Defacto, Semasa masih jaya, pelukis Hardi dikenal sebagai sosok yang berani. Sikapnya kritis, dan pandai bicara. Hardi bukan saja kritis terhadap kebudayaan, tetapi juga kritis terhadap masalah lingkungan dan sosial.
“Dalam forum diskusi, bila dia berbicara, akan membuat orang lain bergetar. Karena dia memang berani dan pandai berbicara,” papar Komite Seni Rupa Jakarta, Aidil Usman.
Aidil Usman menyampaikan pandangannya tentang almarhum Hardi, dalam Diskusi Kebudayaan dengan judul
“Hardi, Presiden Pelukis Penyampai Kebenaran”, yang berlangsung di Teater Kecil TIM, Rabu (3/1/2024) sore.
Diskusi yang dimoderatori oleh penyair Amien Kamil itu juga menampilkan tiga pembicara lain, yakni Novelis Fanny J. Poyk, Pengamat Senirupa Yusuf Susilo Hartono, dan Kurator Senirupa Bambang Asrini Widjarnako.
Menurut Aidil Usman, bagi seorang Hardi, melukis bukanlah melahirkan sebuah bentuk, tetapi harus memiliki dampak sosial. Hardi adalah type pelukis yang kritis terhadap ketidakadilan. Salah satu bentuk perlawanannya adalah ketika ia memakai pakaian jenderal dan menyebut dirinya sebagai Presiden tahun 2001. Karena itu ia kemudian ditangkap dan dipenjara. Hardi bisa bebas dari penjara setelah dibebaskan oleh Wapres Adam Malik.
“Kalau kita lihat hari ini, hampir tidak ada pelukis yang berani melawan seperti Hardi. Tetapi di hari tuanya pun Hardi hanya melukis tokoh. Konsistensinya ternyata gugur di tengah jalan,” papar Aidil.
Novelis Fanny J. Poyk melihat bahwa Hardi memang seorang seniman yang mendedikasikan hidupnya pada dunia seni. Di masa jayanya pun, di mana ia bisa menjual lukisan-lukisannya dengan harga mahal, kehidupan Hardi tetap sederhana.
Fanny mengenang masa kecilnya ketika tinggal di Bali bersama orangtuanya. Saat itu ayahnya, sastrawan Gerson Poyk, sering membawa para pelukis ke rumahnya, dan dia sering diajak para pelukis melalukan aktivitas bersama-sama di Pantai Sanur.
“Ketika itu Bu Kartika Affandi yang membelikan cat, dan para pelukis melukis beramai-ramai di Pantai Kuta,” kata Fanny.
Pelukis Hardi wafat Kamis, 28 Desember 2023 dalam usia 72 tahun. Pelukis beraliran ekspresionis itu terlahir dengan nama R. Soehardi dikenal sebagai pelukis dan penulis adalah jebolan ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) Yogyakarta dan AKSERA (Akademi Seni Rupa Surabaya) Surabaya serta salah satu tokoh GSRB (Gerakan Seni Rupa Baru) dalam sejarah perkembangan seni rupa di Indonesia. (hw)