Menyandang predikat sebagai seorang bikers motor gede atau moge memang tidak ada batasan usia maupun latar belakang pekerjaan. Pun tidak melulu harus bergabung dengan sebuah komunitas besar atau klub moge yang sudah eksis.
Mampu mengendarai kuda besi besutan produk Amerika ini memang butuh nyali besar. Selain memiliki bobot sekitar 500kg, naik moge memang kudu paham akan safety riding.
Image bikers moge yang kerap membelah jalan Jakarta hingga keluar kota dengan label touring yang kerap dicap ugal-ugalan memang sudah melekat negative di masyarakat umum.
Tapi, image negative para biker moge, perlahan dirubah oleh kehadiran Ustdaz biker, Ahmad Faisal Reza. Atau akrab disapa Aa Reza.
Kemunculan ayah dua anak kelahiran Cimahi, 12 Mei 1975, sekaligus Pimpinan Majelis Dzikir Dzikrul Maut diantara para biker moge tak lain adalah untuk mewarnai atau merubah citra buruk biker-biker moge dengan cara pendekatan dari sisi keagamaan. Alhasil, selama Aa Reza menjelma menjadi ustadz biker hadir di klub-klub moge tanah Air dengan cara berdakwah, lambat laun banyak para biker yang berubah.
“Dakwah yang saya sampaikan ke teman-teman biker memang terbilang sederhana sih. Misalnya, meski kita pake moge, tapi dijalan raya sikap kita tetap harus sopan terhadap pengendara lainnya,” ujar Aa Reza
“Dan sebisa mungkin kalau sudah naik moge yang kapasitas pacu mesinnya diatas 1000 cc, tetap harus dapat mengendalikan emosi, berupaya disiplin, biar tidak terjadi kecelakaan,” imbuhnya.
Diluar aktivitasnya sebagai biker, suami Poppy Sakina ini blak-blakan sebenarnya tidak bercita-cita sebagai pendakwah. Namun karena orang kerap meminta nasihat dan sebagai sharing sesama umat muslim, Aa Reza terus mengekplorasi bakatnya namun tidak melenceng dari ajaran Al Quran.
Walau mengaku cinta dengan dunia otomotif khusunya kendaraan roda dua, Aa Reza tidak mau terlalu fanatik. Maksudnya, dirinya tidak ingin terlalu tenggelam dengan kegiatan yang lazim dilakukan bikers, sebut saja turing, modif motor, hingga kumpul-kumpul bersama bikers lain.
“Saya membatasi diri, walau suka dengan motor. Bukan tidak suka modifikasi atau turing seperti bikers lainnya, tapi saya ingin membagi waktu saya untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat untuk orang lain. Sebenarnya saya juga ingin sekali melakukan perjalanan ke luar kota dengan motor (touring) tapi waktu yang saya miliki sedikit. Mudah-mudahan, saya bisa refresing bersama keluarga,” harapnya.
Uniknya dari hobi nunggang moge dan kerap kongkow bareng para biker, suatu kerika tahun 2006, Aa Reza justru langsung diminta oleh seorang biker bernama Krishna Hutama untuk membintangi program TV Ramadhan on wheel, Metro TV (2006), Ramadhan on Wheel session 2, Global TV (2007).
“Terus terang, sejak diajak oleh Almarhum Mas Krishna lah untuk tampil di TV, sampai sekarang saya jadi keterusan diminta untuk berdakwah melalui mediaTV, ujar Aa Reza.
Berawal dari iulah Aa Reza jadi banyak mengisi beberapa program TV seperti, Journey of the Soul, Jak TV (2007), Santri Riders, TV One (2008), Sajadah Panjang, O Channel (2008-2009),Cermin Hati, Global TV (2009),Titian Qolbu, TV One (2009), Damai Indonesiku, TV One (2010), Cahaya Hati, ANTV (2010), Tausiyah On The Street (Jak TV Dan Alif TV),
Untuk urusan dakwah Aa Reza memang tak membatasi diri hanya tampil di televise saja. Karena jaman sudah semakin canggih dengan kehadiran Youtube dan sosmed, sejak 2 (dua) bulan lalu, Aa Reza sedang getol membuat Podcast Aa Reza Channel.
Perlu di garis bawahi bahwa kehadiran podcast Aa Reza Channel ini sifatnya bukan menggurui. Tapi hanya sekedar sharing ilmu dan pengalaman. Dan syukur-syukur bisa memiliki bobot untuk perubahan kearah yang lebih baik bagi siapapun narasumbernya.*