Home / Berita

Senin, 18 November 2024 - 08:33 WIB

Setelah Kuliah 108 Semester di “Universitas” Sido Muncul, Irwan Hidayat Dianugerahi Gelar Doktor Honoris Causa.

Jakarta, Defacto — Umumnya mahasiswa Indonesia menghabiskan paling banyak 8 semester untuk meraih gelar Sarjana Strata 1 (S1); 3 Semester (S2), dan 6 Semester (S3). Total keseluruhan, jika berjalan mulus, hanya butuh 15 semester untuk meraih gelar Doktor.

Direktur PT Sido Muncul, bisa jadi merupakan mahasiswa terlama untuk meraih gelar Doktor, yakni 108 semester. Itu pun hanya Doktor Honoris Causa (HC), gelar yang diberikan kepada orang yang memiliki jasa / kontribusi bagi kehidupan.

Tentu saja kuliah yang dijalani lelaki 77 tahun ini bukan berlangsung di perguruan tinggi (PT) umum, melainkan di PT. Sido Muncul, perusahaan keluarga yang kemudian menjelma menjadi sebuah perusahaan nasional, berkat kerja keras seluruh anggota keluarga.

Pada 13 November 2024 yang baru lalu, Universitas Negeri Semarang menganugerahi gelar Doktor Honoris Causa kepada Irwan Hidayat.

Dalam orasi ilmiahnya di hadapan Rektor, Guru Besar dan jajaran civitas academica serta undangan, Irwan memaparkan tentang masa “perkuliahannya” di “Universitas” Sido Muncul.

“Dalam orasi ini, saya mempersembahkan kepada bapak ibu sekalian jejak perjalanan saya dan Sidomuncul yang penuh dengan kegembiraan, harapan, kecemasan, juga optimisme. Saya yakin, jejak-jejak itu telah membentuk dan mengantar saya dan Sidomuncul berada pada titik berdiri detik ini,” Irwan mengawali isi orasinya.
 
Irwan menuturkan,  mulai dari ayunan langkah bekerja di Sidomuncul dan fokus pada bagian marketing. Setelah  bekerja di Sidomuncul, adik-adiknya Sofjan, Johan, Sandra bersama suaminya Sigit, lalu David, menyusul.

Pada tahun 1980-an mereka berbagi tugas. Kalau dulu semua bekerja di bagian penjualan, Irwan membentuk divisi marketing. Sementara itu, adik-adiknya,  Sofjan, Johan dan Sigit di bagian distribusi dengan mendirikan PT Muncul Mekar. Sandra dan David mengurusi keuangan dan pembelian, sedangkan Papa dan Mami di bagian produksi.

Dari tahun 1969 sampai 1985 ia bekerja, ternyata tidak banyak kemajuan yang Sidomuncul capai. Dibandingkan dengan jamu-jamu lain, Sidomuncul jauh tertinggal, padahal segala upaya sudah  dilakukan, termasuk meniru segala çara yang perusahaan jamu lain lakukan.

Baca Juga  Kasus PWI Pusat Gate, Sejumlah Wartawan Berunjuk Rasa di KPK

Melihat Sidomuncul yang tidak maju-maju, Irwan berpikir keras dan berefleksi. Buahnya,  menyadari bahwa ”kerja keras” meniru selama 16 tahun (1969-1985) itu ternyata sia-sia.

“Beruntung saya ”siuman” dan menyadari bahwa kalau saya meniru,  Sidomuncul akan tetap menjadi follower. Saya harus melompat yaitu meniru pabrik farmasi yg produknya melalui uji klinis. Saya membayangkan Sidomuncul memproduksi “produk dari bahan alam” tapi dengan uji klinis. Pasti luar biasa!,” paparnya.

Masalahnya syarat uji klinis, produknya harus terstandar dan harus di produksi di pabrik dengan standar farmasi. Sedangkan, saat itu standar pabrik Sidomuncul adalah pabrik jamu. Untuk membuat pabrik dengan standar  farmasi dibutuhkan dana yang banyak kami tidak memiliki pada saat itu.

Karena itu dalam keterbatasan fasilitas, ia melakukan langkah-langkah “ persiapan “ untuk menjadikan Sidomuncul menjadi pabrik farmasi jamu, yaitu :

  1. Menetapkan Tolakangin serbuk sebagai produk unggulan, ini supaya bisa menjadi lokomotif bagi produk-produk yang lain.
  2. Meneliti resep Tolakangin serbuk, dan membandingkan dengan literatur tanaman herbal yang ada.
  3. Menggunakan bahan jamu berkualitas.
  4. Mengembangkan Tolakangin serbuk menjadi Tolakangin cair.
  5. Mengganti packaging jamu Tolakangin dari kertas ke alumunium foil supaya terjaga kualitasnya.
  6. Membuat informasi di packaging menjadi lebih rasional . Misalnya informasi jamu Tolakangin hanya untuk sakit masuk angın.
  7. Mengubah logo ”Foto Ibu dan Anak” dengan menambahkan gambar lumpang dengan foto ibu & anak.
  8. Memperbaiki tulisan “Sido Muncul” yang terpisah dan menyatukan  menjadi “Sidomuncul“ sekaligus mengubah font huruf yang lebih feminin karena feminisme adalah lambang kepercayaan.
  9. Pada tahun 1990 saya berhasil mendaftarkan nama Tolakangin sebagai Brand milik Sidomuncul di kantor HAKI dep kehakiman, padahal  nama  Tolakangin dianggap sebagai nama generik yang tidak bisa didaftarkan sebagai brand.
  10. Pada tahun 1993 membentuk Divisi PR/Humas, karena merujuk Handi Irawan, kehumasan lebih efektif dibanding iklan. Masalahnya, kita tidak bisa ber-PR terus menerus karena PR adalah mediadomain. Sedangkan, iklan merupakan companydomain.
Baca Juga  Presiden Jokowi Resmikan Monumen yang Dibangun Menhan Prabowo di Lapangan Bela Negara

Pertama kali pada 1994, divisi PR  digunakan untuk mengkomunikasikan program Mudik Lebaran Gratis Sidomuncul yang sebenarnya sudah ada sejak 1991. Program legendaris Mudik Gratis Sidomuncul berlangsung selama 30 tahun dan berhasil memudikkan 400 000 orang 
Program mudik gratis ini yang membuat Sidomuncul  terkenal itu merupakan ide dan gagasan Sofyan Hidayat , adik saya yang kedua.

Sejak itu banyak cara dilakukan. Divisi PR bekerja keras mengkomunikasikan kegiatan perusahaan dengan berbagai cara. Seperti  operasi gratis bibir sumbing, penanganan stunting, kegiatan seminar dengan para dokter, menyumbang untuk korban bencana, operasi katarak dan sebagainya. Dampaknya luar biasa pada perusahaan.
 
Setelah 12 tahun, langkah awal yg kami lakukanmulai membuahkan hasıl. Sidomuncul menjadi semakin di kenal,  kepercayaan publik mulai meningkat dan menumbuhkan penjualan yg significant.
Alhasil, pabrik kami yang berlokasi di Lingkungan Industri Bugangan Semarang tidak cukup untuk memenuhi permintaan pasar.

Karena itu ayahnya, Yahya Hidayat memutuskan untuk mendirikan pabrik baru. Beliau memilih membeli tanah di Jalan Soekarno Hatta km 28, Desa Diwak, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Luas tanahnya 20 ha Pada tgl 21 Agustus 1997 pembangunan pabrik “farmasi jamu” Sidomuncul dimulai, selesai pada tahun 2000
 
Pabrik Sidomuncul yang baru ini dibangun dengan standar farmasi dan dilengkapi dengan laboratorium seluas 2.000 m2 berikut peralatan lengkap, termasuk laboratorium kimia, farmakologi, formulasi, uji stabilitas, uji air, uji PCR, labolatorium mikrobiologi dan instrument, kulktur jaringan.

Ketika meminta izin ke BPOM untuk mendapatkan izin sebagai pabrik farmasi (CPOB). Awalnya ditolak karena tidak ada aturannya, tapi ia berhasil meyakinkan Kepala BPOM.

Baca Juga  Laksamana Sukardi dan Anas Urbaningrum Gabung ke PKN

“Kalau pabrik kami memang berstsndar farmasi apa salahnya memberi kami izinnya farmasi, tapi Sidomuncul akan tetap memproduksi produk herbal.”
Akhirnya permohonan kami di kabulkan. Sidomuncul mendapat izin pabrik jamu (CPOTB) dan pabrik farmasi (CPOB) .
Pada tanggal 11 November 2000 pabrik jamu dan farmasi Sidomuncul diresmikan oleh Menteri Kesehatan Dr. dr. Achmad Sujudi MHA .

Dalam bidang produksi juga banyak hal dilakukan. Seperti melakukan Standarisasi yang meliputi: 

  1. Raw material simplisia didapatkan dari pengembangan bibit yang kemudian dibudidayakan oleh petani binaan sampai pasca panen, maupun kerjasama dengan suplier bahan baku dengan kontrol kualitas yang ketat.
  2. Melakukan skrining zat aktif, pemeriksaan mikroba, aflatoxin dan cemaran lain. Hanya simplisia yang memenuhi persyaratan yang akan diterima.
  3. Inproses control yang ketat diberlakukan selama tahapan proses produksi.
  4. Pemeriksaan setiap batch produk akhir sebelum beredar yang meliputi di antaranya pemeriksaan zat aktif, logam berat, mikrobiologi, aflatoxin DNA babi, EG DEG, dan organoleptik.
  5. Penyimpanan retained sample sebagai pertinggal sepanjang waktu kadaluarsa ditambah 6 bulan supaya kami dapat memonitor produk dan sebagai kontrol jika ada klaim dari konsumen, dan lain-lain.
     
    Tagline “Orang Pintar Minum Tolak Angin” mengena pada hati setiap orang.
    Setiap kali minum Tolakangin, kita merasa “pas” karena kita memang pintar.
    Ide tagline tersebut menurutnya, terinspirasi dari cerita ketika anak-anaknya saat sekolah di Amerika. Di sana ada juara nyanyi, juara pidato, juara olah raga dll . Artinya ada apresiasi pada keahlian masing-masing.

Terlepas dari segala usaha yang dilakukan, Irwan merasa selalu ada guidance of the invisible hand yang bekerja menuntunnya.

“Pada dasarnya saya hanya merasa menjadi orang yang beruntung karena mendapatkan bimbingan Tuhan semata,” kata Irwan. (Harry Tjahjono)

Share :

Baca Juga

PUTRI MAKO

Berita

Putri Mako Lepas Gelar Bangsawan demi Menikah dengan Rakyat Biasa

Berita

Sejumlah Perwakilan Masyarakat Daerah Temui Ganjar Pranowo Saat Ulang Tahun ke-53

Berita

Dua Ribu Pasutri di Tangerang Cerai Karena Pinjol

Berita

Luhut Panjaitan akan Buka Forum “Energy Talk” Asia Pasifik di Indonesia

Berita

Turut Berperan Majukan Pariwisata Labuhan Bajo, Kuku Bima Terima Penghargaan

Berita

Wacana penundaan Pemilu 2024 Karena Covid-19 Tak Bisa Diterima Nalar

Berita

Pulung Wahyu Makutharama

Berita

Pembangunan Labersa Kaldera Resort