnya, Garcia tak bisa berbahasa Inggris, dan lebih celaka lagi ia benar-benar bingung dengan pemakaian mata uang Inggris poundsterling dan pecahannya: bingung membedakan mana Pound, Shilling dan Pence!

Penderitaan yang komplet. Sudah tidak bisa bahasa Inggris, pecahan uang juga buta padahal ia juga harus membuat laporan keuangan pada pemerintah Jerman!

Tapi, semua kebingungan ini tertutupi oleh laporan menawan. Tulisan Garcia berikutnya sungguh mencengangkan! Garcia ‘berhasil’  melaporkan posisi pasukan Inggris, letak tank dan peralatan tempur berat, dimana posisi kapal perangnya! Semua lengkap!

Frederico terpana!

Royal Navy Photos
Garcia juga melaporkan iring-iringan armada AL Inggris

Agen ‘baru’ muncul

Dalam laporan lain, Garcia menulis:

“Di Glasgow, Skotlandia, utara Inggris sini, ada seseorang mahasiswa (fiktif, tentu saja) militan yang bersimpati pada Jerman, yang rela menjadi kaki tangan kita hanya untuk sebotol anggur!” Frederico, sang agen pembimbing di Spanyol girang bukan kepalang. Wah, ternyata Alaric sudah banyak kemajuan. Ia mulai bisa merekrut aset baru. Makin banyak, semakin baik.

‘Berita’ gembira ini membuat Frederico tidak waspada dan melupakan detil kecil namun penting. Bila waspada sebetulnya ia bisa membongkar kebohongan Garcia, tapi ia abai.

Orang Skotlandia adalah peminum wiski tulen karenanya minuman Johnny Walker berasal dari sana, Orang Perancis lah yang gemar minum anggur!

Jadi, menulis orang Skotland mau mengkhianati negara demi sebotol anggur adalah kebodohan yang fatal!

Lorenz nan Canggih

Bisa jadi, saking girangnya, detil ini terlewat dan Frederico segera mengabarkan berita gembira ini ke markas besar intelijen Jerman di ibukota Berlin. Mesin sandi yang dipakai Frederico untuk berkirim kabar ke Berlin adalah mesin sandi khusus.

Namanya Lorenz . Dirancang untuk mengirim dan menerima berita -sangat rahasia- khusus untuk para intel Jerman, para Jendral ring satu Jerman dan bahkan dipakai oleh kantor Hitler sendiri.

Lorenz jauh lebih canggih dari Enigma. Bila Enigma memiliki 3-5 rotor, ring pemecah sandi, maka Lorenz mempunyai 12 rotor!

Nazi Jerman selalu bangga, Enigma saja mustahil untuk bisa dipecahkan, karena satu huruf saja dapat diacak dalam 9 milyar-milyar (18 digit) kemungkinan. Apalagi Lorenz dengan 12 rotor?

Lorenz code machine motor to be rebuilt using 3D technology - BBC News
Mesin pengacak sandi, Lorenz dengan 12 rotor.

Tetapi, tanpa setahu pihak Jerman, mahasiswa jenius Inggris,  pemecah sandi yang bermarkas di Bletchley Park, utara London, yang menguping setiap transmisi radio Jerman-  ternyata mampu membacanya dan memecahkan artinya.

Ahli sandi Inggris  bisa membongkar semua sandi baik yang dikirim menggunakan Enigma maupun Lorenz!  (soal sandi ini pernah saya tulis: Srikandi-Srikandi pemecah sandi)

Pendek kata: tak ada satu pun pesan petinggi Jerman di Berlin sana ke jenjang di bawahnya, juga sebaliknya, yang tidak bisa dibaca Inggris. Semua bisa!

Stasiun Y

Lalu lintas kerja jaringan pemecah sandi saat itu begini cara kerjanya: Inggris memiliki banyak antena-antena tinggi yang berfungsi untuk menguping setiap transmisi morse yang mengudara, mereka lalu mencatatnya.

Lokasi ini disebut Stasiun Y. Tiap sumber transmisi dibagi beberapa seksi, menurut negara asal. Seksi Jerman ya bertugas mencatat semua morse dari Jerman. Ada seksi Italia, Perancis, Spanyol dan banyak lagi.

Ada ratusan pekerja, kebanyakan wanita, yang  menguping dan mencatat. Semua masih dikerjakan secara manual. Sepintas, nampak heroik: menyadap pesan musuh! Namun, sesungguhnya, ini pekerjaan yang monoton dan membosankan karena sepanjang waktu kerja hanya mendengarkan satu suara: tut..tut…tut..tut..

Beruntung lalu lintas udara Eropa belum sepadat sekarang, hingga setiap pesan yang mengudara bisa didengar dengan mudah.

Edward George Bowen - Scientist of the Day - Linda Hall Library
Antena radar, yang juga berfungsi untuk ‘menguping’ pesan sandi

Setelah mencatat, bahan mentah ini (hurufnya masih acak-acakan) lalu di bawa ke Bletchley Park, utara London. Di puri Bletchley inilah anak-anak muda jenius dari berbagai universitas ternama di Inggris berkumpul untuk memecahkan arti sandi.

Januari 1942, tanpa melihat seperti apa mesin bernama Lorenz itu, anak-anak jenius di Bletchley sudah dapat meyimpulkan apa isi pesan yang disampaikan. Bukan karena mereka hebat, tetapi lebih karena kecerobohan para operator radio Jerman sendiri yang sering mengirim pesan dengan kata yang sama. Misalnya kalimat pembuka atau  penutup selalu memakai kata yang sama: ‘Heil Hitler’, hingga lama kelamaan bisa dipetakan rumusnya.

Begitulah cara Inggris menguping setiap pesan yang disebarkan dari Berlin ke seluruh penjuru Eropa, maupun yang diterima Berlin dari pelosok medan tempur yang dihadapi Jerman, baik itu dari Afrika, Italia, Spanyol, Portugal, Perancis, Belanda maupun dari utara di Norwegia sana. Pesan dikirim memakai memakai Enigma 3, 4, 5 rotor atau Lorenz yang canggih tak ada beda, semua bisa dibaca!

Ada penyusup!

Karena itu begitu Frederico mengirimkan kabar bahwa ia berhasil menyusupkan mata-mata Jerman ke London dengan aman, berita itu segera terbaca oleh intelijen Inggris. Kantor MI5 terguncang. Ada penyusup berhasil masuk! Alarm langsung berbunyi!

Jerman berencana menyerang Inggris dengan menggelar Operasi Singa Laut. Nah, sebelum serbuan dimulai, Jerman mengirim ratusan mata-mata masuk ke Inggris. Mereka dikirim dengan menyamar sebagai turis, nelayan, tenaga medis, anak buah kapal, mahasiswa dan banyak lagi cara. Dan para penyusup ini semua bisa ditangkap!

Mengapa? Ya karena Bletchley Park telah menguping semua jadwal ‘pengiriman’ itu. Nama sandi si agen apa, kemana tujuannya, menyamar sebagai apa, dan bagaimana cara menyusupkannya, semua sudah dideteksi.

Maka, adakalanya petugas yang menangkap para penyusup ini kerap menyapa dengan ramah dibumbui guyon, “halo, selamat datang di Inggris, semoga Anda kerasan!”

Para penyusup ini lalu dibawa ke sebuah tempat bernama Kamp 020, sebuah rumah tersembunyi bernama Latchmere House di dekat jalan Tudor Drive, barat daya London , dan mereka akan digodok disana.

A smartly railed, pale-painted house, with very tall grasses on the main communal garden meadow in front (to south and east), with projecting curved bay and two half-hexagonal bays, and large traditional windows, with a stock-brick three-storey terrace with sash windows and a gable-end fronted house.
Latchmere House

Ia akan dihadapkan pada sebuah komite yang beranggotakan 20 orang, maka komite ini kerap memakai logo XX yang bisa bermakna ganda: angka 20 (komite 20 orang anggota) atau double cross alias agen ganda.

Umumnya para mata-mata musuh ini akan berhadapan dengan Letnan Kolonel Robin Stephen, yang memang dikenal mahir dalam membuat agen musuh berubah haluan menjadi agen ganda. Di satu pihak ia tetap agen rahasia Jerman, sekaligus -pada akhirnya- ia bekerja sebagai agen  Inggris.

Robin akan mengancam, “Sebagai mata-mata musuh, Anda layak saya tembak saat ini juga, tapi kami masih memberi Anda kesempatan untuk memperbaiki diri. Bekerja untuk kami atau Anda dikubur disini” Dan, tak ada yang lolos!

Para agen ini kemudian berada dalam pengawasan ketat, 24 jam.

Agar tidak menimbulkan kecurigaan dari Berlin, Jerman, secara berkala mereka tetap mengirimkan info ke Jerman, tentu dengan data yang sudah dikacaukan.

Agen dengan data ngawur!

Begitulah, maka tatkala Garcia memberitahu dia saat ini berada di London, alarm dinas rahasia Inggris langsung menyala. Bagaimana bisa ada penyusup baru masuk ke London tanpa terdeteksi? Dimana posisinya?

Para agen Inggris segera dikerahkan untuk menyisir kota, mencari mata-mata Jerman yang SUDAH berada di London. Pencarian besar-besaran dimulai!

Tapi, tunggu dulu.

MI5 lalu memeriksa detil berita yang dikirim Frederico dari hasil laporan Garcia di “London”.

Dan kejanggalan demi kejanggalan segera terlihat. Misalnya, pasukan yang dilaporkan Garcia adalah pasukan fiktif, artinya tidak ada dalam struktur militer Inggris!

HMS Nelson, Rodney and Warspite nearest to the camera at South Mole in  1933. Gibraltar | Royal navy, Royal navy ships, Warship model
Pangkalan AL Inggris

Letak beberapa markas divisi tempur salah, atau ada divisi telah pindah (maklum buku pedoman Garcia adalah buku atau majalah cetakan lama, bahasa Perancis lagi!). Letak kapal-kapal perang yang sandar di pangkalan juga keliru. Bahkan ada yang disebut di danau! Kapal Perang di danau? Tawa pun pecah dalam ruang monitor MI5.

Setelah disimak lebih teliti, MI5 lalu berkesimpulan bahwa laporan Garcia yang oleh pihak Jerman diberi nama sandi: Alaric Arabel adalah sebuah laporan yang ngawur! Tetapi anehnya kok Berlin percaya?

Kesalahan fatal ini juga memberi kesimpulan bahwa si pelapor tentu berada di luar Inggris, bahkan kemungkinan ia tidak pernah menginjak London!

MI5 lalu menelisik Eropa daratan. Pilihan pertama memang kota Lisabon di Portugal. Kota itu adalah ‘surganya’ mata-mata. Kalau Anda ingin mengawasi lalu lalang orang dan kapal laut keluar masuk Laut Tengah, lakukan dari Portugal! Ini masa perang dunia, Jerman, Italia dan negara-negara Sekutu ‘menumpuk’ mata-mata di sana!

Tanpa perlu waktu lama, keberadaan Alaric alias Garcia bisa diketahui, dan memang benar ia ada di Portugal!

MI5 berhasil menggiring Alaric masuk perangkap dan ditangkap. Ia lalu diinterogasi secara maraton dengan teliti.

Garcia ternyata telah siap. Ia memiliki jurnal kegiatan dengan lengkap, termasuk kopi semua surat-surat yang dikirim pada Frederico si Agen Jerman di Madrid. Pihak intel Inggris malah giliran dibuat terpesona.

“Saya mau bekerja untuk Kerajaan Inggris” kata Garcia akhirnya.

Setelah melalui beberapa pertimbangan, agen nekad dan ngawur ini malah bisa dijadikan aset penting bagi Inggris.

Meski jelas konyol tapi dasar pertimbangan utamanya adalah: semua laporan Garcia dipercaya pihak intel Jerman, maka kelak ia bisa dimanfaatkan untuk rencana yang lebih besar!

Masuk London Beneran!

Garcia kemudian diam-diam dibawa ke London (sungguhan) berserta istri dan anak-anaknya, ia diberi rumah besar, diberi gaji, dibina dan dibimbing langsung oleh MI5. Agen Tomas Harris, yang jenius, menjadi rekan sekaligus guru baginya.

Agen rahasi otodidak itu akhirnya belajar di tempat yang tepat, pada orang yang ahli!

MI5 Case Officer Tomás (Tommy) Harris 1942.jpg
Tomas Harris, agen MI-6 Inggris yang menjadi guru dan pembimbing Garcia Pujol

Akhirnya tujuan Garcia tercapai, bekerja bagi dinas rahasia Inggris dan bersiap menghancurkan Nazi-Jerman, dari dalam!

Imajinasi Garcia, yang kemudian diberi nama sandi oleh pihak Inggris: Garbo (diambil dari nama artis film terkenal saat itu: Greta Garbo),  lalu berkembang menjadi luar biasa liar dan jenius.

Bayangkan, ia tidak saja berhasil menciptakan tokoh fiktif: ‘pilot’ KLM dan ‘mahasiswa’ militan di Glasgow, tetapi 25 “tokoh” lain, yang merupakan ‘agen’ kaki tangan jaringan Garcia di daratan Inggris. Semua dikabarkan loyal pada Jerman!

Mereka tersebar di Edinburg dan Glasgow di utara. Liverpool dan Bristol di sisi barat. Plymouth dan Southampton di selatan. London, Kent dan Dover di bagian timur.

Hebatnya, semua “Jaringan” ini bekerja dengan sitematis.

Ke-25 “agen” ini profesinya macam-macam, ada yang sehari-hari berprofesi sebagai tentara, perawat, mekanik, mahasiswa, pilot, pelaut, sekretaris hingga pengusaha!

“Jaringan” Garcia juga ada di luar Inggris,  seperti di Portugal, Sri Lanka, India, Canada dan Amerika Serikat! Semua fiktif!

Dahsyat!

Garbo: the story behind Britain's greatest Double Cross agent - The  National Archives blog
Sebagian jaringan Garcia atau Garbo yang berhasil dipetakan!

Hebatnya, semua ‘agen’ ini mendapat gaji, biaya perjalanan dan asuransi, bahkan uang kematian, dari pemerintah Jerman. Seperti yang dialami “Pak Gerber” (tanda petik, fiktif) ‘agen keturunan Swiss-Jerman’ yang berada di pos di sebelah barat Inggris, yang ‘dimatikan’ oleh Garcia dan dilaporkan sebagai- gugur dalam tugas!

“Istrinya”, Nyonya Gerber, jangan lupa -nyonya ini juga fiktif- kemudian mendapatkan uang kematian plus pensiun ‘suaminya’ seperti standar yang berlaku bagi pegawai pemerintah di Jerman, dan ‘usaha’ mata-mata ‘suaminya’ diteruskan oleh ‘sang istri’ yang kemudian mendapat gaji tetap berstandar Jerman yang makmur!

Laporan Garcia semakin luas, dalam dan detil! Pihak intel Jerman tentu saja bertepuk tangan. Padahal, banyak data memang sengaja dipasok MI5, data yang tidak vital tetapi dibungkus seolah menjadi penting sekali.

Operasi Obor

Oktober 1942, Amerika dan Inggris mulai bersikap ofensif pada Jerman. Serbuan ke Eropa segera dilakukan! Dan itu harus dilakukan dari ‘bawah’, dimulai dari Afrika Utara yang juga dikuasai Nazi Jerman.

Baca Juga  Kisah Foto Ikon Saat PD 2 di Iwo Jima

Inggris akan menyerang dari Mesir, di sisi timur,  sementara serbuan besar-besaran, gabungan Inggris dan Amerika akan menyerbu dan merebut Maroko dan Aljazair  dari arah barat. Rencana ini diam-diam memberi “ilham” -tersendiri- pada dinas rahasia Inggris.

MI-5 dan MI-6 lalu sengaja ‘membocorkan’  berita besar ini pada Jerman. Rencana penyerbuan dibeberkan, bahkan nama sandi operasinya: Torch (Obor) juga disebut. Lebih luar biasa lagi  jumlah kapal perang yang dipakai, nama kapalnya apa saja, pesawat tempur pendukung, tank, bahkan jumlah tentara  dan dari kesatuan mana saja yang terlibat juga disebut dengan detil!

Operasi Torch - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Operasi Obor, pendaratan sekutu di Afrika Utara -sebelah barat- tanggal 8 November 1942

Garcia lalu menulis laporannya dalam sebuah surat rahasia yang panjang dan komplet. Dan MI5 mengatur sedemikian rapi agar surat melalui jasa pos tersebut sampai di Madrid, di tangan Frederico, tanggal 9 November 1942, atau satu hari setelah pendaratan tentara Sekutu di Maroko tanggal 8 November!

Info penting seberapapun nilainya akan sia-sia saja bila sampainya terlambat! Nah, keterlambatan itulah yang dimainkan disini.

Penyerbuan tanggal 8, dan surat sampai tanggal 9, tentu percuma alias sia-sia. Tetapi, meski terlambat, pihak Jerman sangat kagum dengan kelengkapan dan keakuratan laporan Garcia. Sebab semua jumlah pasukan, nama komandan dan kapal yang digunakan terperinci dengan lengkap!

Jadi, pihak intelijen Inggris memberi bonus pada Jerman tanpa membahayakan pasukan yang menyerbu! Langkah ini penting dilakukan guna menambah kepercayaan Jerman pada ‘jaringan’ Garcia di Inggris!

Dengan begitu, kelak, pihak Jerman diam-diam malah bisa dikendalikan dari London!

1944 dan rencana penyerbuan

Keakuratan laporan Garcia dan para ‘agen’nya semakin mempesona.

Anda akan terkesima membaca ‘laporan’ para ‘agen’ ini. Simak salah satunya, ‘agen’ wanita yang bekerja sebagai ‘perawat’ di sebuah rumah sakit di kota Dover, pesisir timur Inggris,  ‘melaporkan’:

“pagi ini saya berangkat kerja, dalam perjalanan menuju pelabuhan, dari hari ke hari, terlihat semakin banyak saja jumlah tentara yang berkumpul. Tenda-tenda besar terlihat dimana-mana. Dari bendera kecil di lengan tentara terlihat mereka datang dari Canada, Polandia, Australia dan Amerika.

Apakah mereka tengah menyiapkan sebuah serbuan besar ke Eropa daratan? Menyerbu Calais di Perancis? Kapan? Pertanyaan menarik yang harus dicari jawabnya”

Laporan hoax ini jelas mengecoh. Menipu, karena sesungguhnya tidak ada kegiatan apapun di Dover, yang letaknya hanya 60 km seberang lautan dari Calais, Perancis.

Bila Anda naik pesawat kecil, begitu lepas landas dari Dover, Inggris, di ujung depan lautan sana sudah terlihat kota Calais di wilayah Perancis. Itulah daratan Eropa. Mirip Orang Batam memandang Singapura. Atau orang Banyuwangi melihat daratan pulau Bali.

Kota Dover dan kota Calais adalah dua kota terdekat antara Inggris dan Perancis yang hanya dipisahkan oleh selat Channel saja.

Laporan tadi selain menipu, juga mem-framing -mulai membingkai-pikiran petinggi militer Jerman bahwa Sekutu tengah menyiapkan sebuah penyerbuan dari kota Dover!

Ada grand design -rencana besar- untuk mengecoh Jerman. Kota Calais sengaja kerap disebut. Juga dalam laporan-laporan berikutnya. Untuk mengesankan bahwa Calais adalah sasaran pendaratan!

PlacesPeopleStuff with Character: From Dover to Calais
Dover di Inggris dan Calais di Perancis. Inggris memframing seolah-olah serangan ke Eropa barat akan dilakukan di Calais. Dan Jerman termakan umpan itu.

Kerepotan Menulis Surat

Terbayang para perwira intel Jerman manggut-manggut senang dan bangga membaca berita ini! Pasukan yang bertumpuk di seluruh Inggris berhasil dipetakan! (Anda jangan lupa, tokoh agen -perawat- di atas tadi adalah fiktif)

Oh ya, Garcia tentu bergelimang uang, karena tersedia gaji bagi dia sendiri dan ke-27 ‘agen’ yang membantunya. Tetapi, sebagai akibatnya, setiap minggu ia harus membuat setidaknya 350 surat laporan yang melelahkan, dengan jati diri dan karakter yang beraneka macam!  Mirip mengendalikan akun boot twitter di masa sekarang!

Tidak boleh salah nama, profesi,  alur cerita dan posisi. Tentu ini sangat rumit dan tidak mudah!

Mau tak mau, pihak Inggris merasa salut sekaligus kasihan.

Guna menghidarkan Garcia kelelahan, MI5 ‘menyarankan’ agar pihak Jerman memberinya radio bagi setiap agen. Selain memudahkan juga mempercepat kerja.

Berlin setuju. Radio komunikasi dikirim diam-diam. Mengingat keberhasilan laporan soal Operasi Torch, kini semua berita dari  Garcia langsung terhubung ke markas besar di Berlin, tidak lagi melalui Madrid!

D- Day

Sekutu akan menyerbu Eropa? Kapan dan dimanakah?

Sejak 1943 Jerman sudah tahu bahwa sekutu dan pasukan besarnya kelak -suatu saat- pasti akan menyerbu pantai di daratan Eropa, namun tak seorang pun tahu KAPAN dan DIMANA serangan itu akan dilakukan.

Semua hanya menebak.

Petinggi militer Jerman, bahkan jendral Von Rundstedt penanggung jawab Jerman untuk front Eropa Barat, berkeyakinan invasi –kemungkinan besar- akan dilakukan di sekitar pantai kota Calais, Perancis, mengingat kota itu jaraknya paling dekat.

Secara militer memang masuk akal. Akan lebih mudah menyerbu musuh dari tempat yang terdekat. Efisien dan tidak membahayakan keamanan pasukan selama di perjalanan.

Tetapi Jerman tidak mau kecolongan dengan mengandalkan teori pendaratan di Calais ini. Demi keamanan, benteng pertahanan pantai yang sangat kuat dan panjang sudah dibangun. Mulai dari perbatasan Spanyol, terus membentengi Perancis,  tersambung lagi ke Belgia, Belanda, Denmark hingga ke pesisir Norwegia di Laut Utara!

Panjangnya lebih 3.000 kilometer dengan ribuan bunker lengkap dengan segala macam penghalang seperti: ranjau, tiang-tiang baja, tank, meriam anti kapal dan senjata penangkis serangan udara!

Bila diukur, benteng itu terbentang tanpa putus dari Jakarta hingga ke Raja Ampat di Papua sana! Luar biasa.

Januari 1944. Setelah Jerman kalah perang di Afrika Utara, Hitler menarik jendral jeniusnya: Erwin Rommel yang dijuluki ‘Desert Fox’, si Rubah Gurun, kembali ke Jerman. Salah satu penyebab utama Rommel kalah di Afrika Utara adalah karena ratusan kapal suplai logistiknya berhasil ditenggelamkan oleh kapal dan pesawat sekutu. Pasukan gurun Rommel tentu kelabakan. Makanan, mesiu, obat-obatan, suku cadang semua terhampar di dasar lautan!

Dibalik semua kesuksesan penyergapan ini siapa lagi kalau bukan para jenius di Bletchley Park!

Rommel di Perancis.

Rommel lalu ditempatkan di Perancis, memegang kendali Angkatan Darat Jerman Grup B, dengan dua Divisi besar, Divisi ke-7 mengawasi Normandia, dengan kekuatan 70.000 tentara  dan Divisi ke-15, 230.000 tentara, yang mengontrol pantai Calais. Posisi Rommel ada di bawah Jendral Rundstedt yang memimpin seluruh Eropa Barat.

Rommel adalah jendral pintar, cekatan dan sangat terkenal di Jerman. Rundstedt, atasannya, kalah pamor.  Dan, terbukti kemudian ia memang cerdas.

Rommel sudah membaca dengan jitu akan adanya invasi besar Sekutu ke Perancis, ia sudah bisa menebak sekutu pasti akan mendarat di pantai Normandia, bukan di Calais!

General-Field Marshal Erwin Rommel inspects the fortifications of the Atlantic  wall
Rommel (depan) menginspeksi benteng pertahanan pantai di Perancis barat.

Rommel yakin, “pantai Normandia lah tempatnya! Posisinya bagus, dalam cekungan mangkok” Posisi Normandia  letaknya tepat lurus di sebelah selatan Inggris.

Rommel ingat, ketika Sekutu menyerbu daratan Italia, 9-14 September 1943, mereka melakukannya dengan memilih pantai kota Salerno! Bukan pantai lainnya.

Operation Avalanche, the Story of the Attack on Salerno, Italy | by usmi |  History of Yesterday
Penyerbuan ke Salermo di Italia. Kontur pantainya, cekung, mirip Normandia, Perancis. Rommel yakin Amerika dan Inggris mengincar Normandia, bukannya pantai Calais!

Kontur Salerno sama seperti Normandia, cekung mirip mangkok. Garis pantai yang demikian tidak memiliki arus air laut yang deras hingga relatif aman bagi kapal penyerbu yang akan menurunkan pasukan.

Meski ‘Sang Rubah Gurun’ bisa menebak, tetapi tetap hanya tebakan saja! Selama tak ada dukungan data intelijen yang valid, tebakan Rommel hanya berakhir sebagai tebakan belaka! Dimana pastinya dan kapan invasi akan dilakukan tak ada satupun yang tahu!

Cartina sbarco in Normandia
Pantai Normndia, Perancis, bentuknya memang mirip pantai di Salermo.

Penyerbuan yang sesungguhnya.

Kini, diam-diam, Jerman sangat tergantung pada laporan Garcia dari Inggris, seorang mata-mata (hoax) andalan Jerman dengan 27 kaki tangan yang semuanya fiktif!

Hm, sekarang, tanpa seorang pun sadar, kendali peperangan secara diam-diam sebetulnya berada di tangan Inggris!

Dan memang benar, di daratan Inggris sejak akhir 1943 sebuah rencana besar diam-diam telah digelar dan diperhitungkan dengan matang. Perencanaannya sangat hati-hati dan klasifikasinya “sangat-sangat rahasia”.

Sebuah penyerbuan yang sangat besar yang melibatkan 2 juta tentara dari 30 negara, 6.000 kapal perang, ribuan tank, ribuan pesawat, senjata berat dan truk pengangkut tengah disiapkan dengan seksama.

Jendral Eisenhower, seorang jendral Amerika, duduk sebagai pemimpin tertinggi tentara Sekutu yang berkedudukan di Inggris. Ia adalah otak penyerbuan. Begitu rahasia dan sensitifnya rencana ini, hingga keamanannya sangat dijaga ketat!

Adalah seorang Mayor Jendral AS, Henry F. Miller, bintang dua,  yang ikut bertugas dalam perencanaan serbuan, menjadi korban kerasnya aturan menjaga rahasia.

Dalam sebuah rumah makan, Miller kelepasan omongan pada kawannya bahwa penyerbuan kemungkinan akan dilakukan sebelum tanggal 15 Juni 1944!  Entah karena mabuk atau stres, Miller bersuara agak keras dan didengar banyak orang. Desas-desus sempat menjalar dan Eisenhower sangat marah!

Miller dipanggil. Setengah meratap ia memohon pada Ike, sebutan bagi Eisenhower, agar ia tidak dihukum, “bagaimanapun saya kawanmu di akademi”

Miller memang satu kelas, namun Eisenhower tidak peduli. Miller diminta segera meninggalkan Inggris malam itu juga, pulang kampung,  dan pangkatnya diturunkan dua tingkat, kini ia hanya seorang Kolonel!

Rencana pun matang, dan hari Selasa tanggal 6 Juni 1944 invasi D-Day, pendaratan besar-besaran benar-benar dilakukan! Tempatnya, tepat seperti perkiraan Rommel: Pantai Normandia, Perancis!

Hari itu, pukul 06.32, 150.000 tentara Sekutu dari 15 menyerbu pantai Normandia yang dibagi menjadi lima titik pendaratan dengan diberi kode sandi: Utah, Omaha, Gold, Juno dan Sword.

Berlin Marah

Ketika penyerbuan berlangsung, masuk radio panggilan dari Berlin. Nadanya marah. Mengapa agen andalan Jerman ini tidak memberi tahu apa-apa soal penyerbuan ke Normandia?

MI5 dan Garcia sudah mempersiapkan jawabannya:  “serbuan itu hanya tipuan! Ulangi: hanya tipuan! untuk mengecoh kita (Jerman), invasi besar yang sesungguhnya ke kota Calais dalam waktu dekat!”

Berlin merasa lega dan pasukan di Calais segera disiagakan 24 jam!

Tetapi Rommel tetap curiga, ia yakin serbuan Normandia adalah invasi yang sesungguhnya. Tak ada lagi invasi kedua.

Tentara Divisi ke-7 di Normandia yang berkekuatan hanya 70.000 tentara dan dikawal hanya 20 tank dan lima pesawat tempur, tidak akan kuat untuk menahan pendaratan 150.000 tentara Sekutu yang didukung bombardir dari laut dan udara!

Rommel, yang saat tanggal 6 Juni itu tengah ijin pulang kampung ke Herrlingen, Jerman, karena istrinya -Lucia Maria Mollin- ulang tahun yang ke-50 (Rommel membawa kado istimewa: sepatu wanita indah buatan Perancis), segera mengontak Rundstedt, atasannya, intinya ia meminta agar Rundstedt mengijinkannya untuk menggerakkan separuh pasukan, tank dan pesawat dari Divisi ke-15 yang menjaga Calais di sebelah utara Normandia (lihat peta) yang berkekuatan 230.000 tentara, 500 tank dan 500 pesawat tempur, agar langsung bergerak turun ke selatan, melakukan serangan baik ke Normandia.

If Hitler would have moved his 15th Army from Pas de Calais immediately  after D-Day, could he have liquidated the Allied beachhead around Normandy?  - Quora

Rundstedt justru kesal dan marah karena ia tidak bisa memberikan ijin. Untuk menggerakkan pasukan ini  harus ada ijin langsung dari Hitler!

Agaknya baik Rundstedt sendiri maupun Hitler sudah termakan hoax buatan Garcia yang melaporkan bahwa serbuan akan dilakukan dari Calais!

Rommel kesal bukan main! Normandia diserbu dan ia tidak bisa menarik pasukan kuat yang posisinya tak lebih dari 100 km!

Keadaan genting dan waktu terus bergulir. Serbuan semakin masif di Normandia. Semakin terlambat menggerakkan pasukan, semakin kuat Sekutu menyerbu masuk. Rommel selalu wanti-wanti pada Rundstedt, agar jangan -sekali-kali membiarkan pasukan penyerbu mencapai pantai, “hajar mereka selagi masih di laut, jangan biarkan mendarat!”

Baca Juga  Pelaku Penabrak Pawai Natal di Wisconsin Ditangkap. Catatan Kejahatannya Panjang!

Rommel pernah berhadapan dengan Montgomerry (jendral Inggris), duet jendral Patton dan jendral Omar Bradley dibawah pimpinan Eisenhower, saat ia dijepit dari timur dan barat sewaktu di Afrika. Ia tahu keuletan pasukan Sekutu.

Hitler Justru Sedang Tidur

Terus ditekan Rommel, Von Rundstedt pun menelepon Hitler di Berlin. Kepala staf Hitler -Jendral Alfred Jodl- yang menerima telepon, mengabarkan hal mengejutkan:  Fuhrer masih tidur di vilanya di Berghof! Sebuah vila yang megah dan nyaman di pegunungan selatan Jerman.

Sialan! Keadaan lagi gawat, Hitler malah tidur!

“Bangunkan dia! Sekutu sudah menyerbu Normandia!” bentak Rundstedt.

Jodl menolak. Ia tidak berani.

“Semalam Fuhrer nonton film dan ngobrol dengan menteri propaganda Joseph Goebbels sampai jam tiga subuh. Ia minum pil tidur setelah itu” jawab Jodl. “Di Berghof tak ada staf yang berani membangunkan dia!” teriak Jodl. Buntu.

Beruntung Abert Speer, asitek utama Nazi merangkap Menteri Persenjataan  sekaligus sahabat Hitler, pukul 10 masuk Berghof dan dialah yang berani membangunkan Hitler.

Immobilie: Hotel in dem Hitlers Leibwache einst nächtigte, wird verkauft -  Salzburg
kompleks peristirahatan Berghof nan megah

Jangan kaget, Hitler biasanya bangun tidur pukul 2 atau 3 siang. Itu kebiasaan sejak kecil! Ayah Hitler – Alois- seorang pegawai negeri rendahan dari Austria adalah seorang temperamental tulen, sekaligus peminum ulung, Hitler yang sejak dalam kandungan hampir digugurkan, kerap dipukul, ditempeleng, ditendang dan disiksa.

Untuk menghindari semua siksaan maka ia harus bangun siang, dengan harapan, setelah terbangun ayahnya sudah pergi bekerja!

Karena sering berlama-lama di tempat tidur, ia jadi pemalas sekaligus hedonis. Ketika  karirnya menanjak,  kebiasaan begadang dan bangun siang tetap ada. Kali ini adat buruk itu menjadi petaka bagi bangsanya.

Tentu saja Sang Pemimpin marah besar bila dibangunkan pukul 10! Hari itu Hitler be-te berat, marah-marah luar biasa. Dan kalau sudah marah tidak ada yang berani memotong ucapannya, termasuk Albert Speer! Apalagi obat tidur masih membuat kepalanya fly!

Jadilah, permintaan Rommel untuk menggerakkan pasukan ke selatan tidak disampaikan apalagi dibahas! Padahal titik ini krusial sekali. Cukup menambah separuh kekuatan yang menumpuk di Calais, setidaknya 100.000 pasukan, 200 tank Tiger, 200an pesawat tempur dari Divisi ke-15, penyerbuan Sekutu di Normandia bisa dipastikan gagal! Pasti.

Pasukan ini lebih lengkap peralatannya, juga terdiri atas tentara yang kenyang pengalaman. Mereka adalah pasukan yang mengalahkan Inggris dan Perancis hingga keluar dari Dunkirk empat tahun silam!

Operasi Tipuan

Meski sempat tertahan di pantai Omaha dan Utah, yang kuat penjagaanya, serbuan Normandia sukses. Tentara Sekutu berhasil merangsek masuk dan menguasai jalan dan kota terdekat.

Laporan pasukan Inggris yang mengawasi Calais bahwa tidak ada tentara Divisi ke-15 yang bergerak membantu ke Normandia, membuat pihak intelijen Inggris berkeyakinan bahwa Berlin termakan umpan mereka dan mengira serangan Normandia hanya tipuan.

Beberapa hari sebelum pendaratan di Normandia, Garcia memang mengirim berita detil dan panjang tentang rencana penyerbuan ke Calais.

Data Garcia sangat lengkap dan tak terbantahkan:

Pasukan yang akan menyerbu Calais adalah tentara Amerika berkekuatan besar. Namanya FUSAG (First US Army Group) dengan simbol angka satu besar dalam segi lima.

FUSAG: The Ghost Army - Patton's D-Day Force That Was Only A Threat In The  Enemy's Imagination
George S. Patton yang memimpin FUSAG

Garcia atau Garbo juga mencantumkan secara detil jumlah peralatan militer yang digunakan: tank, senjata berat, truk pengangkut, kapal laut dan pesawat.  Pasukan penyerbu total yang mencapai ratusan ribu tentara, dirinci secara luar biasa komplet lengkap dengan simbol dan nama kesatuan.

The Fake Army That Helped Defeat the Nazis in WWII | by Bryan Finck |  History of Yesterday
Unit tempur FUSAG, semua FIKTIF!

“Tank, truk dan senjata berat nampak ditumpuk dimana-mana di Dover hingga penduduk sipil diungsikan! Silakan saja kirim pesawat pengintai dan melintasi Dover untuk memastikannya” lapor Garcia.

Berlin patuh, sebuah pesawat pengintai kemudian mengudara. Pilotnya terbang tinggi dan bersembunyi di balik awan. Ia tidak berani mendekat, takut ditembak senjata penangkis udara.

Benar saja, laporan pilot kemudian masuk ke Berlin yang membenarkan berita dari Garcia. Si pilot –dari jauh-  melihat dengan mata kepala sendiri ada ribuan tank, truk, kapal dan senjata berat, juga pasukan yang yang “terhampar” dengan luas di sepanjang pantai dan bukit Dover!

Berlin semakin yakin bahwa tujuan serbuan memang Calais, bukan tempat yang lain.

Garcia menambahkan dalam laporan, Pemimpin tentara penyerbuan adalah Jendral George S. Patton!

Berlin kaget bukan main. Dari sekian banyak jendral Sekutu, khususnya jendral Amerika, Patton lah yang paling ditakuti Jerman. Cekatan, ganas, pemberani dan pantang menyerah! Ia selalu membawa pistol koboi dengan gagang gading di pinggangnya.

Galak,  flamboyan dan dalam kamus perangnya hanya ada kata:  serbu, serbu dan serbu. Tidak ada kata mundur!

Jerman sudah merasakan sendiri gempuran Patton. Dikalahkan mulai dari Marroko, terus ke Aljazair, Sisilia hingga daratan Italia! Lalu tiba-tiba Patton seperti menghilang lenyap. Jerman bingung, lalu ternyata ini jawabannya: “ternyata Patton disiapkan untuk menyerbu Calais!” pikir Berlin.

Padahal, kejadian sesungguhnya, Patton ditarik dari Italia ke London oleh Eisenhower, karena dinilai sudah kelewatan sikap kerasnya. Patton hampir menembak anak buahnya sendiri di rumah sakit!

Dalam kunjungan ke rumah sakit setelah menyerbu Sisilia, Patton membesuk puluhan anak buahnya yang luka-luka. Menyalami dan memberi semangat, menyematkan medali Silver Star pada mereka yang dinilai berani dan berjasa dan berdoa di samping tentara yang luka parah dan tidak sadar.

Lalu, di ujung ruangan, Patton menemukan seorang prajurit yang secara fisik tidak luka sama sekali tetapi dirawat, “ kamu ini kenapa? Tidak luka tapi, kok, ada disiini?” tanya Jendral yang mendapat julukan Bandit oleh tentara Italia itu.

“Saya nggak apa-apa Jendral, hanya nerves, gugup, keberanian saya hilang!”

Patton langsung naik pitam. Mencengkeram leher si prajurit, menarik kepalanya dan mendekatkan pada pasien yang masih tidak sadar dengan badan penuh balutan luka, “Haram jadah! Bang*** kamu!  Lihat kawanmu ini, dia bertempur dengan gagah berani sampai luka begini! Sementara kamu ngendon disini hanya karena nerves!” Patton menarik pistolnya, “keluarkan pengecut ini dari sini!!” pekiknya.

General Patton Slaps Soldier | Argunners Magazine
Patton menampar prajurit. Adegan film ‘Patton’

Berita kemarahan itu menyebar.

Patton dipanggil ke London dan ditegur Eisenhower, tindakan di rumah sakit dinilai bisa meruntuhkan moral dan keberanian anak buahnya.

“Jangan lupa, George,” ujar Eisenhower, ” anak-anak ini pergi perang secara sukerela, panggilan hati nurani berjuang demi perbaikan dan kemerdekaan Eropa, perjuangan masih panjang”

Patton hampir dipulangkan ke Amerika tetapi Ike melihat bakat dan semangat luar biasa pada Patton.

Kepada siapa lagi ia harus percaya? Selain pada Patton dan Omar Bradley? Situasi sedang pada titik krusial. Tak boleh ada kesalahan sekecilpun!

“Kamu istirahatlah dahulu, kerjakan beberapa rencana ke depan dan pimpin “pasukan hantu” di Dover” ucap Eisenhower.

Patton terpana. Pasukan Hantu?

Operasi Fortitude

Begitulah, serombongan juru foto yang sudah diatur oleh MI5 mengiringi Patton ke Dover. Lalu gambar jendral flamboyan yang sedang memeriksa ribuan ‘pasukan’ muncul di halaman pertama koran di Inggris.

Di latar belakang, nampak deretan ribuan tank, truk dan peralatan perang hingga memenuhi bukit. Gambar yang bagus.

Patton akan memimpin penyerbuan Calais! Tulis media Inggris dan Amerika.

Hari itu juga, secara cerdik MI5 juga melepas seorang tawanan perang, seorang brigadir jendral Jerman beserta staf nya kembali ke pihak Jerman, dalam suatu program tukar menukar tawanan.

Si jendral sengaja ‘dibekali’ bahan bacaan koran yang terbit hari itu  dengan gambar inspeksi pasukan oleh Patton.

Kecerdikan lain sudah disiapkan, iring-iringan tawanan sengaja melalui Dover, agar tawanan melewati -dari jauh- bukit yang dipenuhi peralatan perang, tank, truk, artileri dan pasukan yang siaga.

Hari itu Garcia juga mengirim laporan yang sama.

Berlin menerima dengan senang.

Laporan Garcia soal pasukan, tinjuan pilot pengintai, tulisan koran dan laporan pandangan mata Jendral tawanan dan stafnya yang dilepas, yang melihat sendiri persiapan di Dover, semua membenarkan serangan memang benar akan dilakukan dari Dover dengan tujuan Calais!

Esoknya, Garcia menerima radio istimewa dari Berlin: “Alaric, selamat! Fuhrer terkesan sekali dengan kinerja Anda selama ini, terutama laporan soal Dover. Rinci dan lengkap. Karena jasa dan kerja keras Anda, Fuhrer berkenan memberi medali Iron Cross kelas dua karena keberanian dan dedikasi Anda. Medali dan hadiah diberikan menyusul kemudian”

Garcia dan agen MI5 girang bukan main, ada tawa kemenangan terdengar dari dalam bunker di markas MI5 di kota London.

Jerman kena kibul!

Sesungguhnya, yang dilihat pilot dan jendral tawanan adalah deretan tank dan truk dari karet yang bisa dipompa. Ribuan jumlahnya. Juga ribuan meriam dan peralatan perang yang ternyata dari papan yang dicat! Di sungai terdapat kapal-kapal pendarat yang juga terbuat dari kayu dan papan!

D-Day: Decoys and Dummies -- Elinor Florence
Tank karet

MI 5 mempersiapkan Operasi Fortitude, sebuah operasi tipuan, berbulan-bulan lamanya! Lalu, bagai mana dengan pasukan yang memang benar terlihat di Dover? Itu adalah pasukan cadangan AD Kanada yang baru tiba di Inggris, mereka dibelokkan ke Dover sebelum dikirim ke Perancis!

Medali dan uang dari dua pihak!

Sampai Perang Dunia Kedua berakhir  rezim Nazi Jerman tetap tidak tahu kalau mereka telah ditipu! Garcia, mengantongi 100.000 mark hadiah dan medali Iron Cross atas ‘dedikasinya’ pada Jerman.

Pasukan utama yang menjaga Calais tetap tidak digerakkan. Mereka percaya akan adanya penyerbuan kedua. Pasukan ini mulai digerakkan manakala Jendral Inggris, Bernard Montgomery menjepit posisinya dalam sebuah tekukkan yang sangat kuat. Pasukan ini pun terisolir.

Dari pemerintah Inggris, Garcia juga diberi hadiah, 15.000 poundsterling, sebagai tanda terima kasih. Agen sableng itu lalu menghilang ke Afrika!

Intel MI5 membantunya masuk Afrika Tengah dan membuatkan dokumen kematian palsu di sana. Secara diam-diam Garcia lalu dipindah masuk Venezuella, Amerika selatan, dan bermukim di sana dengan identitas palsu sebagai karyawan perusahaan minyak Belanda, Shell.

Juan Pujol García - Wikipedia
Paspor Venezuela milik Garcia, palsu tentu saja

Pertengahan tahun 50-an, ia dipanggil pulang ke Inggris oleh Raja Inggris, Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth.

Dan sang Raja dengan terpesona menghabiskan waktu hampir satu hari untuk mendengarkan kisah heroik Garcia dari awal sampai akhir!

Pulangnya, Pangeran Phillip menyematkan medali kehormatan British Empire Medal (BEM) berkat jasa-jasanya.

Codename: GARBO - by Shaunak Agarkhedkar - Espionage&
Garcia usai menerima medali, ia berdiri di depan istana Buckingham

Cita-cita besar Garcia menyelamatkan Eropa terkabul! Entah apa jadinya bila pasukan yang menjaga Calais benar-benar digerakkan turun ke Nomandia. Korban tentu akan lebih banyak dan jalannya Perang Dunia Kedua pasti berubah. Bisa jadi Sekutu kalah (karena memang Sekutu kalah jumlah, peralatan dan pengalaman tempur pasukannya)

Dan, kurang ajarnya, sepulang dari Inggris Garcia menyempatkan diri mampir ke Madrid dan menemui Frederico yang masih tidak tahu bahwa ia sendiri kena tipu! Bahkan agen ini merasa bangga karena “anak didiknya” berhasil menjadi bintang bagi Fuhrer!

Begitulah, kisah Garcia si agen ganda. Ia menerima DUA MEDALI dan Uang sekaligus dari pihak yang bertikai. Bagi Jerman ia telah mengirim hoax yang menyesatkan,  sementara bagi Inggris, si Garbo telah menjadi juru selamat!

Sebuah kisah nyata yang spektakuler yang sampai saat ini tidak ada duanya!

Sekian.

(Gunawan Wibisono)

Share :

Baca Juga

Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu V
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Sumber Permainan Api

Historia

Operasi Daging Cincang: Hoax Tersukses Dalam PD2 (full)

Historia

Kisah Tarsa, Saat Terjadi Pembantaian Rawagede, Karawang, 9 Desember 1947

Historia

Perangko Stauffenberg, Nilainya Unik. Mengapa Memakai Angka 20?
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (II):

Berita

Gugurnya Kadet Kasmiran, Bakti Paskhas TNI-AU Saat Agresi Belanda Kedua

Historia

Hari ini, 79 tahun silam, AL Perancis Hancurkan Sendiri Kapal-kapal Perangnya