DeFACTO.id – Taukah Anda yang namanya kue smprong? Itu lho jajanan traisional ndesa yang dulunya lebih dikenal dengan nama kue gapit. Karena cara membuatnya digapit dengan alat khusus dari besi.
Tapi kalau kue gapit berupa lempengan bulat, sedang semprong dilipat-lipat jadi bulat panjang. Mirip semprong atau tutup lampu minyak zaman dulu.
Di tangan Upik Junaedah, kue semprong yang dulunya berasa biasa saja, paling sedikit manis. Kini rasanya dibuat bervariasi. Upik sengaja membuat semprong kekinian untuk membidik pangsa pasar anak-anak muda milnial. ‘’Biar anak-anak juga bisa menikmati jajanan tradisional,’’ begitu akunya.
Beragam variasi ia lempar ke pasaran. Hasilnya benar-benar luar biasa. Apalagi dikemas dengan apik hingga kelihatan ciamik. Lebih menggoda. Dari ndesa, akhirnya kue gapit ala semprong ini bisa mejeng di toko-toko camilan atau toko oleh-oleh dan super market.
Jadilah camilan tradisional ndesa ini naik level. Termasuk juga diganrungi kaummilenial. Karena mbak Upik paham dengan selera pangsa pasarnya. Jadilah kue semprong berasa keju, revolver, coklat, p isang raja dan yang terbaru rasa jamur. Varian itulah yang bisa diterima lidah kaum milenial.
‘’Istilahnya mengikuti permintaan pasar zaman now,’’ kata pengusaha kue semprong dari Jiwan, Kabupaten Madiun ini.
Awalnya usaha kue semprong ini digagas oleh ibunya Mbak Upik pada tahun 1997. Waktu itu, ada waktu luang setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Sang ibu pun membuat jajanan camilan itu untuk konsumsi sendiri. Lalu iseng -iseng dijual keliling dengan digendong. Ternyata laku.
Dan bukan sekadar varian, kue semprong buatan mbak Upik mempunyai cita rasa tersendiri dibanding produk lain. Meski bahan sama, takaran sama cara pembuatannya pun sama. Belum tentu akan menghasilkan rasa yang sama.
Pelanggannya pun dari berbagai kalangan mulai dari lingkungan sekitar sampai luar kota. Karena sistem pemasarannya selain offline juga secara online.’’Biasanya yang online pemesannya dari luar kota,’’ ungkapnya.
Pada tahun 2010 Mbak Upik kembali ke Madiun dari Bojonegoro. Dan usaha kue semprong diambil alih. Dengan inovasi baru, usaha semakin maju.
Ramainya dirasakan saat musim penganten. Terjadi banjir orderan kue semprong dan kue kembang goyang yang juga diproduksi untuk hantaran. Apalagi di saat hari raya seperti ldul Fitri. Pesanan melonjak tajam hingga beberapa kali lipat.
Ia tidak kawatir meski sekarang persaingan pasar yang semakin ketat, Tapi dengan tekat kuat tidak mengurangi cita rasa, meskipun harga bahan baku mahal. *Yuliana