DeFacto.id – Security detail’ setiap vvip: top eksekutif, presiden, raja atau ratu, kurang lebih sama.
Bila VVIP berjalan di area terbuka, sejatinya semua sudah diperhitungkan demikian matang. Tidak bisa sembarangan.
Pakaian yang dikenakan, seragam pengawalnya, kendaraannya, rutenya, termasuk memperhitungkan dengan cermat bila kejadian buruk terjadi. Semua dicek dan dicek ulang. Ditelaah dan diperiksa lagi. Terus sampai puluhan kali.
Bila perlu regu pengawal dibuat beberapa tim, lalu diadu siapa yang paling terampil dan sigap, itu yang terpakai.
Hukum utamanya: no room for error. Tak boleh ada kesalahan. Sekecil apapun. Harus sempurna. Perfect!
Sebab sekali teledor bisa fatal dan nyawa menjadi taruhannya!
Bila VVIP sampai celaka, keamanan negara taruhannya. Presiden Kennedy ditembak di Dallas maka seluruh negara saling curiga.
Hugo Boss
Seragam para pengawal yang kerap dipilih lebih banyak memakai warna hitam. Setelan jas, dasi dan kacamata hitam. Secara psikologis warna hitam membuat para pengawal kelihatan lebih berwibawa, tegas, garang sekaligus menakutkan.Orang awam akan risi dan segera menjaga jarak, apabila rombongan ini lewat!
Sebetulnya itu hanya permainan psikologi warna belaka. Coba bayangkan bila pengawal tadi memakai seragam putih-putih, malah terkesan –friendly- yang mendorong orang untuk bergerak mendekat, dan itu bisa berbahaya.
Hitam, warna paling tepat untuk pengawalan dalam format resmi dan penting.
Sebetulnya, siapa, ya, yang punya ide ini pertama kali?
Kita lalu mundur ke belakang, semasa Perang Dunia Kedua, adalah perancang busana kelahiran Jerman – Hugo Boss- yang memulainya. Ia mendisain beberapa seragam penting untuk Jerman semasa masih di bawah kendali Hitler.
Pak Hugo merancang seragam Sturmabteilung (SA) – Detasemen Badai, yang merupakan sayap para militer dari partai Nazi sebelum ia berkuasa penuh. Kalau sekarang semacam ormas kepemudaannya.
SA lalu dibubarkan, ketika Hitler menjadi kuat karena militer Jerman berhasil dirangkul. Sayap ini jelas tidak dibutuhkan lagi.
Selain itu ia juga merancang seragam pramuka, pasukan AD, AL dan AU Jerman sampai jas hujan para jendralnya yang indah. Kombinasi warna hijau dengan lidah merah di bagian belahan tengahnya sungguh gagah!
Rancangan Pak Hugo yang paling fenomenal adalah seragam pasukan SS, pasukan gerak cepat kebanggaan Hitler. Semua serba hitam. Membuat bulu kuduk berdiri. Menakutkan! Rasanya sangat berbeda bila kita melihat segerombolan orang berseragam hitam loncat dari truk, bila dibandingan dengan orang-orang ini berseragam putih-putih, misalnya.
Melihat warna hitam bergerak bersamaan dengan cepat, sinyal waspada sekaligus was-was langsung di kirim ke otak untuk diolah. Ada apa ini?
Padahal orang-orang ini tidak melakukan apapun! Pasukan dengan warna hitam inilah yang membentengi Hitler, ada –sedikitnya- 500 pengawal yang melekat 24 jam! Terdiri atas tentara dengan senjata otomatis (foot soldiers), pasukan motor, pasukan bermobil dan ditutup kawalan kendaraan berlapis baja lengkap dengan senjata penangkis serangan udara. Betapa paranoidnya Hitler akan keamanan diri sendiri!
Perasaan yang sama yang kini menghinggapi presiden Korea Utara, Kim Jong Un.
Semasa PD Kedua berakhir, semua yang berbau Nazi dan Hitler dinyatakan dilarang. Pertingginya ditangkapi. Pak Hugo sempat diinterogasi tapi dilepaskan lagi karena ia bekerja (mendisain) murni sebagai profesional.
Warna hitam bagi para pengawal orang penting ini ternyata mempengaruhi banyak negara, dan memakainya hingga sekarang.
Presiden kita, dalam beberapa acara penting dan resmi pun ‘menurunkan’ pengawal memakai seragam hitam. Tapi dalam acara yang sifatnya santai dan tidak resmi para pengawal ini mengenakan seragam kaos lengan pendek atau batik.
Namun jangan coba-coba menerobos, lho, ya, meski warna seragamnya santai tapi tingkat kewaspadaannya tetap sama. Sebab, aturannya tetap sama: No room for error! *gw