Home / Historia

Rabu, 3 November 2021 - 23:25 WIB

Gustav, Meriam Penghancur Benteng.

DeFacto.id – Dalam sejarah, manusia pernah membangun meriam besar. Terbesar dari yang pernah ada.

Inggris membuat mortir Mallet’s, pelurunya bulat seperti peluru meriam abad pertengahan, dengan berat 1,3 ton. Meriam rancangan Robert Mallet ini dibuat 1854.

Amerika tak mau kalah, ada meriam bernama  Little David. Meski namanya -Little- namun ukuran peluru meriam ini sangat besar, yakni berkaliber 91,4 cm! Hampir satu meter! Dibuat tahun 1857.

Mungkin gambar luar ruangan
Ukuran peluru Gustav dan jip

Namun, baik mortir buatan Mallet maupun Little David, hanya senjata uji coba karena tak pernah digunakan di medan tempur sungguhan.

Si Berat Gustav

Beda dengan meriam Schwerer Gustav, atau si Berat Gustav, senjata ini benar-benar sudah dibawa ke garis depan dan menghancurkan benteng pertahanan lawan.

Pembuatnya, siapa lagi kalau bukan Nazi Jerman. Nama Gustav yang dipakai sebagai nama meriam bukan nama sembarangan, ada nama Krupp dibelakangnya: Gustav Krupp.

Nah, Krupp adalah nama keluarga industrialis baja Jerman selama 400 tahun,  terkenal di dunia, bahkan hingga kini. Spesialisasinya adalah membuat meriam artileri, senjata dan amunisi.

Mungkin gambar satu orang atau lebih dan luar ruangan
tentara Amerika berfoto bersama di atas moncong Gustav

Usai PD 1, demi mencegah Jerman menerobos  perbatasan lagi, seperti saat PD1, tahun 1930 Perancis membuat serangkaian benteng pertahanan sangat kuat di perbatasan Perancis-Jerman.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Indikator Kematian

Benteng bernama Maginot ini panjang bukan main. 450,6 km terentang mulai di selatan, dekat perbatasan Swiss, hingga ke utara dekat perbatasan Luxemburg!

Tebal tembok beton benteng rata-rata 7 meter, di beberapa bagian masih dilapisi baja penguat setebal 1 meter!

Biaya benteng total 3 milyar Franc atau senilai 3, 9 milyar dollar dalam uang saat ini.

Saat militer Jerman bangkit dengan penuh dendam karena kalah perang dalam PD 1 melawan Perancis, secara khusus Hitler lalu memesan meriam kelas berat untuk menjebol benteng Maginot ini.

Meriamnya mesti spesial, karena harus bisa menjebol beton setebal 7 m, atau merobek baja setebal 1 meter.

Meriam ini, selain harus memiliki tenaga besar, sekaligus,  harus bisa dipindah-pindahkan!

Tahun 1937 keluarga Krupp diminta untuk membuatnya. Menghabiskan biaya 7 juta Reichsmark, setara sekitar 24 juta dollar nilai uang tahun 2015, harga untuk satu meriam.

Sayangnya meriam ini rampung di saat yang terlambat, atau, militer Jerman yang tidak sabaran?

Yang terjadi kemudian, AD Jerman memutuskan: dari pada menjebol benteng Maginot yang dijaga sangat kuat dan pasti akan memakan banyak korban, mereka lebih memilih menyelinap masuk Perancis (lagi!) tepat dari ujung benteng Maginot di sebelah utaranya!

Mungkin gambar luar ruangan
Maket lengkap, Gustav meriam terbesar

AD bergerak malam hari. Dengan disiplin ‘radio silent’ ketat mereka menyelinap di perbatasan Perancis-Luxemburg yang bergunung-gunung dan berhutan lebat.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Berpikir Merdeka dan Independen

Titik masuk dengan medan berat ini tentu tidak diduga oleh Perancis!

Rencana itu kemudian berhasil membuat terkejut tentara Perancis-Inggris karena ditusuk dari belakang,  hingga mereka kemudian tersudut di pantai Dunkirk, Perancis utara.

Nah, ketika meriam Si Berat Gustav selesai, Perancis sudah jatuh, Jerman tak punya lawan lagi di sisi barat. Karena itu segera dibawa ke front timur untuk menghadapi Sovyet.

Agar bisa dipindah-pindah, Gustav kemudian ditempatkan di atas lori kereta. Untuk membawa ke garis depan tentara Jerman harus membangun rangkaian kereta terlebih dahulu.

Meriam ini luar biasa besar dan berat. Berat totalnya 1.350 ton dengan panjang larasnya saja 30 meter. Karena berat, lori yang menyangga Gustav memiliki ban lebih banyak, yakni 40 ban di tiap sisi, atau 80 ban di kedua sisi.

Gustav merepotkan. Saat bergerak butuh 25 lori, dengan panjang rangkaian sampai 1,5  km. Termasuk lori untuk membawa peluru meriam yang beratnya mencapai 7 ton dengan kaliber 80 cm.

Bukan itu saja, setiap Gustav bergerak juga harus dikawal ketat. Agar tidak dibom dari pesawat terbang, ada dua lori yang berisi senjata-senjata penangkis pesawat udara yang harus dipasang di depan dan di belakang rangkaian kereta.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (I)

Tak heran, sekali bergerak, lengkap dengan tentara pengawal, Gustav butuh 4.000 orang yang bekerja, 500 diantaranya khusus untuk mengoperasikan si Gustav.

Meriam ini kemudian dibawa ke medan tempur di Sevastopol, di semenanjung Krimea, Laut Hitam.

Setelah sampai, Gustav butuh hampir satu bulan untuk perisiapannya. Peluru dengan berat 7 ton tentu sulit untuk digeser-geser!

Namun demikian senjata ini mampu menjebol tembok-tembok benteng. Butuh 45 menit bagi meriam untuk diisi peluru kembali (reload), lama, tetapi efisien untuk membuat jerih musuh.

Ada dua tipe peluru yang disiapkan. Peluru dengan daya ledak tinggi, HE, high explosive, yang ledakannya bisa membuat gentar lawan. Dan peluru runcing untuk menembus baja AP, armor piercing.

Gustav efektif untuk menembak sasaran dalam jarak 47 km. Di Sevastopol Gustav berhasil menjebol  setiaknya 5 benteng.

Sayangnya ketika angin peperangan berganti haluan, dimana Tentara Merah mulai bangkit dan mampu memukul mundur tentara Jerman, meriam Gustav terpaksa dihancurkan sendiri oleh pemiliknya. Meriamnya dirusak.

Mereka takut Gustav  akan dipakai oleh Tentara Merah untuk menghantam benteng Jerman.

Gunawan Wibisono

Share :

Baca Juga

Laksmana Sukardi

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Pertanyaan Menerawang Zaman

Historia

Kisah Adi Soetjipto dan Hanandjoedin Membawa Kabur Pesawat Pembom!

Historia

Mengenang Andrew Higgins, Pembuat Perahu Hebat Untuk Mendaratkan Pasukan

Historia

Lagu What a Wonderful World, Louis Amstrong Penyanyinya Tak Bisa Hadir Saat Diberi Penghargaan.
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (IV):

Historia

Olimpiade Berlin 1936, Liputan Televisi Pertama Kali di Dunia

Historia

Memahami film ‘Greyhound’ Dari Sisi Sejarah
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (II):