Home / Historia / Tokoh

Selasa, 2 November 2021 - 22:13 WIB

Pablo Escobar, Riwayat Gembong Narkoba Kolombia

DeFacto – Dairo Antonio Úsuga kondang dengan sebutan Otoniel, pentolan narkoba Kolombia saat ini, minggu lalu telah ditangkap oleh pihak berwajib Kolombia yang didukung pasokan intelijen dari Amerika dan Inggris.

500 personil dikerahkan dengan dukungan 22 helikopter dari kepolisian, AD dan AU mengurung persembunyian Otoniel dan kemudian berhasil menggelandangnya.

Jadi gembong narkoba sekarang memang runyam. Teknologi yang dimiliki petugas semakin canggih. Tak mudah untuk bersembunyi, ngumpet dimanapun pasti bisa terdeteksi.

Beda dengan era gembong narkoba kondang Pablo Escobar, nama lengkapnya: Pablo Emilio Escobar Gaviria, pada masa 80-an sampai awal 90-an (Escobar terkepung dan ditembak mati 2 Desember 1993, dalam usia 44 tahun).

Saat itu, teknologi satelit masih gagap. GPS belum ada. Hp tak secanggih sekarang. Sinyal telepon genggam baru bisa ditangkap dan ditelusur hanya saat telepon sasaran sedang dipakai untuk berbicara. Itu pun sayup-sayup. Nyambung putus karena bisa ‘ketiban’ pancaran hp lainnya. Selesai digunakan, lokasi pemakai tak bisa dilacak lagi.

Sungguh sulit.Jadi, tak heran, orang macam Escobar bisa leluasa bergerak dan berpindah lokasi. Bak belut, Escobar susah ditangkap. Apalagi ia juga didukung oleh oknum petugas yang bisa disuap untuk menutup mata dan telinga. Para hamba hukum ini kerap memberi bocoran manakala ada operasi perburuan dimulai.

Mungkin gambar 2 orang, orang berdiri dan dalam ruangan
Dairo Antonio Úsuga kondang dengan sebutan Otoniel

Harus diakui, Escobar merupakan ‘tokoh’ dibalik naik daunnya kokain. “Nama” Kolombia mendunia, meski untuk hal negatif. Dan Pablo Escobarlah yang menaikkan pamor kokain. Ia mengemasnya dalam bentuk pasta dan langsung menjual di jalanan kota Miami, Amerika melalui kaki tangannya.

Untungnya berlipat. 10 dollar untuk satu kilo kokain di Medellin, berubah menjadi ribuan dollar di Miami. Barang haram itu dipecah dalam paket gram. Selain Miami, Pablo kemudian juga merambah New York di utara, juga Los Angeles di barat. Berebut ‘wilayah’ dengan ‘pedagang’ yang sama dari Mexico. Saling adu otot dan peluru kerap terjadi, dan ratusan nyawa melayang karenanya.

Lahir di Rionegro dan dibesarkan di Medellin, sebuah kota perbukitan di barat laut ibukota Bogota. Awal 70-an Escobar drop-out dari Universidad Autónoma Latinoamericana, Medellin. Ia lalu mulai ‘meniti karir’ dalam dunia hitam. ‘Kiprah’ awalnya ‘kecil-kecilan’ dengan menjual rokok selundupan, memalsukan tiket lotere, pencurian motor, menyelundupkan barang elektronik dari negara tetangga seperti Venezuela, Peru, Panama dan Ekuador.

Barang apa saja tersedia. LMGA, Lu Mau Gua Ada. Termasuk menangani ‘jasa’ penculikan dengan imbalan uang tebusan 100.000 dollar. Atau mencurian batu nisan mahal untuk diselundupkan ke luar negeri.

Perjalanannya hampir mirip dengan Stalin. Bila gembong kriminal berkumis dari Sovyet ini kemudian masuk panggung politik dan menghilangkan siapa saja saingan politiknya, Pablo Escobar malah tersedot semakin dalam ke dunia kriminal.

Waktu itu kokain belum marak. Peredarannya masih terbatas dan pemainnya juga hanya kelas gurem. Dan berkat ‘kejelian’ Escobar juga yang bisa menaksir kalau barang haram itu akan disukai, harganya bisa dilambungkan tinggi dan akan menjadi primadona baru.

“Kamu main ganja barangnya numpuk, besar-besar, mudah terlihat dan bau, sulit membawanya dan harganya lebih murah tapi risikonya sama saja. lebih baik pindah ke barang ini” katanya suatu ketika pada Gustavo de Jesús Gaviria Rivero, keponakan, yang sekaligus kemudian menjadi tangan kanannya, sambil menunjukkan bubuk kokain. Putih mengkilap. Gustavo setuju.

Mereka kemudian bekerja sama, bahu membahu. Daun Koka, bahan bakunya, semula diboyong dari negara tetangga, Peru. Menanam Koka di Peru bukan pekerjaan ilegal. Ditanam terbuka dan resmi. Daun Koka bisa dibuat menjadi berbagai macam minuman, diantaranya, bila dicampur teh akan membuat tubuh menjadi sehat dan segar.

Mungkin gambar 2 orang
Roberto Escobar, akuntan, kakak Pablo

Selama tidak dicampur bahan kimia, diantaranya bensin, dan dijadikan kokain, pemerintah Peru tak bisa melarang warganya menanam Koka. Sebab Koka merupakan tanaman warisan leluhur.

Baca Juga  INSTAGRACE: Sophia..oh..Sophia, Usia Hanyalah Angka

Karena jauh dan mahal diongkos, Koka Peru mulai ditinggalkan. Tanaman itu mulai diboyong dan ditanam di Kolombia sendiri. Lembah-lembah di seputar Medellin dengan cepat berubah wujud penuh tanaman Koka. Bagi petani, dari pada menanam sayuran atau pisang, menanam Koka jauh lebih menguntungkan. Menjualnya mudah, bahkan sudah ditunggu, Pablo selalu kekurangan pasokan.

Permintaan Kokain kian melejit. Primadona baru muncul. Semula Kokain diserahkan pada ‘pedagang’ Meksiko. Mau untung besar, Pablo Escobar lalu membuka membuka ‘jalur’ perdagangan sendiri. Semula diselundupkan di balik jaket kurir yang naik pesawat, lalu masuk tas kerja pilot yang bertugas. Kurang pasokan, pramugari hingga sejumlah besar wanita hamil juga direkrut. Siapa yang mencurigai wanita hamil yang terbang hilir mudik Bogota ke Miami?

Petugas kepolisian Miami belum ngeh, ada barang baru yang lebih mahal dan berbahaya yang masuk secara signifikan. Waktu itu mata petugas masih melotot mengawasi ganja dari Meksiko. Dan, perkiraan Pablo benar adanya. Dengan cepat Kokain jadi primadona di Miami. Harganya melesat dengan cepat. Kini pasokan tak cukup hanya dibawa menggunakan kurir, sekarang mereka butuh pesawat terbang!

Berton-ton kokain dibawa melaut, melipir pantai Panama, negara tetangga di utara Kolombia, untuk kemudian dipindahkan memakai pesawat terbang, dan dibawa secara estafet melingkari Kuba untuk kemudian masuk Miami selatan.

Tahap berikutnya, Pablo butuh pesawat yang lebih besar. Pada masa jayanya ia memiliki 15 pesawat besar, termasuk sebuah pesawat pribadi Lear Jet, dan enam helikopter!

Pulang dari Miami, pesawat yang kosong mengangkut uang kontan. Dollar. Dalam pecahan 20 dan 100. Betumpuk-tumpuk. Menggunung. Semua transaksi narkoba tak ada yang memakai jasa bank, melainkan bayar kontan. Ada uang, ada barang. Ini langkah pengamanan. Pembayaran melalui bank jelas seperti menelanjangi diri sendiri.

Pablo kaya mendadak, hingga perlu merekrut Roberto Escobar kakaknya yang khusus menghitung uang Pablo yang berton-ton! Roberto Escobar yang relatif lebih low profile, kelak ditangkap dan ‘hanya’ menjalani hukuman 16 tahun penjara, menulis buku The Accountant’s Story, 2009, dimana ia menulis dari sudut pandangnya sebagai seorang akuntan:

“Pada masa keemasannya, Pablo mampu berpenghasilan 70 juta dollar per-hari! Itu tahun 80-an. Nilainya saat ini sekitar 150 juta dollar, atau lebih 2,1 trilyun per-hari! Semua dalam bentuk cash! Atau bila ditumpuk, hampir 60 milyar dollar se-tahun, hampir 900 trilyun per-tahun! Dengan uang sebanyak itu Pablo bahkab bisa membeli sebuah negara!“

Kartel sampai harus belanja sebesar 4.000 dollar, hampir 60 juta sebulan hanya untuk beli KARET GELANG, guna mengikat semua uang!”Uang kontan ada dimana-mana. Di lemari, di dinding, atap rumah, di vila, hingga ditanam di berbagai kebun lengkap dengan daftar panjang lokasi berikut petanya.

Bahkan sofa tempat duduk ibu Pablo, Hermilda de Los Dolores Gaviria Berrío, dijejali uang kontan 2 juta dollar! Pablo pernah menyimpan uang di bank, tapi kapok. Simpanannya, puluhan juta dollar pernah raib tak tentu rimbanya. Pejabat bank cerdik, uang gelap itu tak mungkin dilaporkan, maka, disikat saja.

Uang menumpuk dimana-mana. Bahkan, kelak, dalam pelariannya di kemudian hari, Pablo pernah membakar uang jutaan dollar untuk membuat api unggun guna menghangatkan anaknya yang kedinginan.

Roberto juga menulis, milaran dollar yang ditimbun jadi uang rusak karena dimakan tikus dan rayap. Milyaran dollar! Dengan uang, Pablo bisa membeli apa saja. Dari yang mewah, teramat mewah hingga yang aneh seperti mendatangkan gajah dan kuda nil dari Mesir!

Ia membangun banyak rumah mewah, juga kebun binatang pribadi, yang koleksi binatangnya jauh lebih lengkap dari kebun binatang milik negara. Ada gula, semut datang. Kelompok-kelompok ‘pemain baru’ bermunculan di Medellin. Adu bengis, adu kejam terjadi namun selalu Pablo yang keluar sebagai pemenang.

Baca Juga  Polri dan Grab Perkuat Kolaborasi untuk Pelayanan Optimal bagi Masyarakat

Pablo Escobar sangat ditakuti di kawasan Medellin, juga bagian lain Kolombia. Ia bak raja kecil di puncak menara gading lengkap dengan pasukan bersenjata dengan ribuan anggotanya.

Presiden Kolombia kalah pengaruhnya. Bahkan simpanan negara juga tak bisa menyamai uang Pablo. Saat itu, bila Kolombia dijualpun pasti ia beli. Polisi, tentara, jaksa, hakim dan politisi ia suap. Ada jatah setiap bulan untuk mereka.

Pablo juga punya banyak nama alias dan julukan yang menempel: Don Pablo (Sir Pablo), El Padrino (The Godfather), El Patrón (The Boss), Matar Pablo (Killing Pablo), Raja Kokain, Raja Sabu hingga Robin Hood.

Untuk julukan terakhir, Robin Hood, dengan mudah ia raih. Uangnya yang nyaris tak terbatas selalu ia bagi-bagikan ke rakyat jelata nan miskin. Dengan cepat ia meraih simpati. Pablo begitu dicintai oleh mereka yang terpinggirkan. (Tak heran, ketika ia mati kelak, yang mengantar ke kuburan banyak sekali. Setidaknya ada 25.000 orang, sebagian besar kaum jelata yang selama ini disokong Pablo)

Mungkin gambar 4 orang
Para pentolan Kartel Kali, saingan Pablo

Merasa semua bisa dibeli, Pablo mengincar kursi kepresidenan. Sebuah jabatan legal dan prestisus. Ia ingin melegalkan perdagangan Kokain! Namun penjahat tetaplah penjahat yang harus dilawan. Saat maju dengar pendapat di parlemen dengan mudah ia dipermalukan, ditelanjangi jati dirinya juga uang-uang darahnya.

Pablo gagal dan ia marah sekali. Rodrigo Lara, menteri kehakiman, dan kandidat presiden Luis Carlos Galán dengan berani melawan Pablo, mereka berdua kemudian dibunuh atas perintah Pablo.

Escobar suka akan ketenaran, ia senang publikasi, terlihat oleh awam dan menonjol. Ini kelemahannya juga. Selain itu, wataknya yang bengis yang siap menghancurkan siapa saja yang mencoba melawannya, membawa Pablo menjadi orang yang paling dibenci di seluruh Kolombia.

Ribuan polisi ia tembak mati, hakim, politisi dan jaksa dibantai. Puncak kemuakkan publik Kolombia adalah ketika Pablo menyuruh meledakkan pesawat Avianca Air di atas kota Bogota, pada tanggal 27 November 1989, hanya karena rumor pesawat itu akan digunakan calon presiden Kolombia, Cesar Gaviria, yang sangat menentangnya.

Gaviria lolos, namun 107 penumpang semua tewas, termasuk 3 orang yang kejatuhan reruntuhan pesawat. Gaviria sangat pro Amerika, dan akan memperkuat perjanjian ekstradisi Kolombia-Amerika bagi para gembong narkoba. Bagi pentolan penjahat narkoba di Kolombia, bila ditangkap, mereka lebih memilih diadili dan dipenjara di Kolombia.

Mengapa? Karena selama di Kolombia semua masih bisa ‘diatur’, dari mulai di kepolisian, kejaksaan hingga hakim. Bila ngandang pun, kepala penjara dan para sipir bisa disulap menjadi pengawal pribadi baru yang menjaga 24 jam!

Kamar sel bisa dibeli dan dapat didisain semaunya, semewah mungkin. Lengkap dengan sajian makan dan minum mewah. Plus PSK kalau mau! Nah, semua gembong paling benci bila sampai diekstradisi ke Amerika. Di negara Paman Sam, bila Anda ngandang, ya, ngandang beneran. Hakim, polisi, kepala penjara juga sipir tak bisa dibeli. Bila sampai ke Amerika seorang gembong bisa berkarat di dalam penjara.

Tak ada makanan dan minuman mewah, apalagi PSK, makanan ya ala penjara. Tak ada hp disana dan Anda bisa mendekam untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai mati! Bagaimana Anda bisa menjelaskan vonis hukuman 3 kali seumur hidup?

Karena itu perjanjian ektradisi harus dibatalkan. Sebab nama Pablo dan beberapa gembong lain masuk dalam daftar berkas bernama Los Extraditables: orang-orang yang harus diekstradisi ke Amerika. Kalau sampai terekstradisi, habis sudah riwayat dan nama besar Pablo Escobar.

Tak kurang akal, Pablo membayar -dengan mahal- gerilyawan komunis M-19 yang selama ini ngendon di hutan Kolombia, untuk melakukan tugas khusus. Para pemuda bodoh pemuja Lenin-Stalin ini ditugasi menyerbu Gedung Kehakiman untuk mencari dan membakar surat perjanjian ekstradisi.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu V
Colombian Task Force Arrested Most Wanted Druglord Otoniel - The Morning  News
Otoniel akan ‘membusuk’ di penjara untuk waktu yang sangat lama

Serbuan benar-benar dilakukan 6 November 1985. Namun berkas tak berhasil ditemukan. Tak kurang akal, semua kamar berisi berkas berikut gedungnya mereka bakar! Dan, kali ini semua marah, termasuk Amerika. Pablo sudah kelewat batas.

Ia juga telah membanjiri jalanan Amerika dengan 15 ton kokain setiap hari! Banyak anak muda mati mengenaskan di jalanan Miami, New York, Los Angeles dan di banyak kota lainnya. Presiden Ronald Reagan dan istrinya, Nancy Reagan sampai harus bicara di depan televisi, bahwa “semua ini haru segera diakhiri!”

Maka, meski sulit dan memakan waktu perburuan besar-besaran dimulai. Pablo yang punya banyak sarang dan dukungan selalu bisa berpindah lokasi. Sampai akhirnya, uang tak bisa membeli apa saja, termasuk ajal. Setelah disisir, dipojokkan dan dikurung, tanggal 2 Desember 1993 gembong narkoba nomor satu di Kolombia ditembak mati di atas genteng. Puluhan peluru bersarang di tubuhnya.

Kematiannya meninggalkan ‘warisan’ berbagai macam properti yang tersebar di Karibia, Panama dan Kolombia, serta uang senilai 30 miliar dollar atau setara 64 miliar dollar, 915 trilyun rupiah, nilai uang tahun 2021.

Habiskah Kartel di Kolombia? Tentu tidak. Mati satu gembong besar, membuat pentolan lain yang yang selama ini ada dibawahnya bersorak sorai. Pablo tewas di Medellin (barat laut Kolombia) di sisi selatan Kolombia muncul kartel baru, namanya Kartel Kali.

Kelompok ini ‘diusahakan’ dan didirikan oleh kakak beradik Gilberto Rodríguez Orejuela, Miguel Rodríguez Orejuela dan José Santacruz Londoño. Bila Pablo dan Medellinnya senang lampu panggung. Kartel Kali lebih tertutup dan bergerak sangat rahasia hingga kerap disebut Kali KGB (KGB, dinas rahasia semasa Uni Sovyet).

Gebrakannya senyap dan sangat terukur. Kali lebih cerdas, hampir semua uangnya ‘ditendang’ lagi ke luar negeri, muncul dalam bentuk baru seperti berbagai macam properti strategis, barang seni mahal, logam mulia dan surat berharga. Namun sepandai-pandai tupai meloncat kartel ini pun akhirnya bisa digulung dan satu persatu pentolannya dihabisi.

Nah, sekarang, kembali ke tahun 2021. Gembong narkoba Kolombia, Dairo Antonio Úsuga kondang dipanggil Otoniel, sebenarnya sudah ‘memagari’ diri dengan 1.800 orang pasukan bersenjata, namun mereka tetaplah pasukan sipil yang jerih juga manakala operasi gabungan datang.

Menyelamatkan diri lebih baik dari pada mati konyol. Otoniel tentu heran bagaimana posisinya bisa ketahuan? Dengan canggihnya teknologi saat ini memakai hp adalah malapetaka dan Otoniel sudah kembali ke cara ‘nenek moyang’, semua komunikasi memakai jasa kurir motor.

Otoniel juga tak pernah berada di satu tempat berlama-lama. Ia juga sangat menghindari area dengan padat penduduk dan memilih tinggal di hutan. Pendek kata ia sudah sangat waspada dan ekstra hati-hati, eh, ketahuan juga!

Jawabannya ada pada pasokan tim intel dari Amerika dan Inggris. Satelit mata-mata yang makin banyak jumlahnya terus mengintai dan memindai semua anak buah Otoniel, sampai akhirnya bisa mendeteksi dimana keberadaan si gembong.

Ada 50 foto satelit dengan resolusi tinggi yang dikirim pada tim yang bergerak di darat. Lokasi Otoniel dengan cepat langsung terkepung. Gembong kelahiran Antioquia, masih di kawasan Medellin juga –kampung Pablo Escobar- ini sekarang sudah dibawa ke Amerika.

Keringat dingin Otoniel tentu terus mengucur, tuduhannya sangat serius: berbagai macam pembunuhan dan ia telah membanjiri Amerika dengan kokain sebanyak 73 ton sejak 2003-2014! Otoniel pasti akan berkarat di dalam selnya!

Habiskah bisnis haram ini? Tentu tidak, selalu saja muncul orang bodoh yang mendambakan kemewahan dan menganggap uang adalah segalanya. Padahal, uang yang tidak direstui oleh Langit -pasti- akan berakhir sia-sia.(Gunawan Wibisono)

Share :

Baca Juga

Tokoh

Anggota DPRD Kota Bogor Sugeng Teguh Santoso, Berkah Kalau di-PAW
Laksamana

Berita

Perang Dunia Maya: Cyber War

Historia

Kisah Adi Soetjipto dan Hanandjoedin Membawa Kabur Pesawat Pembom!

Tokoh

Alex Palit, Jurnalis yang Unik dan Otentik
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (IV):

Tokoh

Kang Uki : Bunga Bank Bukan Riba!
Laksmana Sukardi

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Pertanyaan Menerawang Zaman
ANDIKA

Berita

BREAKING NEWS: Jenderal TNI Andika Perkasa Ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Panglima TNI