Home / Wisata & Budaya

Sabtu, 31 Agustus 2024 - 11:20 WIB

Upacara Cioko (Ullambana) Ritual  Mengantar Arwah Leluhur Masyarakat Keturunan Tionghoa

Tangerang, Defacto – Masyarakat Tionghoa percaya, bahwa alam ini dipenuhi oleh roh. Baik roh anggota keluarga sendiri,  maupun roh-roh yang bergentayangan karena tidak diurus oleh keluarganya.

Agar roh-roh itu tenang, dan mendapatkan tempat istirahat yang baik, setiap tahun masyarakat Tionghoa mengadakan upacara Cioko atau Ulambana, atau sembahyang arwah bagi arwah para leluhur, maupun arwah-arwah bentayangan tidak diurus. Ritual ini diadakan pada bukan ketujuh menurut kalender Tiongkok.

Wihara Boen San Bio yang terletak di Jalan Pasar Lama Tangerang, Kamis malam 29 Agustus 2024 menggelar ritual Cioko yang cukup besar. Ritual ini diadakan bersama-sama dengan wihara lain yang ada di Jakarta dan Tangerang, karena biayanya yang sangat besar.

Upacara dipimpin oleh tiga orang biksu dan beberapa biksu yang didatangkan khusus dari Tiongkok, dibantu oleh beberapa biksu lainnya. Mereka melafalkan doa-doa dan membacakan kitab suci agama Budha beraksara Tiongkok.

Baca Juga  Indonesian Fashion Week 2022 Akan Kembali Digelar Secara Offline

Sementara itu alunan musik suona,  sejenis terompet dalam musik tradisional Tiongkok, dan alat musik petik berdawai dua, hampir sepanjang upacara dimainkan. Empat orang biksu pembantu,  selain membacakan kitab suci,  juga memegang alat musik yang memberi aksen bunyi-bunyian pada musik tradisional Tiongkok.

Upacara dilanjutkan dengan menggelar kain putih panjang yang disambung dari meja di depan para biksu memimpin doa,  hingga ke patung setan baik berwarna hitam dengan mata menyala. Di bawahnya dipasang lilin yang terus menyala.

Di atas kain putih itu, para keluarga membawa kertas-kertas nama keluarga mereka yang telah meninggal dunia,  dalam aksara Tiongkok. Bentangan kain putih merupakan simbol Jembatan,  yang akan membawa arwah keluarga ke dalam perahu.

Miniatur perahu berbentuk naga dan bangunan rumah di tengahnya,  merupakan tempat arwah dan para keluarga menaruh perbekalan untuk para arwah, dalam perjalanannya menuju keabadian.

Baca Juga  Komodo Travel Mart Kembali Digelar Juni 2024 Setelah Lima Tahun Absen

Di akhir acara, perahu dan patung setan baik yang memegang senjata tongkat trisula itu dibakar. Petanda para arwah sudah dikawal oleh setan baik itu melakukan perjalan menuju alam keabadian. Selama api membakar perahu dan patung setan baik, dua liong yang dimainkan oleh sejumlah pemuda dimainkan sambil mengelingi kobaran api. Masyarakat keturunan Tionghoa yang datang dari Tangerang, Jakarta maupun Bogor,  menyaksikan acara itu hingga api padam.

Menurut Yan Suharlim, atau biasa dipanggil Koh Bebeng, Pembina Yayasan Wihara Nimmala, ritual Cioko di Boen San Bio sudah diadakan sejak ratusan tahun lalu.  Kelenteng Boen San Bio yang di sebelahnya terdapat Wihara Budha Nimalla,  telah berdiri sejak tahun 1689. Kegiatan ini sempat dilarang di masa Orde Baru, dan baru diadakan lagi di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Baca Juga  Kebijakan Bebas Karantina dan Visa on Arrival Diharapkan Dongkrak Kunjungan Wisman ke Indonesia

“Acara ini namanya Cioko atau Cau Hu. Dalam bahasa Sangsekertanya Ullambana. Acara itu merupakan pelimpahan jasa terhadap arwah-arwah yang terlantar maupun arwah leluhur kita. Jadi kita bisa melimpahkan jasa kita, perbuatan baik kita, kepada arwah leluhur yang telah meninggal. Supaya mereka di sana tidak ada beban. Dan kita dalam agama Budha percaya adanya reinkarnasi. Jadi supaya mereka lahir kembali sebagai manusia,” tutur Koh Bebeng.

Selain upacara Cioko atau Ullambana, Vinara Nimmala dan Klenteng Boen San Bio juga membagikan sembako untuk masyarakat sekitar yang membutuhkan. “Kita jemaat di wihara ini masing-masing memberikan sumbangan sukarela. Sumbangan itu kita salurkan bagi masyarakat sekitar wihara yang membutuhkan,” kata Thio Cay Hwat, Ketua Umum Yayasan Nimmala. (hw)

Share :

Baca Juga

Pagaralam

Berita

Bersaing dalam Kreasi, Pariwisata Pagaralam Naik Daun

Wisata & Budaya

Lewat Festival Gemarikan, Menparekraf Sandiaga Uno Berharap Gizi Masyarakat Membaik
Lima Perupa

Berita

Pameran Lukisan Datan Gingsir Sewu Warsa di Madiun Berakhir

Berita

Menparekraf Tawarkan Investasi Pariwisata ke Pengusaha Properti Dubai

Wisata & Budaya

Selain F1 Boat Race, Sandiaga Uno Juga Gagas Tour de Danau Toba

Wisata & Budaya

Tutup Rakornas XVI KMHDI, Wamenpar Berpesan Perkuat Kolaborasi Kembangkan Pariwisata

Wisata & Budaya

Menparekraf Buka “Festival Gunung Slamet 2024” di Purbalingga Jateng

Wisata & Budaya

Danau Toba Memikat Hati Pariwisata Lewat Event Grand W20 Summit 2022