Di sudut Taman Ismail Marzuki, tepatnya di samping gedung Teater Kecil, ada sebuah kios buku-buku bekas milik seniman dan budayawan Jose Rizal Manua. Seperti diketahui, Jose Rizal selama ini dikenal sebagai seorang dramawan, penyair, dan belakangan menjadi aktor film. Dalam film “Onde Mande” yang dirilis tahun 2023 lalu, ia menjadi pemeran utama.
Kios buku Jose Rizal awalnya berada di pojokan Graha Bhakti Budaya, gedung bersejarah di TIM, tempat berbagai pementasan teater, pembacaan puisi dan pertunjukkan musik berlangsung. Jose mendapat tempat di situ dari Gubernur DKI Soejadi Sudirdja pada tahun 1988.
Tetapi sejak TIM direvitalisasi, gedung-gedung lama dihancurkan, lalu digantikan oleh bangunan-bangunan baru yang megah dan mewah, ia diberikan tempat di pojok kanan TIM, sebuah bangunan kecil yang mirip bedeng, untuk menempatkan buku-bukunya. Waktu itu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memberinya tempat. Sampai saat ini, setelah Anies Baswedan tidak menjadi gubernur lagi, kios bukunya yang terletak di bangunan darurat, masih ada.
“Memang pernah dijanjikan akan ditempatkan di Gedung Ali Sadikin, tapi sampai sekarang belum ada kelanjutannya,” kata Jose Rizal Manua, saat ditemui di kios buku bekasnya, Rabu (3/1/2024) sore.
Seperti umumnya barang-barang cetakan, di era digital ini penjualan bukunya juga menurun jauh sekali. Sehingga untuk merawat buku-bukunya, dia harus melakukan subsidi. Tetapi karena sejarah dan kecintaannya terhadap buku-buku miliknya, ia masih bertahan. Itu pun tidak ada yang tertarik untuk meneruskan usahanya.
“Kalau nanti tidak ada yang meneruskan, ya saya hibahkan aja buku-buku ini,” kata seniman kelahiran Padang, Sumatera Barat, 14 September 1954 ini.
Urang awak yang sehari-hari selalu mengenakan surjan dan blankon ini menuturkan, di masa lalu pelanggan kios bukunya tidak hanya datang dari kalangan masyarakat biasa, tetapi juga banyak pejabat yang menjadi pelanggannya.
“Pak Salim Said ketika menyelesaikan pendidikannya, banyak membeli buku di sini. Mensesneg di masa Pak Harto, Moerdiono, Pak Prabowo Subianto, Moeldoko, Andi Malarangeng, Fahri Hamzah dan banyak pejabat lain, juga suka mencari buku di sini,” tutur Jose Rizal.
Menurut Jose Rizal, ada kebiasaan unik Pak Moerdiono (alm.) setiap ingin membeli buku. Dia baru datang pada pukul 01.00 dinihari, setelah suasana sudah sepi. Kini era menyenangkan itu sudah berlalu, karena orang sudah bisa mendapatkan bahan bacaan dari internet.
Sejarah lahirnya kios buku
Kios buku bekas milik Jose Rizal Manua berawal dari pembelian buku-buku bekas yang dilakukannya saat ia diajak mengikuti The First New York Festival, festival teater di New York, Amerika Serikat, pada tahun 1988. Karena banyaknya penjual buku bekas di Amerika, dia membeli banyak buku, yang jumlahnya sampai 3 koper.
“Waktu itu Mas Willy (Rendra) sampai marah, kenapa saya membeli buku banyak sekali. Akhirnya separuh saya jual sama dia. Ternyata dia sudah beli sampai lima koper. Rupanya dia marah karena tidak bisa nitip ke saya,” kata Jose Rizal sambil tertawa.
Untuk melengkapi barang dagangannya, Jose Rizal juga banyak berburu buku-buku bekas di berbagai tempat. Antara lain di bursa buku bekas di Palasari Bandung, atau Yogyakarta. Kini buku-buku itu hanya diam membisu di raknya. Jarang sekali datang pembeli. Tetapi Jose Rizal punya banyak kegiatan lain sebagai seniman. Selain membaca puisi, main teater dan melatih anak-anak main teater, ia juga mulai sibuk bermain film. Dari kegiatan di luar itulah, ia bisa memberi subsidi untuk perawatan buku-bukunya. (herman wijaya)