DeFACTO.id – Karena mediasi batal dilaksanakan, perseteruan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dengan Haris Azhar dan Fatia Koordinator KontraS berlanjut ke pengadilan. Selain itu, Menko Luhut masih harus direpotkan Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (Prodem) yang melaporkanya ke polisi terkait dugaan bisnis PCR.
Tapi, di tengah masalah dan tugas yang harus dilaksanakannya, Menko luhut masih meluangkan waktu untuk menerima 10 siswa Taruna Nusantara yang berkunjung di kantornya, Kamis (18/11). Suasananya tampak berlangsung santai dan hangat. Jenderal Purnawirawan TNI yang sudah menjadi menteri di era Presiden Gus Dur ini mengisahkan pertemuannya dengan siswa terpilih itu di instagramnya.
Berapa Nilai Matematikamu?
“Pertanyaan itulah yang sering saya lontarkan kepada setiap anak muda yang akan bergabung bersama saya di kantor. Pertanyaan itu juga lah yang saya lontarkan kepada 10 siswa SMA Taruna Nusantara yang sedang berkunjung ke kantor saya kemarin untuk mendengar dan berbagi pengalaman yang sama bagaimana metode pendidikan militer yang pernah saya alami, dan sedang mereka jalani saat ini.
Saya memang tidak pandai dalam bidang matematika, tetapi saya suka dengan orang yang matematikanya hebat. Karena mengingatkan saya kepada ayah saya yang jago matematika. Dari beliau saya belajar bahwa dengan penguasaan dan pemahaman salah satu bidang sains yang mumpuni, kalian akan menguasai metode “problem solving” di segala bidang.
Saya bangga sekali ketika melihat salah satu cucu laki-laki saya punya pemahaman matematika yang kuat, bahkan dia mendapatkan award di bidang matematika dan fisika.
Saya juga menceritakan latar belakang saya mendirikan yayasan pendidikan DEL 20 tahun yang lalu selain karena terinspirasi oleh Pak Benny Moerdani, senior sekaligus mentor saya di militer, saya juga menaruh perhatian besar pada perkembangan sains dan ilmu pengetahuan di Indonesia. Kalau saya boleh sombong, SMA Unggul DEL yang saya dirikan 10 tahun lalu sekarang bisa mengalahkan SMA Taruna Nusantara yang memang punya “track record” melahirkan lulusan-lulusan terbaik di negeri ini.
Tetapi, saya tegaskan kepada mereka bahwa intelektualitas dan penguasaan sains yang mumpuni saja tidak ada artinya tanpa karakter yang baik. Karenanya saya berpesan pada mereka bahwa doa yang terbaik adalah perbuatan yang baik, dengan melakukan kebaikan maka secara tidak langsung kita bisa jadi teladan dan membawa manfaat bagi banyak orang.
Saya juga sampaikan pada para anak-anak muda hebat ini agar tidak mudah berkecil hati ketika apa yang kamu harapkan tidak menjadi kenyataan, karena karir yang cemerlang bukanlah segalanya, yang paling penting adalah kerja keras dan integritasmu sebagai manusia yang bermanfaat bagi lingkungan dimanapun engkau berada terlebih lagi bangsa dan negara yang engkau cintai.”* Evita