deFACTO – Potensi pariwisata di Kepulauan Riau sangat besar. Salah satunya adalah Masjid Raya Sultan Riau Penyengat dibangun oleh Sultan Mahmud pada 1803.

Oleh karena itu, promosi perlu digalakkan, Agar wisatawan dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia semakin banyak berdatangan.
Masjid Raya Sultan Riau Penyengat dibangun oleh Sultan Mahmud pada 1803. Awalnya hanya terbuat dari kayu. Kemudian pada 1832 masjid dipugar oleh Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman.
Raja Abdurrahman lalu mengajak masyarakat bergotong-royong memperbaiki masjid.
“Masyarakat berbondong-bondong untuk ikut membangun masjid. Bahkan kaum perempuan ikut juga. Tapi mereka bekerja pada malam hari, siang harinya kaum lelaki,” ujar Raja Ali Hafiz, Ketua Masjid Sultan Penyengat, Riau.
Raja Abdurahman mendatangkan berbagai bahan dan kebutuhan untuk pembangunan masjid dari masyarakat dan wilayah-wilayah jajahan. Disitulah menurut Raja Ali Hafiz, banyak yang memberikan sumbangan bahan makanan, salah satunya telur.
“Saking banyaknya telur ini, kemudian kuning telurnya dimasak, putih telurnya dijadikan perekat. Makanya orang Singapura mengenal masjid ini dengan sebutan Masjid Telor,” katanya.
Raja Ali Hafiz menegaskan jika fakta itu bukan bualan. Sebab, ada ahli bangunan purbakala dari Jerman yang sudah pernah meneliti bangunan masjid dan menemukan adanya kandungan putih telur dalam bangunannya.
Masjid ini memiliki empat menara dan 13 kubah, sepuluh kubah berbentuk bulat dan tiga berbentuk persegi panjang. Hal itu menunjukkan angka 17 sesuai jumlah rakaat salat wajib lima waktu.
Sementara itu Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, mengatakan akan terus mengembangkan Pulau Penyengat sebagai objek vital budaya di Kepri. man