Jakarta, Defacto – Sinema Indonesia mengirimkan wakilnya “Tale of the Land” di ajang Busan International Film Festival 2024. Menyambut penayangan perdana (world premiere) di ajang tersebut, rumah produksi KawanKawan Media merilis official trailer film yang berlatar belakang alam dan perairan terbuka di pulau Kalimantan.

“Tale of the Land” siap berkompetisi di program New Currents di Busan International Film Festival yang digelar antara 2 hingga 11 Oktober 2024. Proyek ini merupakan debut Loeloe Hendra sebagai sutradara dan penulis, dan berkolaborasi dengan produser Yulia Evina Bhara dan Amerta Kusuma dari KawanKawan Media. Mereka merekam kegamangan lingkungan Kalimantan, seraya menghadapi kondisi alam yang menantang. Proses syuting 90% di atas air, sehingga menciptakan pengalaman yang memperkuat elemen fantasinya.
Kisahnya tentang May, seorang gadis Dayak, yang diperankan oleh Shenina Cinnamon. May dihantui oleh trauma kematian orang tuanya dalam konflik tanah, yang memaksanya tak bisa menginjakkan kaki di tanah. Dia tinggal bareng kakeknya, Tuha (Arswendy Bening Swara), di sebuah rumah terapung yang berasa di atas danau.
Proses syuting film ini dilakukan di sebuah delta sungai pedalaman yang berubah secara dramatis selama musim hujan, ketika air mencapai puncak debitnya. Tim produksi harus menemukan momen terbaik untuk pengambilan gambar, yaitu ketika air berada pada debit tertinggi. Tantangan berikutnya: musim hujan selalu datang dengan angin dan badai.
Bagi sutradara Loeloe Hendra, karakter May adalah alegori yang merefleksikan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat adat di seluruh dunia yang tanah airnya terus berubah akibat tekanan dunia modern.
Di mata sang sutradara “Tale of the Land adalah kisah tentang tanah. Secara personal dia menyatakan film ini sebagai gabungan dari imajinasi masa kecilnya saya dengan realitas sosial masyarakat di Kalimantan saat ini. Dia ingin menunjukkan bahwa ada sesuatu yang berubah dan bergeser. Kondisi yang terjadi pada karakter May adalah bentuk pertanyaan tentang situasi tersebut.
“Bagaimana jika manusia tidak bisa hidup di atas tanah? Bagaimana jika kita memiliki tanah yang luas, tapi kita tidak bisa menginjakkan kaki di atasnya lagi? Bagaimana dengan seseorang yang lahir di tanah leluhurnya, namun kemudian terpaksa pergi hingga ajal menjemput dan tidak bisa kembali lagi ke tanah kelahirannya,” demikian ungkap Loeloe Hendra.
Bagi aktor Shenina Cinnamon dan Arswendy Bening Swara ini merupakan reuni setelah sebelumnya berkolaborasi dalam film “Badrun & Loundri” (Garin Nugroho, 2023). Turut bergabung bersama mereka ada Angga Yunanda dan Yusuf Mahardika. (*/BB)