DeFACTO.id – Usai sudah pameran lukisan yang bertajuk ‘’Datan Gingsir Sewu Warso’’ di Galeri Indigo Madiun. Pameran ini menampilkan karya 5 pelukis gaek Madiun . Diakhiri penyerahan piagam penghargaan lifetime achievement award.
Piagam itu diserahkan oleh Syska La Veggie direktur program Biennale Jatim 9 kepada kepada Suharwedi, Rulianto Warsito, Muhajir, Tri Moeljo dan Rudi Asmoro..
Selain iru mereka juga menerima dana masing-masing Rp 5 juta yang diserahkan oleh kurator program wilayah Madiun Dwi Kartika Rahayu.
“Dana ini akan digunakan untuk produksi buku biografi, film dokumenter perupa dan pameran tunggalnya, ‘’papar Kartika, pelukis dan kurator lulusan FSR ISI Yogyakarta ini.
Diawali dengan art performance oleh Jangkung Suprianto membuat suasana terkesan magis dengan gerak ritmis tarian kontemporer. Acara sempat molor satu jam karena terkendala persiapan sound system untuk simposium.
Para audiens yang hadir tidak hanya berasal dari Madiun saja. Pun juga dari berbagai daerah. Seperti Surabaya, Tulung Agung, Ponorogo, Magetan, Ngawi. Bahkan hadir dari Jakarta. Mereka yang hadir di sore hari tanggal 18 Desember 2021 tampak antusias dengan melihat-lihat karya para perupa gaek itu.
Suharwedi, salah satu penerima award datang menggunakan kemeja batik buatannya sendiri. “Saya sangat antusias, menggembirakan, gerakan generasi muda, yg kini telah lebih peduli pada perkembangan dan kebangkitan seni rupa,’’ katanya.
Menurut dia dari Jatim, oleh Jatim, untuk Indonesia, tidak perlu kurator luar Jatim. Anak muda sudah mencengangkan wawasannya. Telah mampu berolah seni, berapresiasi, menggali dan mampu berkata ini aku Jatim. ‘’Aku melihatnya puas, anak muda sudah peduli kesenirupaanya sendiri,” papar perupa ketua Hisma yang karya batik lukisnya telah di pamerkan di Kyoto, Jepang tahun 2018. Karyanya telah mendunia. Juga di koleksi oleh kolektor dari Australia.
Patung Banteng Ketaton
Sementara itu tampak anak-anak muda yang nota bene adalah seniman-seniman alumni dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya (Unesa) dan Yogyakarta (ISI Yogyakarta). Mereka memersiapkan simposium yang membahas tentang seluruh acara yang berhasil di eksekusi.
Simposium dipandu Syska La Veggi dengan pembicara Desy Rahma (perupa wanita asal Madiun) yang sedang berproses kesenian di Yogyakarta. Ia alumnus pasca sarjana pengkajian seni ISI Yogyakarta dan Sapta Rahita selaku dewan syuro kurator Biennale Jatim 9 wilayah Madiun, Magetan dan Ngawi.
Simposium di tengah ruang pamer galeri Indigo Art Space dihadiri hampir 50 audiens. Sapta menerangkan tentang kecederungan yang ia temukan di lapangan. “Program yang dilakukan di Madiun ada tiga, tentang pameran lukisan yang menyasar ke art therapi, konsep kegiatan dijalan pahlawan Madiun yang meretrospeksi sejarah senirupa Madiun ,’’ katanya
Dan kapsul waktu oleh Shalihah Ramadhanita yang mengungkap sisi menarik dari patung- patung bersejarah yang ada di Madiun. ‘’Seperti banteng ketaton di depan Stadion Wilis”, ungkap perupa muda jebolan Unesa dua tahun lalu.* Santoso