Home / Bisnis & Kuliner

Rabu, 3 November 2021 - 06:57 WIB

Masyarakat Kota Madiun Mulai Menggeliat

Kota Madiun

Kota Madiun

Suasana  Jalan Taman Praja, Pusat PKL Bunderan

DeFACTO. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Kota Madiun memasuki level 1. Namun demikian,  geliat kegiatan masyarakat Kota Madiun sebenarnya sudah mulai terasa sejak dua minggu terakhir. Suasana kota serasa sudah bebas dari  PPKM.

Begitu pembatasan kegiatan terasa mulai agak longgar, masyarakat pun bagaikan mengalami euforia. Suasana kota sudah mulai terasa hiruk pikuknya. Tampaknya masyarakat sudah sangat jenuh dengan kondisi pengetatan selama ini.

H. Maidi Walikota Madiun

Di pusat PKL Bunderan, Jalan Taman Praja, misalnya, sudah dua minggu terakhir mulai ramai. Selain PKL sudah boleh jualan lagi, masyarakat pun sudah mulai memadati kawasan olahraga, sekadar jalan-jalan, dan berbagai jenis kendaraan yang lalu lalang. Kepadatan lalu lintas di jalan itu, khususnya di bagian selatan, sudah kembali seperti sebelum diberlakukan PPKM.

Baca Juga  Pasangan Prabowo - Puan Maharani Terkuat versi Survey

Demikian pula di Joglo Palereman Kelun, sebuah pusat lapak UMKM di wilayah Kelurahan Kelun. Setiap malam, sekarang sudah jadi tujuan warga untuk bersantai. Apalagi hari Sabtu dan Minggu.

Satu dari Sepuluh di Jatim

Sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 57 Tahun 2021, Kota Madiun merupakan satu dari sepuluh daerah di JawaTimur yang berstatus PPKM level 1. Sepuluh daerah kabupaten dan kota di Jatim itu adalah Situbondo, Sidoarjo, Pasuruan, Pamekasan, Madiun, Lamongan, Kota Surabaya, Gresik, Bondowoso dan Banyuwangi.  .

Baca Juga  Ayu Azhari Mencicip Gastronosia Wedus Tugel
Joglo Kelun Kota Madiun

Bukan hanya masyarakat saja, Wali Kota Madiun H. Maidi juga menyambut gembira status kota yang dipimpinya itu. Namun demikian ia tetap mengingatkan, agar masyarakat tidak euforia.

‘’Kita tetap waspada. Artinya, longgar boleh, tapi prokes harus dikedepankan. Kalau Indonesia sudah dikatakan zero kasus, ya sudah kita lepas semua. Makanya dalam kondisi ini kita harus tetap hati-hati,” tegasnya.

Baca Juga  Bhagawad Gawat

Sesuai Inmendagri No.57/2021, ada pelonggaran pada sejumlah sektor selama masa PPKM 1. Seperti warung makan/warteg, pedagang kaki lima, lapak jajanan dan sejenisnya diizinkan buka sampai pukul 22.00 waktu setempat dengan maksimal pengunjung makan 75% dari kapasitas.

Kapasitas bioskop menjadi 70 persen, serta kegiatan seni, budaya, olahraga dan sosial kemasyarakatan yang dapat menimbulkan keramaian dan kerumunan, diizinkan buka dengan kapasitas maksimal 75% dengan menerapkan protokol kesehatan lebih ketat. * Rahayu Santosa

Share :

Baca Juga

deFACTO.id -- dalam rentang waktu lima tahun belakangan ini Kota Pagaralam mulai dikenal dunia sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik. Padahal, kopi - atau kawe - masyarakat setempat menyebutnya - sudah ditanam sekurangnya sejak tahun 1918. Hal itu dimungkinkan karena terbukanya arus informasi berbasis IT serta mulai tergeraknya hati generasi muda petani kopi Pagaralam untuk memproses dan membranding hasil kopi mereka - dari sebelumnya yang hanya menjual mentahan. Berpuluh-puluh tahun lamanya kopi robusta dari Pagaralam dijual mentahan, diangkut dengan truk, dijual ke luar - dan dikapalkan pelalui pelabuhan Panjang (Lampung). Itulah barangkali sebabnya mengapa kopi Pagaralam (plus Lahat, Empatlawang dan sekitar gugusan Bukit Barisan) selama ini dikenal dengan julukan Kopi Lampung. Tak puas dengan stigma ini, anak-anak muda Pagaralam tergerak melakukan banyak terobosan, mulai dari memperbaiki sistem penanaman, panen, pascapanen, hingga branding. Tak puas dengan itu, mereka pun melengkapi "perjuangan" mereka dengan membuka kedai-kedai kopi, dilengkapi dengan peralatan semicanggih, - meski secara ekonomis usaha mereka belum menguntungkan. Di antara para "pejuang kopi" Itu bisa disebut misalnya Miladi Susanto (brand Kawah Dempo), Frans Wicaksono (Absolut Coffee), Sasi Radial (Jagad Besemah), Azhari (Sipahitlidah Coffee), Dian Ardiansyah (DNA Coffee), Wenny Bastian (Putra Abadi), Efriansyah (Rempasai Coffee), Dendy Dendek (Kopi Baghi), Hamsyah Tsakti (Kopi Kuali), Iwan Riduan (Waroeng Peko) dan banyak lagi. Dalam banyak lomba dan festival, lingkup nasional maupun internasional, kopi Pagaralam banyak dipuji dan diunggulkan - baik secara kualitas maupun orang-orang (petani & barista) yang ada di belakangnya* HSZ

Berita

Pagaralam Punya Kopi, Lampung Punya Nama
Mabk Upik

Bisnis & Kuliner

Kue Semprong, Camilan Tradisional Ndesa Incar Kaum Milenial

Bisnis & Kuliner

Rawon dan Laksa, Sup Khas Indonesia yang Mendunia

Bisnis & Kuliner

Rujak Natsepa, Kuliner Andalan dari Pantai Natsepa, Maluku Tengah
Batik Kenongo

Berita

Batik Kenongorejo, Hidup Enggan Mati Tak Mau

Bisnis & Kuliner

Melihat Keindahan Sempurna Gunung Salak Sambil Nyeruput Kopi

Bisnis & Kuliner

Menparekraf Beri 3 Tips Sukses Berusaha Bagi Pelaku Ekraf di NTB
Depot Pantes

Bisnis & Kuliner

Depot Pantes Empat Dasawarsa Pertahankan Bothok Tawon