Meski pun Pemilihan Presiden (PIlpres) baru akan berlangsung lebih dari 2 tahun lagi, keinginan untuk mengisi jabatan presiden yang akan ditinggalkan oleh Presiden Joko Widodo sudah mulai ramai. Banyak tokoh yang tidak malu-malu lagi menyatakan keinginan untuk mencalonkan diri, maupun partai politik yang siap-siap mengusung kader atau mendukung tokoh tertentu.
Yang menarik adalah pernyataan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai eksklusif ini menyatakan membuka membuka peluang untuk mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Hal itu disampaikan PKS setelah PDIP yang mempersilakan Ganjar bergabung dengan partai lain jika ingin nyapres di 2024.
“PKS tetap membuka kemungkinan calon dari eksternal. Beberapa nama figur eksternal memang muncul. Selain Anies Baswedan, juga Ganjar dan AHY,” kata Nabil dalam keterangan tertulis, Senin (14/6/2021).
Pernyataan resmi PKS kali ini berbeda dengan sikap sebelumnya yang ingin mengusung kadernya sendiri sebagai calon presiden dan calon wakil presiden di Pemilu 2024.
“Jadi pertama sebagaimana amanah dari munas kita akan pegang bahwa target (Pileg 2024) 15 persen. Dan kedua yaitu mencalonkan dan mengusung kader sebagai calon presiden dan calon wakil presiden,” kata Ahmad Syaikhu dalam chanel youtube PKS, Minggu (27/12/2020).
Keinginan PKS untuk mendukung Ganjar merupakan sebuah kejutan yang perlu dicermati. Baik oleh PDIP maupun oleh Ganjar Pranowo sendiri. Bagi PDIP harus dikaji betul sampai sejauh mana dampaknya, mengingat Ganjar adalah kader PDIP yang memiliki elektabilitas kuat.
Charta Politika menempatkan nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berada pada pilihan teratas elektabilitas calon presiden atau Capres 2024.
Ganjar berada di urutan teratas tingkat elektabilitas sebesar 16,2 persen. Kemudian diikuti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 14,8 persen, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 14,6 persen.
Jika PDIP tetap arogan, merasa kuat sebagai partai pemenang Pemilu 2019, lalu mencampakan Ganjar Pranowo, dampaknya akan sangat merugikan bila Ganjar diusung partai lain. Mayoritas pemilih PDIP tentu akan mengalihkan suaranya ke partai pendukung Ganjar, dengan meninggalkan PDIP. Itu kalau pengusungnya bukan PKS. Ingat pemilih partai di Indonesia lebih melihat figur, bukan kinerja partai.
Ganjar Pranowo juga harus mencermati betul pernyataan dukungan PKS. Apakah dukungan itu benar-benar tulus atau justru bertujuan untuk menghancurkan Ganjar. Rasanya tidak mungkin PKS akan mengusung kader partai lain yang ideologinya berbeda dengan visi dan missi partai islam tersebut.
Kalau Ganjar terpincut, ambisinya untuk maju dalam Pilpres 2024 tak bisa dikendalikan, lalu larut ke dalam permainan PKS, katakanlah Ganjar kemudian memutuskan meninggalkan PDIP dan masuk PKS, maka Ganjar juga akan hancur.
Dalam dunia pemancing bayaran di kolam ikan, seseorang pemancing akan memberikan umpan bercampur balsam kepada “lawannya”, yang membuat ikan tak mau memakan umpan tersebut. Bisa jadi PKS sedang memainkan strategi itu.
Bila Ganjar menerima dukungan PKS, apalagi larut dalam permainan PKS, dipastikan masyarakat yang sudah kadung jatuh cinta kepadanya ramai-ramai akan meninggalkannya! Ingat, masyarakat tertarik dengan Ganjar Pranowo karena dia terkesan nasionalis, menghormati pluralisme. Sikap yang bertolak belakang dengan platform politik PKS!
Oleh: Herman Wijaya