DeFACTO.id – Suasana Joglo Palereman Kelun, Sabtu 27/11. terasa mengharu biru. saat Bu Yuni Setiawati Maidi memeluk Bu Yuli Maryani, yang tanggal 1 Desember ini pensiun sebagai guru di SMPN 2 Kota Madiun. SMPN 2 ini oleh para alumninya sering disebut SMP Pasar Kawak. Karena lokasinya dekat dengan Pasar Kawak yang legendaris di Kota Madiun.

Bu Yuni, istri Wali Kota Madiun itu juga tampak terharu. Ia pun berpesan bahwa semua ini bukan yang terakhir. ‘’kita masih bisa silaturahmi,’’ kata Ketua Tim Penggerak PKK Kota Madiun yang juga guru di sekolah itu.
Ia pun berpesan agar guru SMPN 2 Kota Madiun sering-sering silaturahmi dengan bu Yuli, meski sudah tidak mengajar lagi. ‘’ Nanti kalau berkunjung mampir di Joglo Palereman Kelun ya, sekalian meramaikan joglo ini,’’ pesannya kepada sekitar 35 guru yang hadir.

Bu Yuni pun memberi contoh. Ia tak segan-segan memborong dagangan para bakul dan yang dipilih memang unik. Yakni krupuk upil. Untuk makan krupuk ini biasanya dicocol ke sambal petis yang dicampur tepung kanji.
Bisa dipahami kalau para guru SMPN 2 merasa kehilangan sejawat kerjanya. Sebab selama 40 tahun mengabdi sebagai pendidik, Bu Yuli tak pernah sekalipun pindah sekolah. ‘’Jadi sejak diangkat sampai pensiun saya tetap mengajar di sini,’’ ceritanya kepada Yuliana saat bertandang ke rumahnya di Perumahan Kartoharjo indah.
20 tahun mengabdi di bidang pendidikan—khususnya PPKn– tentu banyak suka dan dukanya. Ada hal-hal yang tak pernah terlupakan. Kali pertama mengajar ia masih tinggal di Magetan. Dari Magetan naik bus Maju turun di bantaran Kali Madiun. Ia pun naik becak ke SMPN 2 dengan ongkos Rp 30. Waktu itu ongkos sebesar itu jelas cukup mahal. Begitu sampai, ternyata jaraknya sangat dekat. ‘’Tahu begitu saya pilih jalan kaki,’’ katanya sambil tertawa mengenang awal menjadi seorang guru
Apalagi karena saat itu masih berusia 20 tahun, lahir 1 November 1961, maka sering dipanggil ‘’mbak’’ oleh murid-muridnya. Apalagi saat dilihat foto masa mudanya, Bu Yuli ini termasuk guru yang cantik.
Namun karena masih muda dan sabar, murid-muridnya sering mengunjunginya di asrama 501. Waktu itu ia sudah menikah dengan pak Djumain, anggota TNI AD. ’’Murid-murid saya kalau hari libur sering mengajak rujakan,’’ ungkapnya.

Dalam kurun waktu 40 tahun sebagai pendidik bukanlah waktu yang singkat . Bu Yuli tentu sudah banyak menghadapi berbagai tipe anak dengan karakter yang berbeda -beda. ‘’Alhamdulillah SMPN 2 adalah sekolah favorit dan muridnya pinter-pinter,’’ katanya.
Ia sangat merasa bahagia saat melihat anak didiknya dulu telah menjadi orang-orang sukses, Ada yang menjadi pejabat pemerintahan ,pengusaha, Dokter maupun profesi lainnya.
Di masa pandemi Bu Yuli sangat sedih dan prihatin. Selama 2 tahun belajar daring tidak mengenal siapa saja murid-muridnya. Meskipun ada kegiatan zoom meeting tapi tetap tidak bisa seperti saat belajar tatap muka secara langsung.
Karena itu ia sangat berharap agar dunia pendidikan kembali normal. Memang dengan adanya teknologi modern sangat membantu dan mempermudah anak-anak dalam belajar. Tapi tetap tidak bisa menggantikan kehadiran seorang guru secara langsung bagi murid-murid.
Misalnya anak-anak sudah kehilangan kepekaan mereka terhadap lingkungan sekitar. Mereka jarang bersosialisasi cenderung invidual. Memang, teknologi bisa menggantikan sistem pembelajaran, namun tidak dalam pendidikan.
Namun setidaknya ada kebanggaan di akhir masa tugasnya. Putri satu-satunya ,Desy Ayu Maharani, sekarang meneruskan jejak langkahnya dalam bidang pendidikan. Ayuk—demikian biasa dipanggil–kini mengajar di SMPN 4 Kota Madiun. Yuliana/Santoso