Home / Bisnis & Kuliner

Rabu, 24 November 2021 - 21:29 WIB

Depot Pantes Empat Dasawarsa Pertahankan Bothok Tawon

Depot Pantes pelestari bothok tawon

Depot Pantes pelestari bothok tawon

DeFACTO.idBothok Tawon (lebah) merupakan kuliner legend zaman dulu. Kulineryang satu ini sudah banyak ditinggalkan. Bahkan anak zaman now pun banyak yang tidak mengenal,

Padahal kuliner zaman embah-embah kita dulu, banyak mengandung khasiat bagi kesehatan manusia. Dari literatur kesehatan diketahui manfaat makan sarang tawon bisa melawan infeksi bakteri dan jamur. Selain itu kaya antioksidan.

Seperti dikutip dari Healthline, sarang lebah juga kaya akan karbohidrat dan menyegah  penyakit jantung dan liver pun  juga untuk membantu penderita diabetes.

Bothok tawon

Di Caruban, Kabupaten Madiun, ada  warung yang selama empat dasawarsa tak pernah absen menyajikan menu Bothok Tawon, yakni Depot Pantes. Tempatnya strategis di tengah kota, Jalan Panglima Sudirman 35. Bahkan lokasi itu gampang dicari lewat Google Map.

Baca Juga  Sate Jamur dan Tahu Kesukaan Bu Inda Raya Wakil Walikota Madiun

Pengelola depot itu sundiri sudah turun temurun. Perintisnya Bu Rumi, yang kemudian diteruskan oleh anak-anaknya. Saat ini dikelola oleh Mbak Welly, menantunya. Namun satu hal yang tak pernah ditinggalkan, yakni Bothok Tawon yang sudah melegenda itu. Sampai sekarang ia selalu ingat pesan mertuanya agar meneruskan Bothok Tawon sebagai menu khas Depot Pantes sejak dulu

‘’Ini amanah agar saya tetap melestarikan menu yang satu ini. Selain diakui menyehatkan juga menjadi ciri khas depot ini,’’ katanya.

Dengan harga sebungkus Rp 17,000, ternyata masih ada yang setia terhadap menu tradisional ini. setiap hari dipastikan habis terjual.   Kendalanya jusru sulitnya mendapatkan bahan baku sarang tawon (tala). Sekali pun sekarang banyak peternak lebah. ‘’Kalau toh ada harganya juga mahal itu pun harus cari di luar kota,’’ akunya.

Baca Juga  Batik Kenongorejo, Hidup Enggan Mati Tak Mau
Sarang tawon

Sedang di Caruban, Madiun dan sekitarnya hanya ada di saat musim panen madu pada  bulan September sampai Oktober bulan Desember sudah tidak ada lagi.

Penuh Sensasi

Bothok Tawon sendiri bahan bakunya terbuat dari sarang dari tawon yang diolah dengan rempah-rempah khusus khas masakan Jawa Timur. Rasanya pedas asam manis dan ada sensasi ceplus-ceplus saat sarang tawon kita gigit dan kunyah di mulut. Karena di dalam sarang masih terdapat embrio lebah dan juga sisa-sisa madu.

Baca Juga  Kue Semprong, Camilan Tradisional Ndesa Incar Kaum Milenial

Dulu sebelum pandemi Mbak Welly mampu mempekerjakan 6 karyawan tiap hari. Namun sejak Pandemi  untuk sementara merumahkan para karyawannya dan hanya dibantu oleh adiknya saja. Namun dengan sekuat tenaga ia  terus berusaha untuk tetap bertahan menghadapi masa pandemi ini.

Depot Pantes

Dulu depot yang biasa buka 24 jam nonstop. Dan mampu mendapatkan omset sejuta  perhari. Tentu dengan menu lainnya Tapi sekarang buka hanya  sampai jam 5 sore.

Mbak Welly sangat berharap perekonomian segera pulih kembali seperti dulu hingga dapat kembali membuka lapangan pekerjaan bagi orang banyak.* Yuliana

Share :

Baca Juga

Bisnis & Kuliner

Andri Pemilik Likewise Coffee : Jualan Sambil Bersedekah

Berita

AKI 2024 akan Hadir dengan Inovasi Baru
Ayu Azhari

Berita

Ayu Azhari Mencicip Gastronosia Wedus Tugel
deFACTO.id -- dalam rentang waktu lima tahun belakangan ini Kota Pagaralam mulai dikenal dunia sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik. Padahal, kopi - atau kawe - masyarakat setempat menyebutnya - sudah ditanam sekurangnya sejak tahun 1918. Hal itu dimungkinkan karena terbukanya arus informasi berbasis IT serta mulai tergeraknya hati generasi muda petani kopi Pagaralam untuk memproses dan membranding hasil kopi mereka - dari sebelumnya yang hanya menjual mentahan. Berpuluh-puluh tahun lamanya kopi robusta dari Pagaralam dijual mentahan, diangkut dengan truk, dijual ke luar - dan dikapalkan pelalui pelabuhan Panjang (Lampung). Itulah barangkali sebabnya mengapa kopi Pagaralam (plus Lahat, Empatlawang dan sekitar gugusan Bukit Barisan) selama ini dikenal dengan julukan Kopi Lampung. Tak puas dengan stigma ini, anak-anak muda Pagaralam tergerak melakukan banyak terobosan, mulai dari memperbaiki sistem penanaman, panen, pascapanen, hingga branding. Tak puas dengan itu, mereka pun melengkapi "perjuangan" mereka dengan membuka kedai-kedai kopi, dilengkapi dengan peralatan semicanggih, - meski secara ekonomis usaha mereka belum menguntungkan. Di antara para "pejuang kopi" Itu bisa disebut misalnya Miladi Susanto (brand Kawah Dempo), Frans Wicaksono (Absolut Coffee), Sasi Radial (Jagad Besemah), Azhari (Sipahitlidah Coffee), Dian Ardiansyah (DNA Coffee), Wenny Bastian (Putra Abadi), Efriansyah (Rempasai Coffee), Dendy Dendek (Kopi Baghi), Hamsyah Tsakti (Kopi Kuali), Iwan Riduan (Waroeng Peko) dan banyak lagi. Dalam banyak lomba dan festival, lingkup nasional maupun internasional, kopi Pagaralam banyak dipuji dan diunggulkan - baik secara kualitas maupun orang-orang (petani & barista) yang ada di belakangnya* HSZ

Berita

Pagaralam Punya Kopi, Lampung Punya Nama

Bisnis & Kuliner

Indonesia Peringkat Ketiga Industri Fesyen Muslim

Bisnis & Kuliner

bank bjb Perluas Kolaborasi dengan BP Rebana untuk Pengembangan Kawasan Rebana

Bisnis & Kuliner

Moto Village, Mall dan Tempat Kongkow Para Biker Moge
Brem Madiun

Bisnis & Kuliner

Brem Kaliabu Madiun Sudah Diekspor ke Turki