DeFACTO.id – Sehari-hari ia dipanggil Versa. Namun nama aslinya cukup panjang, Giversa Rashel Defansyah. Bocah ganteng ini sejak kecil punya talenta membuat wayang kardus. Berbagai tokoh wayang telah ia buat, baik tokoh ksatria maupun raksasa.

Meski dibuat dari kardus bekas, namun karyanya sungguh tak kalah dengan perajin wayang kulit di sentra wayang kulit, Desa Pucung, Bantul, Yogyakarta. Kalahnya hanya di bahan dan peralatan yang digunakan. Versa nyungging (menatah) wayang hanya dengan paku yang digepengkan, sehingga pasti kalah kalau dibanding sunggingan dengan tatah khusus wayang.

Meski demikian, karyanya tak boleh dipandang sebelah mata. Apalagi usianya pun masih belia, lahir 18 Juni 2007. Jadi baru menginjak 14 tahun, baru duduk di bangku kelas 8 SMPN 2, Wungu, Kabupaten Madiun. Ia masih punya waktu cukup panjang untuk lebih mengasah talentanya dan menjai seorang maestro.
Kali pertama ‘’nyungging’’ wayang waktu baru lulus SD dan masuk SMPN 2 Wungu. Tokoh wayang yang dibuat adalah Kala Bendono, yang dalam cerita pewayangan adalah paman Gatutkaca.
Berhasil membuat Kala Bendono, membuat Versa semakin bersemangat. Sampai saat ini s#Wayang Lulitudah belasan tokoh wayang yang dibuatnya. Baik ukuran kecil maupun standar.
Minatnya membuat atau menyungging wayang, berawal dari kesukaannya nonton pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Seno Nugroho (almarhum). ‘’Dari nonton di You Tube itukah saya punya keinginan membuat wayangnya,’’ katanya.
Ia pun mencari gambar wayang di Google, untuk dicontoh. Dan ternyata dia bisa. ‘’Berawal dari itulah sampai sekarang saya menekuni membuat wayang,’’ katanya.
Awalnya ia membuat dari kardus bekas. Ia gambar polanya, kemudian baru ditatah dengan menggunaan tatah buatan sendiri dari paku yang digepengkan. Agar wayang karyanya lebih awet, bahannya pun diganti dengan lembaran talang air yang terbuat dari kart sinttis.

Beberapa karyanya memang diminati beberapa orang. Termasuk Musa Hendri, bos Eat House yang suka nguri-uri budaya Jawa yang adiluhung. Termasuk wayang. Untuk harga, dia memang belum mematok hasil karya itu. Meski unuk membuat 1 wayang memang cukup rumit, menghabiskan waktu seminggu. ‘’Gak papa, saya kan masih belajar, katanya.
Terinspirasi dari dalang kondang Ki Seno Nugoho, membuat Versa pun ingin jadi dalang. ‘’Lulus SMP saya inginnya melanjutkan ke SMKI,’’ ungkapnya. Dan selanjutnya kuliah di jurusan Pedalangan, seperti sinden Elisha Orcarus Alfoso. Karena kondisi ekonomi keluaganya yang kurang memungkinkan, ia beharap bisa mendapatkan bea siswa. Agar bisa mencapai cita-citanya.
Tahap berikutnya ia juga ingin mengikuti jejak Herlin Susilowati, penyandang disabilitas di Madiun yang sukss menjadi perajin wayang kulit. Ia juga berencana membuat cinderamata berupa wayang mini, yang bisa digunakan sebagai gantungan kunci dan hiasan di kokpit mobil.
Hanya saja ia sulit untuk mewujudkannya, lantaran orang tuanya kurang mampu. Karena bahan kulitnya tentu cukup mahal. Belum lagi untuk menatah kulit jelas tidak mungkin menggunakan paku gepeng. Sedang satu set tatah yang berisi 20 biji berbagai ukuran dan jenis harganya paling murah Rp.250 ribu.
‘’Nanti kalau saya sudah punya alat itu akan bikin cinderamata, dan dititipkan ke toko-toko suvenir,’’ katanya berharap.* Yuliana