Home / Bisnis & Kuliner

Jumat, 29 Oktober 2021 - 23:04 WIB

Rujak Natsepa, Kuliner Andalan dari Pantai Natsepa, Maluku Tengah

Rujak merupakan salah satu kuliner yang cukup disukai, karena kuliner ini terbuat dari buah-buahan segar yang sehat, sangat cocok dimakan pada siang hari yang panas.

Di Pantai Natsepa, Maluku Tengah, rujak sangat dikenal baik oleh masyarakat setempat maupun wisatawan, sehingga disebut Rujak Natsepa.

Pantai Natsepa sebdiri  merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Maluku.

Baca Juga  bank bjb Perluas Kolaborasi dengan BP Rebana untuk Pengembangan Kawasan Rebana

Keistinewaan Rujak Natsepa adalah memiliki karakteristik saus yang cenderung manis dan gurih dilengkapi dengan taburan kacang tanah yang dicincang kasar.

Sambal kacangnya luar biasa. Didominasi oleh asa manis, akan tetapi gula merahnya yang dicampur  bumbu kacang terasa legit. Berbeda dari gula merah kebanyakan.

Tambahan huah pala dan pangkal buah belimbing juga merupakan faktor penting yang membuat rasa sambal kacang rujak ini begitu berbeda.

Baca Juga  Sinergi bank bjb dan Pemerintah dalam Implementasi Transaksi Digital di Desa

Rasa pedasya tidak langsung membakar lidah atau bibir, tetapi seperti tersembunyi, membuat kita ingin tambah dan tambah lagi memakannya.

Rasa manis, pedas, asin, dan asam bercampur  melahirkan citarasa yang membuat ketagihan.
Rujak ini juga memiliki potongan buah yang begitu banyak. Terdiri dari Nanas, Bengkoang, Timun, Kedondong, Belimbing, Pepaya, dan Mangga Golek khas Pulau Seram.

Baca Juga  Melihat Keindahan Sempurna Gunung Salak Sambil Nyeruput Kopi

Satu porsi rujak dhargai 10.000 rupiah ini dengan porsi sangat banyak.

Kemenparekraf berencana memfasilitasi kuliner ini untuk masuk ke Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai rekor penjualan rujak terbanyak.

Share :

Baca Juga

Bisnis & Kuliner

Sah! Facebook Ganti Nama Jadi Meta
Eat House

Bisnis & Kuliner

Eat House Makin Nggrowing dan Ngglowing
deFACTO.id -- dalam rentang waktu lima tahun belakangan ini Kota Pagaralam mulai dikenal dunia sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik. Padahal, kopi - atau kawe - masyarakat setempat menyebutnya - sudah ditanam sekurangnya sejak tahun 1918. Hal itu dimungkinkan karena terbukanya arus informasi berbasis IT serta mulai tergeraknya hati generasi muda petani kopi Pagaralam untuk memproses dan membranding hasil kopi mereka - dari sebelumnya yang hanya menjual mentahan. Berpuluh-puluh tahun lamanya kopi robusta dari Pagaralam dijual mentahan, diangkut dengan truk, dijual ke luar - dan dikapalkan pelalui pelabuhan Panjang (Lampung). Itulah barangkali sebabnya mengapa kopi Pagaralam (plus Lahat, Empatlawang dan sekitar gugusan Bukit Barisan) selama ini dikenal dengan julukan Kopi Lampung. Tak puas dengan stigma ini, anak-anak muda Pagaralam tergerak melakukan banyak terobosan, mulai dari memperbaiki sistem penanaman, panen, pascapanen, hingga branding. Tak puas dengan itu, mereka pun melengkapi "perjuangan" mereka dengan membuka kedai-kedai kopi, dilengkapi dengan peralatan semicanggih, - meski secara ekonomis usaha mereka belum menguntungkan. Di antara para "pejuang kopi" Itu bisa disebut misalnya Miladi Susanto (brand Kawah Dempo), Frans Wicaksono (Absolut Coffee), Sasi Radial (Jagad Besemah), Azhari (Sipahitlidah Coffee), Dian Ardiansyah (DNA Coffee), Wenny Bastian (Putra Abadi), Efriansyah (Rempasai Coffee), Dendy Dendek (Kopi Baghi), Hamsyah Tsakti (Kopi Kuali), Iwan Riduan (Waroeng Peko) dan banyak lagi. Dalam banyak lomba dan festival, lingkup nasional maupun internasional, kopi Pagaralam banyak dipuji dan diunggulkan - baik secara kualitas maupun orang-orang (petani & barista) yang ada di belakangnya* HSZ

Berita

Pagaralam Punya Kopi, Lampung Punya Nama
Pujasera Jiwan

Berita

Pujasera Jiwan Milik BUMDesa dengan Manajemen Kekinian

Bisnis & Kuliner

Lunpia Cik Me Me Generasi Ke-5:Lunpia Semarang

Bisnis & Kuliner

Rawon dan Laksa, Sup Khas Indonesia yang Mendunia
Brem Madiun

Bisnis & Kuliner

Brem Kaliabu Madiun Sudah Diekspor ke Turki
Batik Kenongo

Berita

Batik Kenongorejo, Hidup Enggan Mati Tak Mau