Home / Historia

Selasa, 2 November 2021 - 22:25 WIB

TILL DEATH DO (NOT) PART US

DeFacto – Sebuah kisah menarik dari perjalanan hidup manusia. Tahun 1880-an, di Belanda, makam mereka yang memeluk agama Katolik dan Protestan tidak boleh disatukan. Masing-masing memiliki lokasi sendiri.

J.W.C van Gorcum, seorang Kolonel AD Belanda pada pasukan Kavaleri (pasukan berkuda), meninggal di tahun 1880. Sebagai seorang penganut Protestan, ia dimakamkan di area sebelah ‘sana’ (dalam foto – sisi kiri).

Baca Juga  Kolonel Edward Shames, Anggota Terakhir ‘Band Of Brother’ Tutup Usia. Curraheee....!
Mungkin gambar pohon, dinding bata dan luar ruangan

Delapan tahun kemudian atau tahun 1888,  istrinya,  J.C.P.H van Aefferden, yang masih tergolong ningrat meninggal. Sebagai penganut Katolik ia disemayamkan di area khusus Katolik, yang kebetulan terletak di sebelah ‘sini’ (dalam foto – sisi kanan).

Baca Juga  Kisah Foto Ikon Saat PD 2 di Iwo Jima

Karena cinta mereka demikian besar dan berkat pengaruh keningratannya, Aefferden bisa ‘mensetting’ makam suami dan dirinya tetap bersebelahan. Mereka berdua tidak menyalahi aturan yang ada, tetap berdekatan, meski ada tembok pembatas.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Perbankan Nasional yang Rentan Gosip
Mungkin gambar luar ruangan

Sebagai tanda cinta, sebuah ‘monumen’ semen sengaja dibuat: dua lengan terjulur, bersatu dan bersalaman erat.

‘Cinta sejati memang tak bisa dipisahkan oleh aturan’

Lokasi: Het Oude Kerkhof (Kuburan Tua/Lama), Roermond, Belanda.

Latitude:50.936944 – Longitude:5.341667 (gun)

Share :

Baca Juga

Historia

Kisah Tarsa, Saat Terjadi Pembantaian Rawagede, Karawang, 9 Desember 1947
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Bertanya itu Haram

Historia

Kisah Adi Soetjipto dan Hanandjoedin Membawa Kabur Pesawat Pembom!
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu V

Historia

Daan Mogot, Pahlawan Muda Yang Bertahan Dengan Peluru Terakhir
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Malapraktek Perbankan Indonesia

Historia

Perangko Stauffenberg, Nilainya Unik. Mengapa Memakai Angka 20?
Laksamana Sukardi

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (I)