Home / Berita / Esai

Kamis, 7 September 2023 - 08:36 WIB

SBY Ditembok Mega, Cak Imin Digaris Yenny

SBY DITEMBOK MEGA, CAK IMIN DIGARIS YENNY. Menyinyiri realita faktual politikus, adalah niat untuk setiap hari saya lakukan. Agar rumor dan gosip politik menjadi lebih gaduh. Supaya ada pendapat dari sudut pandang jalanan–tempat bermukim, sekolah dan kantor kehidupan mereka yang tersingkir dari orbit “kemapanan”.

Dari jalanan, AHY yang move-on tampak sedang menjalin hubungan dengan Partai Puan. Pasukan AHY merilis harapan pertemuan SBY dengan Mega, begitu sebaliknya. Permusuhan Mega dengan SBY sejak Demokrat muncul, tahun 2001, diharapkan berakhir damai. Persekutuan, kalau terjadi, ibarat bisa merangkul musuh dalam selimut.

Baca Juga  Setelah Dipecat dari ITB, Dia Dipenjara, dan Darahnya Dihalalkan

Tapi, benarkah “tembok Mega” akan runtuh? Apakah klaim Taufik Kiemas bahwa SBY adalah jenderal anak-anak sudah terhapus? Itu hanya salah satu, padahal begitu banyak bara tersekam dalam politik Mega dan SBY, terlalu beragam, yang setiap saat bisa saja menyala dan berkobar lagi.

Di jalanan, eksistensi tokoh secara alamiah akan digusur yang lebih muda. Sebagian kasus terjadi begitu, sebagaimana “kekuasaan” di kawasan Gambir sekitarnya dahulu berpindah dari Hendrik ke Harry Mayat dan seterusnya. Melalui perkelahian berdarah maupun negosiasi saling menguntungkan.

Baca Juga  Ana de Armas Menggantikan Scarlett Johansson di Film Ghosted

Tapi, di politik, bahkan maut seringkali tidak menyelesaikan masalah. Meskipun Gus Dur sudah wafat, Yenny Wahid tampil untuk menegaskan garis dendam kepada Muhaimin Iskandar, sepupunya yang dianggap mengkudeta Gus Dur dan merebut PKB. Ketika Cak Imin dideklarasikan sebagai Cawapres Anies, Yenny dan Bu Sinta bertamu di rumah Prabowo yang ditinggalkan PKB. Dan perseteruan Yenny-Muhaimin dipastikan akan berlanjut.

Demikianlah politik perseteruan mantan presiden, anak dan sepupunya, yang tampak nyata dari jalanan. Pertikaian yang elite dan tidak ada hubungannya dengan keringat dan penderitaan orang jalanan. Permusuhan yang tidak konklusif seperti kesimpulan Abraham Lincoln terhadap Perang Sipil yang mengoyak Amerika,”Aku tidak pernah menderita karena orang-orang Selatan. Aku telah menderita bersama mereka. Luka mereka adalah lukaku juga. Kehilangan mereka adalah kehilanganku juga,” kata Lincoln.

Baca Juga  Rekam Jejak Syekh Banjar dalam Film "Syek Muhammad Arsyad Al Banjari"

Politikus bukanlah orang jalanan, kaum yang terikat kuat oleh lapar dan penderitaan. Sebuah perbedaan yang jelas tidak bakal tersambungkan. **

Harry Tjahjono
7/9/2023

Share :

Baca Juga

Berita

Gibran Anak Ratu Petruk

Berita

Presiden Apresiasi Langkah MA Percepat Transformasi Hukum Indonesia

Berita

Jakarta Harus Tentukan New Positioning Jika Ibukota Pindah

Esai

Musang Bajingan

Berita

Mengunjungi Rumah Peninggalan Saudagar Medan Abad 19 Tjong A Fie
Jodglo Kelun

Berita

Joglo Palereman Kelun Kota Madiun, Moncer di Masa Pandemi

Berita

Gubernur Anies Baswedan Melepas Tim Wartawan Jakarta Menuju Piala Walikota Solo 2022

Berita

Ridwan Kamil di Tengah Perseteruan Ganjar Dengan Puan