Home / Historia

Selasa, 16 November 2021 - 14:49 WIB

Penyebab Meletusnya Perang Dunia 1 (full)

DeFacto.id – 28 Juli 1914, 107 tahun silam, merupakan hari bersejarah. Seorang pangeran berusia 51 tahun, putra mahkota kerajaan besar, dan istrinya, dibantai dengan bengis. Perang besar yang kemudian dikenal sebagai : Perang Dunia Pertama, dimulai.

Pada hari itu habis batas waktu satu bulan yang diberikan duo kerajaan Austria-Hongaria kepada gubernur dua provinsi Bosnia-Herzegovina untuk menyerahkan pelaku berikut dalang pembunuhan putra mahkota kerajaan, Franz Ferdinand.

Dan, karena hasil penyelidikan yang dilakukan Bosnia-Herzegovina dianggap tak memuaskan, pasukan Austria-Hongaria segera disiapkan untuk menyerbu wilayah Balkan, kawasan indah yang terletak di sebelah tenggara Eropa.

Yang diserbu ternyata kemudian tidak sendirian, ia memiliki sponsor.

Di lain pihak, yang menyerbu juga punya bohir kuat. Kait mengait, ketegangan segera merembet dan Perang Dunia Pertama (PD I) pun pecah pada 28 Juli 1914.

Putra Mahkota Franz Ferdinand

Pistol dan granat tangan

Satu bulan sebelumnya, hari Minggu 28 Juni 1914, putra mahkota Franz Ferdinand memang berkunjung ke kota Sarajevo, ibukota propinsi Bosnia-Herzegovina. 

Waktu itu wilayah ini masuk dalam genggaman kerajaan Austria-Hongaria. Sebagai putra mahkota, sekaligus pimpinan tertinggi militer kerajaan, Franz hendak menginspeksi kesiapan pasukan kerajaan yang ada di dua propinsi ini.

Tanpa setahu Franz, ia sebenarnya tengah mendatangi daerah yang berbahaya. Apinya membara tetapi tak terlihat karena tertutup sekam. Bosnia-Herzegovina ingin merdeka. Dan pejuang bawah tanah di wilayah ini telah menyiapkan ‘kejutan’.

Dragutin Dimitrijević, perwira Serbia, pemasok pistol

Nah, beberapa hari sebelumnya ketika kabar putra mahkota akan datang ke Sarajevo, diam-diam para pejuang gerakan bawah tanah Bosnia-Herzegovina melihat ini sebagai peluang emas untuk menyerang ‘pemerintah pusat’.

Para pejuang ini tergabung dalam kelompok militer rahasia, Crna Ruka (bahasa Serbia) atau Kelompok Tangan Hitam, yang dibentuk di Serbia, negara tetangga yang terletak di sebelah timur Bosnia-Herzegovina.

Serbia memang memiliki kepentingan di Bosnia-Herzegovina. Mereka senasib. Sama-sama wilayah jajahan yang ingin merdeka.

Setelah kabar kepastian Franz benar-benar akan datang, rencana eksekusi segera dirancang. Tim eksekutor dibentuk, siapa dan dimana posisi masing-masing ditentukan. Kolonel  Dragutin Dimitrijević anggota AD Serbia pejabat penting Tangan Hitam yang menyediakan senjatanya, yakni Pistol FN buatan tahun 1910 yang ringkas di tangan. Tak hanya pistol, para algojo ini juga berbekal granat tangan.

Franz Ferdinand (putih) sampai di kota Sarajevo. Terakhir kali ia memakai kereta api kerajaan. Siangnya ditembak mati.

Rakus Wilayah

Munculnya gerakan militer bawah tanah di Bosnia-Herzegovina yang disponsori Serbia ini, kalau diurut kebelakang sebenarnya karena ulah kerajaan Austria-Hongaria sendiri juga yang rakus untuk menguasai wilayah orang.

6 Oktober 1908, enam tahun sebelumnya, secara tiba-tiba kerajaan Austria-Hongaria menyerbu wilayah Bosnia-Herzegovina dan menjadikannya sebagai propinsi baru.

Mengapa Austria-Hongaria berani menyerbu kesana? Kerajaan ini berpatokan pada keputusan perjanjian di Berlin tanggal 13 Juli tahun 1878, dimana kerajaan-kerajaan besar Eropa saat itu diantaranya Jerman, Rusia, Inggris dan Austria-Hongaria sendiri, sepakat untuk memberikan wilayah Bosnia-Herzegovina pada kerajaan Austria-Hongaria.

Namun, hasil konggres juga memberi catatan penting:  apa itu?

Lukisan yang menggambarkan suasana pertemuan kerajaan besar di Eropa, Berlin 13 Juli 1878

Catatan pentingnya adalah, bila ingin menguasai Bosnia-Herzegovina harus memberitahu Kesultanan Turki terlebih dahulu, karena wilayah tersebut berada dalam kontrol Turki. Jadi meski kelak masuk wilayah Austria-Hongaria, namun secara hukum tetap merupakan daerah Kesultanan Turki. Ada syarat dan ketentuan yang berlaku, misalnya soal pajak.

Sultan Turki agaknya tidak keberatan selama secara hukum kawasan tersebut masih atas nama Sultan.

Diam-diam otoritas Turki kerap pusing mengontrol wilayah mereka yang luas di wilayah barat, yakni Bulgaria, Yunani, Albania, Serbia dan Bosnia-Herzegovina karena wilayah-wilayah ini kerap bergejolak, memberontak dan ingin merdeka. Maka, kalau ada ‘tangan lain’ yang ikut cawe-cawe (membantu mengurusi) wilayahnya ya monggo saja, selama ada imbal balik tentu saja.

Karena harus memberi tahu  Turki dan secara hukum masih masuk wilayah Turki, agaknya membuat  kerajaan Austria-Hongaria ogah-ogahan. Untuk apa menganeksasi wilayah lain kalau secara hukum masuk dalam kerajaan orang lain?

Sultan Abdulhamid II.

Pembaharuan di Turki

Diam-diam Austria-Hongaria ingin menguasai Bosnia-Herzegovina secara mutlak, menjadi pemilik yang berkuasa penuh.

Lalu, apa yang dilakukan duo kerajaan itu?

Ya, menunggu. Sabar, sampai saat baik tiba.

Benar saja, tanggal 24 Juli 1908, secara tiba-tiba kelompok yang menamakan diri ‘Young Turks’ yang dimotori para pemuda Turki diantaranya Pangeran Sabahaddin dan Ahmet Riza, memproklamirkan diri sebagai kelompok pembaharu di Turki yang menjanjikan era baru multi partai di parlemen yang berdemokrasi.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Oposisi Terhadap Sebuah Zaman
Ahmet Riza

Young Turk dengan berani melawan kekuasaan absolut Kesultanan Turki yang waktu itu dipegang oleh Sultan Abdulhamid II.

Semangat Young Turk ini tentu saja juga membakar wilayah-wilayah yang menjadi kekuasaan Turki untuk ikut memberontak. Mereka melihat ini sebagai kesempatan baik untuk memerdekakan diri.

Nah, mumpung ada gejolak di Turki, Austria-Hongaria melihat ini sebuah peluang bagus untuk menganeksasi Bosnia-Herzegovina!

Wilayah kerajaan Austria-Hungaria, Bosnia dan Serbia bersebelahan.

Sikat cepat!

Benar saja, 7 Oktober 1908 Menteri luar negeri Austria-Hongaria, Graf Lexa von Aehrenthal mengumumkan bahwa Bosnia dan Herzegivina saat itu juga merupakan wilayah mereka!

Tindakan sikat cepat ini harus dilakukan selagi kondisi di Turki sedang kisruh, dan kontrol negara itu lemah di kawasan Balkan!

Begitulah,  sejak 1908 sampai dengan 1914 itu, praktis wilayah Bosnia-Herzegovina memiliki  tuan baru. Kali ini lebih bengis. Sejarawan Jerman Michael Freund menggambarkan karakter putra mahkota Franz Ferdinand sebagai calon raja yang sangat temperamental dengan aura yang menakutkan karena tak segan mengumbar kekerasan.

Datangnya penjajah baru nan rakus, tentu saja menimbulkan resistensi yang lebih keras dari penduduk Bosnia-Herzegovina.

Kasak-kusuk perlawanan mengemuka. Pembicaraan soal kemerdekaan kerap terdengar secara sembunyi-sembunyi. Puncaknya ya seperti uraian di atas: tim eksekusi putra mahkota segera disiapkan, begitu mendengar Franz hendak ke Serajevo!

Franz dan Sophie, istrinya

Granat meleset

Sebetulnya, saat memasuki kota Sarajevo, isyarat keadaan tidak aman dan berbahaya bagi keselamatan nyawa putra mahkota Franz Ferdinand sudah terjadi dan terlihat kasat mata di pagi hari sebelum ia ditembak. Namun entah mengapa isyarat ini dianggap angin lalu saja!

Dalam iring-iringan menuju Balai Kota, sebuah granat tangan sengaja dilemparkan oleh Nedeljko Čabrinović, seorang nasionalis anggota kelompok Tangan Hitam. Sasarannya: mobil putra mahkota.

Beruntung  granat terpental ke belakang dan ledakannya mengenai mobil pengiring di belakang. Beberapa orang staf putra mahkota luka-luka.

Franz yang saat itu datang bersama istrinya, Sophie, selamat tak tergores sedikitpun.

Sebenarnya, demi keselamatan, rombongan bukannya putar balik kembali menuju stasiun kereta api yang bisa membawa mereka pulang, tetapi Franz malah terus memaksakan diri melaju ke Balai Kota!

Nedeljko Čabrinović, pelempar granat.

Jadwal diubah mendadak

Di Balai Kota dengan pongahnya Franz membentak gubernur “begini cara kamu menyambut tamu? Dengan bom!?”ia memekik. Suaranya terdengar hingga keluar gedung.

Ia marah sekali. Namun bukannya waspada, ia tetap percaya diri dan terus bertahan di Balai Kota.

Setelah istirahat sejenak, Franz yang masih marah-marah secara mendadak mengubah jadwal perjalanan hari itu,  tiba-tiba ia ingin menuju ke rumah sakit untuk melihat korban luka karena granat.

Rombongan besar gempar karena jadwal diganti. Petugas protokoler mendadak sibuk menyiapkan tahap-tahap acara lanjutan.

Kepeleset!

Kebingungan ini merembet sampai ke para sopir kendaraan. Karena tak ada yang memberi tahu tentang perubahan jadwal, mereka tetap saja duduk santai. Setelah bagian protokoler mengabarkan kalau putra mahkota ingin ke rumah sakit, mereka kaget bukan main.

Masalahnya jalan menuju ke rumah sakit ada di arah yang berlawanan, itu berarti mobil harus diputar!

Nah,  jalan disitu sempit, agak repot kalau harus berputar di tempat.

Selagi sopir masih bingung, sekonyong-konyong masuklah Fraz Ferdinand dan Sophie istrinya ke dalam mobil kap terbuka Phaeton buatan Gräf & Stift tahun 1910. Sopir grogi, keringat dingin mulai keluar. Bos besar sudah masuk mobil, padahal kendaraan belum lagi diputar, dan dengan jalan yang sempit seperti ini rasanya mustahil kalau muat untuk berputar…..

Brak!

Secara mendadak ban kanan belakang mobil turun, keluar dari jalan, dan saat itu juga ban mobil jadi terkunci.

Pelaku penembakan, Gavrilo Princip, masih 19 tahun!

Bahaya datang.

Pukul 10.43, Gavrilo Princip yang masih berusia 19 tahun, anggota Tangan Hitam, yang sedari tadi duduk di kafe di seberang Balai Kota dan memperhatikan semua adegan, segera melihat peluang emas saat mobil terkunci. Ia bergerak cepat.

Baca Juga  Kisah Foto Ikon Saat PD 2 di Iwo Jima

Dengan sigap ia mendekati mobil, tangan kanannya langsung masuk ke dalam jas dan meraih pistol FN yang dibagikan oleh Kolonel Dragutin Dimitrijević.

Kunci pengaman dibuka, posisi badannya segera merapat ke mobil yang memang terbuka dan dengan leluasa pistol menyalak mengarah ke Sophie terlebih dahulu.

Dor! Dor!

Perutnya Sophie robek dan darah langsung mengucur deras.

Princip tak membuang kesempatan. Tepat pukul 10.45, pistolnya kini mengincar Franz. Terdengar tembakan lagi, peluru menembus leher dan masuk ke kepala putra mahkota.

Pengiring dan penonton kaget oleh suara tembakan, mereka dengan segera mengenali pelaku lalu ramai-ramai menyerbu si penembak dan menangkapnya.

Keluarga Franz Ferdinand

Sophie Sayang!

Di mobil Franz masih sadar, gaun istrinya di bagian perut penuh oleh darah, ia menubruk Sophie sambil meratap, “Sopherl! Sopherl! Sterbe nicht! Bleibe am Leben für unsere Kinder! – Sophie sayang! Sophie sayang! Jangan mati dulu, bertahanlah demi anak-anak kita!”

Para pengiring segera menolong Franz, namun saat akan membuka mantelnya, ternyata dibagian leher sulit dibuka. Bagian leher agaknya sengaja dijahit agar mantel nampak pas di badan. Para penolong butuh gunting untuk membukanya. Gunting yang tak mungkin mudah didapat dalam keadaan kalut seperti itu.

Setelah tersedak beberapa kali Franz pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Mobil segera dilarikan ke rumah sakit untuk menolong Sophie, tetapi karena darah yang terus mengucur, ibu anak tiga itu meninggal dalam perjalanan.

pasukan Austria-Hongaria menggelontor masuk Serbia

Kerajaan meradang!

Hari itu juga berita memilukan sampai ke ibukota. Austria-Hongaria meradang penuh amarah dan meminta si pelaku dan komplotannya agar segera diserahkan. Propinsi Bosnia-Herzegovina diberi waktu satu bulan untuk melakukan investigasi.

Dan, seperti kita tahu, hasil penyelidikan kemudian ternyata tak memuaskan.

Adegan penembakan, versi lukisan

Bagaimanapun seluruh komponen bangsa di dua propinsi itu ingin merdeka sebagai negara berdaulat. Jadi, waktu itu, sulit untuk membongkar tim eksekutor sampai ke akar-akarnya. Tidak mungkin otoritas di Bosnia-Herzegovina menyerahkan para pejuangnya sendiri.

Diam-diam pihak Austria-Hongaria juga melakukan penyelidikan dan hasilnya kelihatan sekali bahwa aksi hari Minggu itu tidak berdiri sendiri, ada peran Serbia di belakang semuanya.

Maka, setelah batas waktu satu bulan, 28 Juli 1914 secara resmi Austria-Hongaria menyatakan perang terhadap Serbia. Pasukan duo kerajaan ini lalu menggelontor masuk Bosnia-Heregovina dengan kemarahan yang menyala-nyala.

Ketegangan lalu merembet kemana-mana, merasuk ke negara-negara Eropa yang saat itu masih banyak yang berbentuk monarki.

Memang benar ada andil Serbia disana. Negara itu juga ingin merdeka dari Turki dan tidak mau berjuang sendirian, maka Bosnia-Herzegovina juga diseret-seret.

Rencana sudah dirancang dengan apik, hari itu Franz Ferdinand akan sulit lolos pulang ke ibukota dalam keadaan hidup. Juru tembak sudah disiapkan di setidaknya 10 titik yang terpencar. Semua pejuang pemberani. Granat gagal, muncul yang lainnya.

Setelah pengumuman perang, keadaan jadi mengkhawatirkan.

Mobil kerajaan yang dinaiki Franz Ferdinand dan istrinya kini tersimpan di muesum di Austria

Dukungan Jerman

Dan inilah trik cerdik Austria-Hongaria, sebelum menyatakan perang terhadap Serbia, diam-diam kerajaan itu telah meminta dukungan dan jaminan dari kaisar Jerman Wilhelm II. Ini langkah antisipasi. Bila raksasa Rusia dibawah Tsar Nikolas II  ternyata kemudian mendukung Serbia, Austria-Hongaria tak mau mati konyol sendirian, dijepit sana-sini. Ia butuh dukungan serius. Dan negara ini berharap sekali pada Jerman.

Tiga minggu berlalu Jerman tak juga memberi jawaban. Keadaan jadi mendebarkan, karena Austria-Hongaria dengan pongah sudah terlanjur mengeluarkan ultimatum ke Bosnia.

Dan tepat menjelang deadline, ancaman satu bulan, utusan Wilhelm datang dan ia menyatakan mendukung penuh pada langkah apa saja yang akan ditempuh Austria-Hongaria!

Wilhelm II dan Franz Ferdinand adalah sahabat akrab, ia syok berat ketika tahu nasib Franz dibantai begitu mengenaskan.

Lega mendapat dukungan, maka, pernyataan perang terhadap Serbia segera dibacakan dan pasukan segera bergerak.

Kaisar Jerman Wilhelm II.

Rusia dan Inggris masuk!

Benar saja, Serbia ternyata memperoleh dukungan dari Rusia. Maka, sesuai janji,  pasukan Jerman pun ikut siaga disamping tentara Austria-Hongaria.

Tak sampai disitu. Turki yang tahu bahwa wilayah Balkan ini ingin melepaskan diri, segera mengirim pasukan tambahan untuk membantu Jerman dan Austria-Hongaria.

Baca Juga  Madrid, Liverpool dan City Menang, PSG dan AC Milan Hanya Seri

Di lain pihak, raja Inggris, George V, yang masih sepupu dengan Tsar Rusia dengan serta merta membantu saudaranya.

Seketika itu di wilayah barat dengan berani Jerman menyerbu masuk wilayah Belgia, kerajaan kecil ini kontan menjerit dan segera teriak minta tolong pada Perancis. Maka Perancis dengan sigap segera membantu tetangga baiknya itu. Di sisi selatan Italia ikut solidaritas membantu Perancis. Seru.

Raja George V (kiri) dan sepupunya Tsar Nicholas II, bak pinang dibelah dua

Kapal diterpedo!

Amerika yang semula diam saja juga ikut terseret terjun dalam kancah peperangan.

Ini karena:

Pertama, kapal penumpang Inggris RMS. Lusitania yang mengangkut 1.962 warga sipil secara mendadak diterpedo kapal selam Jerman U-20, tanggal 7 Mei 1915 di lepas pantai Irlandia. 1.198 penumpang tewas, termasuk 128 orang warga Amerika.

Keruan saja negara itu meradang dan dengan serta merta mengirimkan ‘kontingen’ perangnya ke Eropa!

Perang besar segera merembet kemana-mana. Angka korbannya banyak sekali, 40 juta orang sipil dan militer tewas.

Kapal RMS. Lusitania meninggalkan New York menuju Liverpool, Inggris.

Adu kemajuan teknologi

Perang Dunia Pertama harus diakui sebagai masa ‘transisi’ teknologi menuju era perang modern. Dalam perang ini untuk pertama kali kita mengenal banyak senjata jenis baru, diantaranya:

  1. Senjata pemuntah api dari tabung bensin bertekanan yang digendong tentara.
Senjata pemuntah api

2. Pertama kali diperkenalkan helm logam untuk melindungi kepala prajurit.

3. Tank diperkenalkan. Inggris yang memulai, karena kotak dan kaku bentuknya, mirip tangki, ya akhirnya disebut tank!

Inggris punya: 2.636 buah tank, Perancis dengan 3.870 buah, Amerika: kurang dari 100. Lawannya, Jerman hanya punya 20! Pertama kali pesawat terbang digunakan untuk berperang.

Tank mulai diperkenalkan

4. Kapal Induk dibuat dan langsung masuk arena pertempuran.

5. Tragisnya, dalam perang ini juga diperkenalkan senjata kimia/ gas, sekaligus dibuat masker penangkalnya.

6. Anjing, sahabat baik manusia, juga dibawa masuk ke medan tempur untuk melacak ranjau.

7. Mesin X-ray dibuat, untuk membantu tenaga medis mendiagnosa luka para prajurit.

8. Bank Darah diperkenalkan. Kehadirannya banyak sekali menolong nyawa tentara luka.

9. Wanita mulai digerakkan untuk turun membantu. Bukan hanya sebagai tenaga medis, tapi benar-benar masuk medan laga.

10. Tidak hanya di darat, wanita juga dikerahkan dalam kapal perang.

11. Untuk pertama kalinya tes IQ dipakai Amerika saat seleksi penerimaan prajuritnya.

dan

12. Presiden Amerika ke-28  Woodrow Wilson berani menantang bahaya, naik kapal laut ke Eropa saat perjanjian damai ditandatangani di Paris di akhir perang tahun 1918. Itulah kali pertama presiden Amerika bertugas sampai jauh ke Eropa.

Pemakaian senjata kimia
pasukan wanita AD Inggris saat PD 1
Agatha Christie dalam seragam perawat

Laga Para pemberani

Dalam perang ini kita mengenal orang-orang pemberani, diantaranya:

Pengarang kisah detektif Agatha Christie bertugas tanpa kenal lelah, tanpa bayaran, sebagai perawat di medan perang di Perancis.

2. Hermann Goering adalah pilot AU Jerman termasuk penerbang Ace, 22 kali ia merontokkan pesawat lawan. ‘Rekornya’ dipegang Manfred von Richthofen, The Red Baron, dengan 80 kill

3. Letnan Johannes Erwin Eugen Rommel, kelak dikenal sebagai Erwin Rommel sang Rubah Gurun, pada tanggal 25-27 Oktober 1917, dengan hanya berkekuatan 150 orang bawahannya, mampu merebut 81 meriam artileri medan dan menawan 9.000 prajurit (150 diantaranya perwira) Italia.

Atas prestasi ini ia diganjar naik pangkat, jadi Kapten dan dianugerahi medali Pour Le Merite, penghargaan tertinggi militer atas keberanian dan kesuksesan di medan tempur melebihi tugas yang diembannya, yang biasanya diberikan pada perwira tinggi sekelas jendral, tapi kali ini diboyong oleh seorang letnan!

Pour Le Merite

Di sisi lain, nun jauh di sana, ada seorang prajurit Jerman bertubuh kecil, kurus dan terluka, yang digotong keluar dari medan perang. Pangkatnya hanya kopral, namanya Adolf Hitler. Kopral ini kelak akan membuat masalah baru di Eropa.

Keempat nama terakhir ini kisahnya akan berlanjut. Karena perang yang diawali dengan ditembaknya Franz Ferdinand akan berakhir dengan menyisakan kemarahan dan dendam pada Jerman. Negara itu merasa terhina.

Semua akan ditulis terpisah di masa mendatang.

Salam hormat,

Gunawan Wibisono.

Share :

Baca Juga

Historia

Operasi Daging Cincang: Hoax Tersukses Dalam PD2 (full)
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Resep Menuju Kehancuran

Historia

Kisah Adi Soetjipto dan Hanandjoedin Membawa Kabur Pesawat Pembom!
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Tergerus Proses Lobotomi

Historia

Clinton dan Kennedy

Historia

17 Desember 1903, Untuk Pertama Kali Manusia Bisa Terbang

Historia

TILL DEATH DO (NOT) PART US
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Metastase Budidaya KKN