Home / Esai

Selasa, 3 Oktober 2023 - 15:27 WIB

Alarm Stroke

ALARM. Sudah hampir sebulan ini, di dalam kepala saya seolah-olah ada alarmnya. Tepat pukul 04.00 WIB, saya terbangun. Saya menolak mencet bel, benda yang mengingatkan pada lakon Kapai-Kapai, karya Mas Arifin C. Noor. Mencoba berdiri, dan akhirnya susah payah dibimbing cucu turun dari ranjang. Berhasil 4 langkah dan terseyok. Duduk di kursi roda, di teras, menggerakkan kaki dan tangan kiri. Pukul 07.00 sarapan, minum obat 11 butir. Pukul 09.00 berangkat terapi ozon, fisioterapi, tensi 120/80. Bagus! Belajar jalan 10 menit. Pulang, pukul 12.50 tiba di rumah. Pukul 19.00 konsultasi sinshe tusuk jarum.

Baca Juga  Suara Hati Ganjar

Sejak terserang stroke, 24 hari lalu, saya sudah menyalakan alarm: dalam satu bulan, saya akan melawan total. Saya akan tempuh semua cara yang diijinkan dokter. Kalau gagal, saya masih punya satu andalan: Dr. Terawan.

Ya. Sejak minggu pertama saya sudah mencari informasi tentang brain washing yang membuat Dr.Terawan dipecat dari IDI. Saya percaya brain washing jalan terbaik. Biayanya sekitar 50 s/ 75 jt. Mungkin saya harus menjual rumah yang di Madiun.

Tanahnya seluas 165 m2. Yang 10 m2 saya hibahkan buat gang samping rumah. Jadi tinggal 155 m2. Rumah itu di jln. Mojo, Taman. Sejak 5 tahun lalu ditinggali teman masa remaja saya, Ngateo. Furniture, alat dapur, kulkas, kipas angin, listrik, PDAM sudah ada. Rumah gebyok limasan kayu jati. Di dalamnya ada gebyok antik ukiran wayang. Rumah yang saya dirikan untuk masa tua dalam keadaan sehat. Dan mungkin saya harus menjualnya agar tetap sehat. Supaya ketiga anak saya bisa mengurus rumah tangganya.

Baca Juga  Widji Thukul

Hasrat untuk menghabiskan sisa umur di kampung halaman sudah berakhir, kehabisan energinya. Terutama karena Madiun sudah berganti jadi kota copy paste patung-patung nirmakna. Tak ada lagi landmark dan trade mark Madiun. Itu seperti Ngateo yang tiba-tiba menanam pohon pisang di depan teras rumah Mojo. Pisang yang membuat pohon kecik manila yang saya tanam menjadi muspra. Saya penggemar pisang, tapi tak kan pernah mau menanamnya di depan teras. Saya suka patung, tapi yang otentik, artistik, orisinal, dan bukan asal copy paste yang lebih buruk dari aslinya.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Proses Menentukan Kualitas

Harry Tjahjono
3/10/2023

Share :

Baca Juga

Esai

Menunggu Langkah Mematikan KPMP Dalam Kasus PEN Subsektor Film
Subang

Esai

Kawal Kasus Jalan Cagak Subang, Sejarah Akan Berulang?

Esai

Antara Tampines dan Tapera

Berita

Bhagawad Gawat

Berita

SBY Ditembok Mega, Cak Imin Digaris Yenny

Esai

Fiat Justitia et Pereat Mundus

Esai

Menebak Arah dan Dampak Dukungan PKS untuk Ganjar Pranowo
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Metastase Budidaya KKN