Home / Tokoh

Rabu, 17 November 2021 - 08:24 WIB

Sampai Hari Ini Masih Banyak Warga yang Datang ke Rumahnya Minta Bantuan

MESKIPUN SUDAH TIDAK MENJADI LAGI SEBAGAI WALIKOTA, SAMPAI SAAT INI MASIH BANYAK WARGA YANG DATANG KE RUMAHNYA UNTUK MEMINTA BANTUAN. MULAI DARI SOAL KERJAAN,  PENDIDIKAN ANAK, KONDISI RUMAH YANG TIDAK LAYAK, DAN LAIN SEBAGAINYA. TIDAK JARANG ANGGOTA PARTAI YANG DATANG. RUDY SELALU MENERIMA MEREKA, DAN SEDAPAT MUNGKIN MEMBANTU.

Waktu dulu menjadi tukang las, pernah terbayang enggak jika suatu saat akan menjadi Walikota?

Oh enggak, enggak! Dan saya tetap komitmen saya ingin terus berjuang kok. Berjuang tidak harus menikmati hasil. Saya mengandtakan sampai hari ini filosofi yang saya gunakan adalah sebagai akar saja. Akar tugasnya mencari air, menembus tanah yang keras bahkan berbatuan hanya demi sebatang pohon.  Ketika pohon tumbuh ranting, berdaun rindang, berbunga elok dan berbuah banyak, pohon yang dapat pujian. Akar tetap di bawah tanpa pernah mengeluh bahkan dikencingi anjing, dikencingi orang pun akar tak pernah mengeluh..

Waktu menjadi Walikota, kabarnya Anda sering mengurus masalah pemerintahan ke ibukota sendiri?

Oh iya saya jalan sendiri. Ke Kementerian itu saya datang sendiri. Nanti kalau sudah ketok anggaran, baru Kepala Dinasnya yang ajak suruh ke sana. Saya ini orang yang tidak pernah mau minta setoran dan diberi setoran, tak pernah jual beli jabatan di Solo dari kepala sekolah sampai sekda, itu kalau diangkat juga enggak pernah mengeluarkan uang satu sen pun.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Penguasa Predator Perbankan

Ada yang mengatakan Anda Walikota termiskin?

Oh ya saya ndak malu kok. Karena memang karena waktu itu saya sebagai ketua DPC partai lalu dcalonkan jadi wakil walikota, saya mamenej dulu kader-kader saya supaya mau mendukung.

Waktu mau jadi Walikota duit saya mau cuma satu setengah juta kok. Mau ngapain? Saya punya modal 38 persen akhirnya dapat juga 38 persen. Ya nggak perlu malu.
Karena  komitmen saya adalah, saya bekerja untuk menyekolahkan anak.  Kalau pake saya mau seperti begini ya silakan, kalau ndak mau silahkan cari yang lain,  nanti pasti saya menangkan. Saya mesti komitmen.

Dulu waktu Jokowi Pemilihan Walikota Kedua dapat 90 persen?Tapi waktu Anda periode kedua dapat berapat?

Waktu Jokowi dapat 99,9 persen, waktu saya dapat 60 persen! Itu karena saya kafir! Karena politik identitas dimunculkan. Dan saya ndak mengeluarkan biaya kok! Saya menang syukur, kalah sangat-sangat bersyukur. Saya ndak pake modal apapun. Saksi aja saya minta Mas Taufik almarhum.

Baca Juga  Polri Amankan Tersangka Pengelola Situs Penyebar Video Porno Anak

Jadi apa tujuan ingin menjadi walikota?

Melayani! Supaya rakyat miskin ndak jadi miskin!

Setelah menjabat isyu kafir itu masih ada?

Mungkin karena masyarakat menilai saya tidak mengedepankan keyakinan saya. Bantuan untuk masjid-masjid atau untuk umat Islam saya prioritaskan. Bukan saya mengesampingkan Kristen Katoliknya, enggak. Proporsionallah!

Konon jabatan itu bisa membuat orang nagih. Setelah jadi Walikota, ingin lebih tinggi lagi

hahaha, kalau saya enggaklah. Kalau Tuhan belum memberikan jabatan,  saya kira enggak dapatlah. Mau istilahnya mau mencalonkan berulang kali kalau Tuhan tidak menghendaki, ya tidak dapat.

Tidak berusaha mencalonkan lagi?

Lho, saya mau coba ke mana? Wong enggak ada pilihan apa-apa.

Anda kan pencinta Bung Karno. Apa yang dijabarkan ketika menjadi Walikota Solo?

Ya ajaran Bung Karno itu yang selalu saya gunakan. Satunya kata, satunya perbuatan. Jadi katanuya adalah perjuangan,  perbuatannya adalah untuk menyejahterakan rakyat. Berjuang untuk meraih kekuasaan, dan berbuat untuk kesejahteraan rakyat.

Dan sampai hari ini rumah saya juga di tepian Bengawan Solo, enggak punya rumah yang lain. Itu yang saya lakukan ketika saya membaca baca bukunya Bung Karno. Cukup satu aja yang dipegang, yakni satu kata satu perbuatan. ketika sudah berkata berjuang, kata yang ada adalah mensejahterakan rakyatnya.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (IV):

Sampai saat ini masih ada warga yang datang menemui Anda?

Setiap pagi masih sama. Setengah enam itu sudah ada tamu.  Warga mengeluh begini begitu. Ya sepanjang saya mampu pasti saya jalani ndak ada yang tak tolak.

Apa keluhan warga biasanya?

Ya soal Pendidikan, Kesehatan, rumahnya tidak layak huni, nggak punya pekerjaan minta modal, itu biasa kami lakukan dari  dulu. Tetapi kalau mengatasnamakan organisasi, saya minta untuk ketemu anak ranting dulu. Tetap saya terima tapi saya minta ke pengurus anak ranting dulu, kalau ngaku orang PDI. Bukan saya tidak mau urusin, tetapi prosedurnya tetap harus dijalani. Kalau bukan ya ndak pernah saya tanya. Masalahnya apa, saya selesaikan. Ya itu saja!

Jadi masalah yang paling banyak dikeluhkan apa?

Masalah sekolah dan Kesehatan. Karena banyak yang sekolah di swasta, nilainya

Tidak masuk di negeri.* (Selesai)

Share :

Baca Juga

Fahri Hamzah

Berita

Kenapa Fahri Hamzah Semakin Getol Kritik DPR dan Parpol
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (III):
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Metastase Budidaya KKN
Laksamana Sukardi

Berita

Senjata Nuklir Ekonomi

Tokoh

Ditangani Prof. Teguh dan Pak Wiwin
Laksamana Sukardi

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (I)

Olahraga & Hiburan

Pertahanan Sisilia Ganjar Pranowo vs Strategi Penyerangan Benteng Jerikho Jusuf Kalla
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Indikator Kematian