NYALI MAHFUD MD. Saya sekali bertemu Mahfud MD, di Padepokan Bagong, waktu Butet Kartaredjasa merayakan Sawung Jabo, 6/2/2023. Ketemu dan salaman,”Saya temannya Butet.” Cuma sebatas itu. Tidak berfoto, lupa atau sungkan.
Sejak muda, Mahfud aktif di PMII, HMI, lantas guru besar di Universitas Islam lndonesia. Namanya muncul, dan mengejutkan, ketika 2008 ditunjuk Gus Dur jadi Menteri Pertahanan. Di era Gus Dur dan Jokowi, pernah jadi Menteri Kehakiman dan HAM, Plt Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Plt Menteri Komunikasi dan Informatika, Plt Menteri Dalam Negeri. Selain pernah jadi Anggota DPR RI, Ketua Mahkamah Konstitusi dan sejak 2019 jadi Menko Polhukam.
Profesor yang tangkas berpikir ini sudah masuk wilayah Trias Politica: birokrasi, yudikatif, legislatif. Masuk dan “khatam”. Agama dan pemahamannya tentang Islam juga mumpuni. Meski berada di elite kekuasaan, Mahfud populis dan egaliter. Pembelaannya pada siswi SMP Jambi dan pertemanannya dengan Butet dkk, cukup menjelaskan.
Satu lagi yang menonjol, bagi saya yang hidup di jalanan, Mahfud jujur dan punya nyali tegar. Susah menuliskannya dalam esai pendek ini. Nyalinya tercermin jelas pada kata, tindakan dan empatinya. Nyali yang elegan. Nyali yang sering membuatnya dibilang “cari panggung”, padahal yang sebenarnya terjadi adalah panggung menjemputnya. Nyali yang membuat lawan dan kawan menaruh hormat dan gentar.
Ia sudah matang, lahir 13 Mei 1957, tiga tahun lebih muda dari saya. Umur yang pas untuk jadi Wakil Presiden 2024-2029. **
Harry Tjahjono
14/9/2023