Home / Historia

Jumat, 3 Desember 2021 - 15:49 WIB

Daan Mogot, Pahlawan Muda Yang Bertahan Dengan Peluru Terakhir

DeDacto.id- Setelah Indonesia Merdeka, pasukan Sekutu yang diwakili tentara Inggris datang ke Jawa pada bulan September 1945. Tugas mereka  membebaskan tawanan orang asing di kamp interniran buatan Jepang serta melaksanakan tertib sipil dibekas jajahan Jepang yang sudah kalah.

Para pemuda Indonesia yang memiliki pengalaman dan pelatihan militer oleh tentara pendudukan Jepang serta Belanda mulai membentuk barisan perjuangan.
Daan Mogot muda yang pernah mendapat pendidikan PETA di Bogor juga tergabung dalam kesatuan Badan Keamanan Rakyat (BKR) embrio dari Tentara Nasional Indonesia.

Bulan Oktober 1945, para perwira TKR Resimen Tangerang membangun Militer Akademi Tangerang, Daan Mogot ditunjuk menjadi Direkturnya.

Sebagai upaya melengkapi senjata bagi sekolah Militer itu dilakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menyita senjata tentara Jepang yang ada di sekitar Tangerang termasuk tangsi Jepang yang berada di Lengkong.

Maka tanggal 26 Januari 1946, rombongan siswa MAT dengan beberapa Truk berangkat ke tangsi Jepang itu.

Hari yang tak akan bisa dilupakan Alex Sajoeti seumur hidup. Alex adalah satu satunya taruna militer Akademi Tangerang yang ikut menyaksikan Mayor Daan Mogot berunding dengan Mayor Abe Komandan Tangsi Jepang di Lengkong.

Diingat betul oleh Alex muda bagaimana para Taruna Militer Akademi Tangerang berangkat dengan semangat tinggi dan riang hati dengan menggunakan 2 truk dan Jeep pagi itu menuju tangsi Jepang di Lengkong.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (IV):

Sembari menyanyikan lagu lagu perjuangan anak anak taruna MAT semangat dan sedang berangan-angan bahwa sore nanti mereka akan membawa pulang senjata.
Sepanjang perjalanan rakyat mengelu-elukan mereka dan berteriak “Merdeka!” dan dibalas oleh para Taruna dengan tangan terkepal “Merdeka!”.

Sesampainya di tangsi Jepang Lengkong semua berjalan seperti rencana, Mayor Abe sebagai Komandan Tangsi menyambut para perwira kita dan mengajak berunding dalam ruangan tangsi.

“Lex, kamu ikut ke dalam temani saya!” perintah Mayor Daan Mogot pada taruna Alex.

“siap pak!”  dijawab Alex muda dengan sikap sempurna.

Beriringan mereka memasuki ruangan dalam tangsi itu dengan gagah bak tentara profesional Alex masih ingat bagaimana Mayor Daan Mogot berjalan berwibawa, padahal usia Daan Mogot saat itu belum genap 17 tahun! dan Mayor Abe terlihat menghormati sekali pada Mayor Daan Mogot.

Taruna di luar juga sudah mulai mengumpulkan senjata yg dipakai tentara Jepang,  bahkan banyak tentara Jepang yang menyerahkan senjata mereka tanpa diminta, senjata itu mulai dikumpulkan oleh anak anak MAT.

Awalnya perundingan lancar, sampai pada point bahwa dia sebagai pimpinan tangsi harus bicara dulu dengan atasannya dan berkoordinasi dengan pihak tentara Inggris di Bogor, ini berbahaya!
Sebab sebenarnya operasi melucuti senjata Jepang ini memang tanpa koordinasi dengan pihak pihak terkait saat itu. Operasi ini murni inisiatif Daan Mogot!

Baca Juga  HADIAH CINTA Jalan Hidup

Seharusnya memang operasi macam ini sesuai kesepakatan antara pihak Inggris sebagai penguasa baru di Jawa dan kantor penghubung tentara di Jakarta harus dilakukan bersama.
Namun Daan Mogot mempunyai pikiran yg juga tak salah menurut Perwira termuda dalam sejarah TNI ini, tak perlu koordinasi dengan Inggris karena lokasi tangsi Jepang itu ada di wilayah Republik.

Saat negosiasi makin alot, tiba tiba entah dari mana asalnya terdengar dari luar suara tembakan!

Dor!

Semua yg di dalam ruang perundingan terhenyak! Kaget dan bingung?! Tak terkecuali Mayor Abe dan Mayor Da’an Mogot. Mereka saling pandang dan tanpa lama-lama Daan Mogot lah yg pertama berlari keluar, diikitu oleh Mayor Abe dan Alex.

Suasana sudah kacau!
Para tentara Jepang sudah mengambil kembali senjata yg tadi terkumpul dan mereka menembaki para Taruna yang tak siap.

Mayor Daan Mogot berteriak dalam bahasa Jepang untuk menghentikan tembakan, namun tak di gubris tentara Jepang, sedang Mayor Abe entah kemana.

Melihat situasi yg sudah tak bisa dikendalikan lagi, buru buru Mogot memerintahkan agar siswa MAT menyelamatkan diri, sang Mayor masih sempat memerintahkan Alex untuk lari berlindung.

“Lex!, kau mundur! Cari perlindungan!”, perintahnya pada Alex.

Hanya mengangguk, Alex berlari ke hutan karet dekat tangsi Jepang untuk menyelamatkan diri,  masih di lihatnya Direktur Akademi Militer Tangerang itu masih merentangkan tangan dan berteriak untuk meminta tahan tembakan! 

Baca Juga  Anjas Asmara: Bubarkan PSSI, Sudah Bobrok!

Alex berlari menjauh dari tangsi namun ia juga melihat beberapa rekannya gugur dan tertembak.

Masih sambil berlindung, Alex melihat bagaimana Mayor Daan Mogot mencoba berlindung dari tembakan tentara Jepang, namun dalam usahanya berlindung tersebut tentara Jepang memburunya! Mogot
dikepung lalu mengambil pistol Nambu yang ia sandang.

Masih di ingat Alex bagaimana Mayor Daan Mogot di dekati oleh 6 orang opsir Jepang namun Mogot masih berusaha menembak sampai peluru Nambu itu habis.

Dor!

Satu letusan terakhir yg di ingat Alex, itu letusan Pistol Nambu Mayor Daan Mogot.

Dan di balas letusan dari 6 opsir Jepang yg mengepung beliau.

Mayor Daniel Elias Mogot atau Daan Mogot gugur saat itu dalam usia 17 tahun dan ia adalah pendiri Militer Akademi Tangerang.

“Pak Daan Mogot bertahan sampai peluru terakhir! “, Kisah Alex Sajoeti, sedang saya tertawan dan di selamatkan oleh Mayor MT. Haryono dari kantor penghubung Tentara Jakarta tanggal 28 Januari 1946.

Hari itu tidak akan pernah dilupakan oleh taruna Alex Sajoeti, dia satu satunya yg menjadi saksi hidup bagaimana Mayor Daan Mogot bertahan hanya dengan pistol Nambunya.

Makam beliau ada di Taman Makam Taruna Tangerang. Namanya di abadikan jadi nama jalan terpanjang di Jakarta.

Sumber buku AKADEMI MILITER TANGERANG dan PERISTIWA LENGKONG

Beny Rusmawan

Share :

Baca Juga

Historia

Bobby oh Bobby, Riwayat Polisi Inggris Dipanggil Bobby

Historia

Foto: Pertama Kali Pisang Masuk Norwegia!

Berita

Kolonel Edward Shames, Anggota Terakhir ‘Band Of Brother’ Tutup Usia. Curraheee….!

Esai

Sejarah Bluetooth dan Ujaran SARA.

Historia

Berpulangnya Jendral Oerip, Peletak Dasar TNI Profesional

Historia

Dialog 2 orang jenius.
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu V
Laksmana Sukardi

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Pertanyaan Menerawang Zaman