Home / Bisnis & Kuliner

Rabu, 26 Januari 2022 - 05:25 WIB

Sate Jamur dan Tahu Kesukaan Bu Inda Raya Wakil Walikota Madiun

Walikota Madiun Maidi

Walikota Madiun Maidi

Oleh SANTOSO

Sore itu, hujan masih rintik-rintik. Tiba-tiba saja ada tamu yang datang langsung nyelonong ke studio mini saya. Studio mini saya yang terletak di teras rumah memang tak pernah tertutup.

‘’Saya dapat rombong bantuan pak Wali Kota Kung,’’ katanya dengan tergopoh-gopoh.

Saya sendiri sebenarnya belum kenal. Namun dia ternyata sudah lama mengenal saya lewat akun Facebook.  Ia yang kemudian mengaku bernama Anggraini Riski itu, berkisah, bahwa setiap hari ia membuka postingan saya. ‘’Dari situ saya tahu Akung sering menulis kuliner,’’ katanya.

Wali Kota Madiun H. Maidi, saat ini sedang getol-getolnya menata para bakuler embongan.  Anggraini pun dapat rombong mnimimalis yang cantik. Mereka yang berjualan di sebelah kantor Kominfo itu ditempatkan di tempat parkir Jalan Perintis Kemerdekaan. Ada lima pedagang yang biasa mangkal di situ selain sate jamur.

Sayang sudah seminggu terakhir belum dibuatkan SPJ yang dijanjikan. Hingga mereka menunggu.

Bagi Riski, seminggu tidak berjuallan jelas akan memengaruhi periuk nasinya. Apalagi suaminya, mantan murid Pak Maidi saat jadi guru di SMAN 1 Madiun,  hanya pekerja serabutan yang pada masa pandemi ini banyak nganggurnya. Padahal 3 anak harus disuapi tiap hari. Yang buncit masih 5 tahun dan yang bungsu SD.

Baca Juga  Ternyata Orang Jepang Terbiasa Konsumsi Kunyit Demi Kesehatan Lambung
Bu Anggraini

Tapi Riski tak patah semangat. Untuk mengisi kekosongan ia manfaatkan HP Androidnya untuk menawarkan dagangannya secara COD. Dengan sepeda onthelnya ia pun mengantar pesanan tanpa kenal lelah.

Bahkan setelah ditunggu belum ada kabar turunnya surat pak wali, ia bersama tiga temannya pun mau menghadap langsung Pak Wali. Sampai di Kantor Pemkot, ternyata Pak Wali hari itu tak ke kantornya. Ia pun menuju Rumah Dinas dengan jalan kaki. Eh, gak ketemu juga. Masih  nekad,  bertiga nyewa mobil online secara patungan. ‘’Haduh, ternyata pak Maidi ke Surabaya,’’ katanya. Maka pulang pun harus jalan kaki karena dompet  nipis.

Bumbunya Maknyus

Sate Jamur dan sate tahu besutan Anggraini Riski memang  maknyus. Dua kali saya dibawakan ke rumah. Sate jamurnya gurih  brasa daging. Demikian pula sate tahunya, gede-gede dan empuk. Bumbunya….nah ini dia…..saya pun berpikir, seandainya dia meningkatkan usaha buka sate kelinci atau sate ayam pasti laris manis. Selain enak, juga dilengkapi irisan brambang goreng dan daun jaruk. Hingga menambah aroma dan cita rasanya.

Baca Juga  Pecel Pincuk Ndesa Berdaun Jati di Dukuh Klencongan Kabupaten Madiun

‘’Bu Wawali Inda Raya juga sering beli,’’ katanya.

Awalnya melalui instagram ia menawarkan ke Bu Inda. Bu Inda pun merespon. Saat pulang kantor sempat mampir beli satenya. ‘’Padahal Bu Inda sudah lewat. Kemudian berputar lewat Jalan Jayengan mampir di lapak saya,’’ katanya.

Ia sempat kaget, begitu cepatnya respon bu Inda terhadap bakul kecil seperti dirinya.

Yang tak terlupakan sampai saat ini. Bulan puasa tahun lalu, Bu Inda juga pesan untuk berbuka puasa. Yang membuat ia terheran-heran, waktu berbuka masih agak lama, tiba-tiba Bu Inda datang ke lapaknya dengan naik sepeda pancal. Sendirian lagi. Tanpa pengawal juga.

Karena belum dibakar maka Riski pun berjanji akan mengantar sebelum buka. ‘’Langsung ke rumah dinas ya,’’ kata Bu Inda kala itu.

Baca Juga  Indonesian Fashion Week 2022 Akan Kembali Digelar Secara Offline

Karena bersepeda sendirian, ajudannya mencari sampai lapaknya. ‘’Iya pak tadi beliau ke sini, barusan saja kok meninggalkan sini,’’ katanya.

‘’Lha ya pejabat Madiun kok baik-baik ya. Wali Kotanya membantu rombong,  Wakilnya tak segan-segan membeli,’’ katanya. Termasuk juga karyawan Pemkot tentunya.

Modal Utangan

Ia nekad berjualan di dekat kantor Kominfo,  Jalan Perintis Kemerdekaan sejak awal pandemi. Gara-gara pengurangan jam kerja di Londre dimana semula ia kerja. Saat itu ia dapat pinjaman Rp 300 ribu, digunakan sebagai modal jualan. ‘’Semula ya kayak pasaran kung. Hanya pakai meja kecil,’’  kisahnya.

Kemudian ia dapat Bansos Rp 2,4 juta. Dana itu dibelikan rombong bekas. Dagangannya makin laris, hingga ia bisa menyambung ekonomi keluarganya.

Tentu dia senang mendapat bantuan rombong dan diberi tempat jualan di Parkiran Kominfo. Sekarang tinggal menunggu suratnya dengan harap-harap cemas.

‘’Meski sudah diserahkan langsung oleh Pak Wali, tapi kami kan belum berani jualan. Masih nunggu suratnya,’’ ungkapnya.*

Share :

Baca Juga

deFACTO.id -- dalam rentang waktu lima tahun belakangan ini Kota Pagaralam mulai dikenal dunia sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik. Padahal, kopi - atau kawe - masyarakat setempat menyebutnya - sudah ditanam sekurangnya sejak tahun 1918. Hal itu dimungkinkan karena terbukanya arus informasi berbasis IT serta mulai tergeraknya hati generasi muda petani kopi Pagaralam untuk memproses dan membranding hasil kopi mereka - dari sebelumnya yang hanya menjual mentahan. Berpuluh-puluh tahun lamanya kopi robusta dari Pagaralam dijual mentahan, diangkut dengan truk, dijual ke luar - dan dikapalkan pelalui pelabuhan Panjang (Lampung). Itulah barangkali sebabnya mengapa kopi Pagaralam (plus Lahat, Empatlawang dan sekitar gugusan Bukit Barisan) selama ini dikenal dengan julukan Kopi Lampung. Tak puas dengan stigma ini, anak-anak muda Pagaralam tergerak melakukan banyak terobosan, mulai dari memperbaiki sistem penanaman, panen, pascapanen, hingga branding. Tak puas dengan itu, mereka pun melengkapi "perjuangan" mereka dengan membuka kedai-kedai kopi, dilengkapi dengan peralatan semicanggih, - meski secara ekonomis usaha mereka belum menguntungkan. Di antara para "pejuang kopi" Itu bisa disebut misalnya Miladi Susanto (brand Kawah Dempo), Frans Wicaksono (Absolut Coffee), Sasi Radial (Jagad Besemah), Azhari (Sipahitlidah Coffee), Dian Ardiansyah (DNA Coffee), Wenny Bastian (Putra Abadi), Efriansyah (Rempasai Coffee), Dendy Dendek (Kopi Baghi), Hamsyah Tsakti (Kopi Kuali), Iwan Riduan (Waroeng Peko) dan banyak lagi. Dalam banyak lomba dan festival, lingkup nasional maupun internasional, kopi Pagaralam banyak dipuji dan diunggulkan - baik secara kualitas maupun orang-orang (petani & barista) yang ada di belakangnya* HSZ

Berita

Pagaralam Punya Kopi, Lampung Punya Nama
Pujasera Jiwan

Berita

Pujasera Jiwan Milik BUMDesa dengan Manajemen Kekinian
Pecel Pincuk

Bisnis & Kuliner

Pecel Pincuk Ndesa Berdaun Jati di Dukuh Klencongan Kabupaten Madiun
Batik Madiun

Bisnis & Kuliner

Pelatihan Membatik di Eat4Nation & Art Galery, Caruban, Madiun
Duta Kopi Besemah

Berita

Lagi, Pagaralam Gelar Besemah Coffee Exhibition

Bisnis & Kuliner

Rujak Natsepa, Kuliner Andalan dari Pantai Natsepa, Maluku Tengah

Bisnis & Kuliner

Perjalanan Borie Membawa Jakarta Coffee House Melewati Pandemi
Ayu Azhari

Berita

Ayu Azhari Mencicip Gastronosia Wedus Tugel