Home / Berita

Sabtu, 30 Oktober 2021 - 08:35 WIB

Puan Maharani Menyoal Upah Minimum 2022 dan Tarif PCR

DeFacto. Meski menjabat Ketua DPR RI dan putri Ketua Umum PDIP Megawati, jalan menuju pencapresan 2024 Puan Maharani tidak lantas mulus.

Popularitas putri mahkota PDIP itu, setidaknya di Jawa Tengah, tergerus kemonceran Ganjar Pranowo yang lebih dulu tampil di medsos dan akar rumput banteng moncong putih.

Hiruk pikuk kekisruhan pendukung Ganjar dengan elite PDIP menambah popularitas Puan semakin terpuruk sekaligus menempatkan Gubernur Jateng memenangi hasil survei sejumlah lembaga survei.

Baca Juga  Memahami film 'Greyhound' Dari Sisi Sejarah

Lembaga Poltracking Indonesia (LPI), misalnya, menempatkan Ganjar Pranowo sebagai Capres  urutan pertama dengan tingkat elekbilitas 22.9%. Sedangkan dari 15 nama Capres yang disurvei LPI,

Puan Maharani berada di urutan delapan dari 15 nama Capres dengan elekbilitas 1,9%.

Fakta tersebut boleh jadi membuat Puan Maharani belakangan ini melansir isu-isu yang bersentuhan langsung dengan kepentingan langsung dengan masyarakat.

Baca Juga  Bonus Demografi Indonesia Terancam Pengangguran

“Saya mendorong agar kenaikan upah minimum tahun 2022 dapat direalisasikan secara optimal demi pemulihan kesejahteraan rakyat, khususnya kaum buruh yang terdampak pandemi Covid-19. Terlebih pada tahun 2021 tak ada kenaikan upah minimum akibat menurunnya perekonomian nasional. Kenaikan upah akan mampu membangkitkan daya beli buruh, dengan demikian kesejahteraan mereka juga akan meningkat,” kata Puan di instagramnya.

Baca Juga  Puting Beliung Melanda Kabupaten Madiun, Ratusan Rumah Warga Ambyar

Selain UMR, Puan juga menyoal tarif PCR, “Pemerintah harus memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait peraturan Inmendagri Nomor 53 Tahun 2021. Jika syarat tes PCR bagi pelaku penerbangan adalah solusi terbaik maka harga PCR test harus ditekan dan seragam di seluruh daerah.Utamakan keselamatan masyarakat, jangan sampai kasus Covid-19 naik lagi, tapi juga jangan membuat peraturan yang membingungkan dan memberatkan.” *

Share :

Baca Juga

Puan Maharani

Berita

Puan Maharani Hadir di Inter Parliamentary Union ke-143 di Spanyol

Berita

Fakta Baru Kasus Pangeran Andrew dan Pedofil Jeffrey Epstein

Berita

Berman Nainggolan Anggap Keputusan DK PWI Tentang Pemberhentian Hendry Ch Bangun ‘Suka-Suka’

Berita

Sekretariat Organisasi Perfilman di Gedung Film Pesona Indonesia Terancam Digusur?

Berita

Hari Gini Bikin Radio?

Berita

Peran DPD RI Tangani Masalah Pendidikan di Indonesia

Berita

Dukung Penanganan Bencana Gunung Lewotobi, Frekuensi Penyeberangan Ditingkatkan
deFACTO.id -- dalam rentang waktu lima tahun belakangan ini Kota Pagaralam mulai dikenal dunia sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik. Padahal, kopi - atau kawe - masyarakat setempat menyebutnya - sudah ditanam sekurangnya sejak tahun 1918. Hal itu dimungkinkan karena terbukanya arus informasi berbasis IT serta mulai tergeraknya hati generasi muda petani kopi Pagaralam untuk memproses dan membranding hasil kopi mereka - dari sebelumnya yang hanya menjual mentahan. Berpuluh-puluh tahun lamanya kopi robusta dari Pagaralam dijual mentahan, diangkut dengan truk, dijual ke luar - dan dikapalkan pelalui pelabuhan Panjang (Lampung). Itulah barangkali sebabnya mengapa kopi Pagaralam (plus Lahat, Empatlawang dan sekitar gugusan Bukit Barisan) selama ini dikenal dengan julukan Kopi Lampung. Tak puas dengan stigma ini, anak-anak muda Pagaralam tergerak melakukan banyak terobosan, mulai dari memperbaiki sistem penanaman, panen, pascapanen, hingga branding. Tak puas dengan itu, mereka pun melengkapi "perjuangan" mereka dengan membuka kedai-kedai kopi, dilengkapi dengan peralatan semicanggih, - meski secara ekonomis usaha mereka belum menguntungkan. Di antara para "pejuang kopi" Itu bisa disebut misalnya Miladi Susanto (brand Kawah Dempo), Frans Wicaksono (Absolut Coffee), Sasi Radial (Jagad Besemah), Azhari (Sipahitlidah Coffee), Dian Ardiansyah (DNA Coffee), Wenny Bastian (Putra Abadi), Efriansyah (Rempasai Coffee), Dendy Dendek (Kopi Baghi), Hamsyah Tsakti (Kopi Kuali), Iwan Riduan (Waroeng Peko) dan banyak lagi. Dalam banyak lomba dan festival, lingkup nasional maupun internasional, kopi Pagaralam banyak dipuji dan diunggulkan - baik secara kualitas maupun orang-orang (petani & barista) yang ada di belakangnya* HSZ

Berita

Pagaralam Punya Kopi, Lampung Punya Nama