DeFACTO.id – Gumregah. Begitulah kalangan pengusaha dlam menyikapi kondisi pandemi yang mulai melandai. Tak ketinggalan bos Eat House Cafe and Resto.

Kali ini Eat House yang berada di Jalan Diponegoro 1 Caruban ini angsung membuka paket Pesta Kebun. Harga yang dipatok pun relatif terjangkaau, mulai Rp 30 ribu.
Musa Henri termasuk pengusaha nyeni dan peduli kesenian. Seniman lukis Madiun Petarung Kehidupan yang dipandegani Make Yoka, setidaknya tahun ini sudah 2 kali mendapat fasilitas pameran di situ.
Eat House juga sering mengadakan even yang berkonsep seni tradisional seperti tari, dongkrek, wayang kulit anak, gambyong anak-anak. Tak ketinggalan juga memfasilitasi seni kekinian yang biasa dibawakan anak muda. Termasuk musik kekinian.

‘’Tujuan saya selain ingin melestarikan budaya tradisional Juga ingin memberikan tempat bagi para pelaku seni untuk menunjukan bakat-bakat seni mereka,’’ kata Musa.
Pun juga membuat pengunjung Eat House alias Eat4Nation sendiri agar tidak bosen, lantaran disuguhi nuasa dan hiburan yang begitu-begitu saja. Saat ini Eat House sudah menambah konsep baru yaitu out door datau pesta kebun. Paket ini bisa untuk acara -acara apapun. Termasuk pernikahan ,ulang tahun dan lain lain. Peminat gratis tanpa dipungut biaya. Tentu urusan makan minum ya harus memesan di situ. Karena itulah sekarang ini bisa dikatakan Eat House Grow and glow.
Dari Gudang
Eat house didirikan berawal dari ketidaksengajaan. Semula Musa Hendri pengusaha toko elektronik. Ia memiliki gudang yang tidak terpakai, lalu berencana akan menyewakannya. Namun salah satu dari teman istrinya mengusulkan untuk memakai gudang itu dengan membuka usaha rumah makan saja. Lalu Musa Hendri menyulap gudang tersebut menjadi rumah makan yang berkonsep seni dan badaya tradisional. Semua ide dan konsep seratus persen dari dirinya sendiri.
Kini usahanya membuahkan hasil.apalagi ia sangat piawai dalam membuat konsep acara, pun juga meracik menu-menu unggulan yang disukai knsumennya. Dari menu-menu tradisional, menu lndonesia dengan harga yang ramah untuk kantong tapi rasanya tidak kalah dengan rumah makan bertaraf bintang 5.

Musa Hendri tidak segan-segan turun langsung ke dapur untuk mengontrol kebersihan tempat maupun kebersihan dalam proses memasak sampai penyajiannya. Itu dilakukan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan para konsumen. ‘
’Sebenarnya omzetnya tidak begitu besar, sebulan kisaran 20 jutaan,’’ ungkapnya.
Tapi bukan itu yang utama. Terpenting baginya adalah bisa ikut nguri-uri budaya tradisional. Dan tak kalah pentingnya adalah bagaimana karyawan tetap bisa bekerja. Meski pandemi merorakporandkan ekonomi, Musa tetap bertahan. Eat House tetap buka dengan menjalankan protokol kesehatan.
‘’Kelangsungan kehidupan karyawan bergantung juga dari beroperasinya Eat House. Karena itu kami tak merumahkan karyawan, kecuali mereka keluar sendiri’’ ujarnya.* Yuliana