DeFACTO.id – Hari ini, Minggu, 21 November 2021, Butet Kartaredjasa berulang tahun yang ke 60. Aktor monolog, dramawan, aktor film, perupa keramik, jurnalis dan keterlibatannya yang intens dalam seni budaya membuatnya dikenal sebagai budayawan.
Selain itu, Butet juga termasik seniman yang paham bisnis. Menurut Ong Hari Wahyu, salah satu sahabatnya keberkeseian, Butet terbilang salah satu dari sedikit seniman yang mampu menangkap peluang gangdo alias bisnis. Tak heran jika Warung Bu Ageng yang dikelola Mbak Rully, istri Butet, bisa berkembang pesat dan menjadi tujuan penikmat kuliner yang singgah di Yogyakarta. Tak terbilang pejabat, artis ternama, dan tokoh terkemuka yang secara khusus berkunjung di Warung Bu Ageng,
Andy Eswe, aktor pantomim, yang sejak Butet menggulati seni keramik menjulukinya Pak Kreweng, menyebut penggemar sate kambing dan tongseng itu selalu mendorong dan membantu temannya sesama seniman untuk mandiri secara ekonomi. Maka Butet, antara lain, menggagas dan mengelola pertanian Singkong Gembong dan ternak lele. Itu pula yang mebuat di rumah Butet kini tersimpan ratusan lukisan karya perupa yang dulu belum terkenal.
Butet melakukan semuanya itu dengan rileks. Berkesenian, bertani singkong, beternak lele, gangdo maupun mengajak sejumlah sahabatnya nyate kambing, bagi Butet adalah kegembiraan hidup. Sesuai dengan falsafah hidupnya bahwa Urip Mung Mampir Ngguyu.
Oleh karena itu Agus Noor, sahabat Butet, menandai ulang tahun ke 60 tahun sebagai peristiwa kesenian. Agus Noor alias Pangeran Kunang-Kunang adalah sastrawan, penyair, sutradara, pemgarang, penulis drama dan naskah monolog yang selalu dimainkan Butet, pukul 15.00 WIB hari ini menggelar acara peluncuran buku Urip Mung Mampir Ngguyu: 60 Tahun Butet Kartaredjasa.
Berikut ini tulisan Agus Noor tentang acara tersebut, yang diunggah di instagramnya.
“Reposted from @bukumojok
Sejak usia yang masih sangat dini, seniman teater Butet Kartaredjasa telah masuk ke dunia kesenian. Terlahir dari keluarga pencinta dan sekaligus pelaku seni, khususnya tari, membuat seni seperti telah menjadi napas hidupnya.
Tapi ia tidak terkurung dalam cangkang kesenian yang dikembangkan tradisi keluarganya. Ia berkenalan dengan banyak pelaku seni, ia menonton banyak pertunjukan, dan belajar hampir segala bentuk ekspresi seni. Ia berguru pada beberapa maestro seni, tapi pada saat yang sama, ia juga belajar seni secara akademis. Kita lalu mengenalnya sebagai salah satu seniman teater penting tanah air, walau karyanya juga berserak di segala lini kesenian.
September lalu, Agus Noor (@agusnoor_), Hairus Salim (@hairus9), dan Puthut EA (@puthutea) menggagas penerbitan buku Urip Mung Mampir Ngguyu: 60 Tahun Butet Kartaredjasa untuk merekam seluruh jejak karyanya hingga usia kepala enam ini. Di dalamnya terhimpun tulisan dan foto dari para sahabat, rekan kerja, keluarga, dan beberapa orang yang menjadikannya guru dan inspirasi.
Penerbitan buku ini dikerjakan oleh tim Buku Mojok dalam waktu cukup singkat: dua bulan saja. Sembari mengerjakan tanggung jawab harian, kami tetap berusaha menjaga kondisi diri tetap stabil agar bisa menyelesaikan buku ini tepat waktu. Buku yang tidak saja diniatkan untuk merekam jejak Butet, tapi juga sebagai kado ulang tahunnya. Semoga menjadi kado yang membahagiakan.
Buku ini sekaligus juga sebagai ungkapan doa dan harapan agar Pak Butet terus sehat. Menikmati usia panjang dengan baik, tenang dan tentram hatinya. Penggarapan buku ini memang sama sekali tidak kami bagikan di medsos agar ada unsur kejutan bagi teman-teman semua dan tentu saja menjadi salah satu pengalaman yang berkesan untuk segenap tim Buku Mojok yang terlibat dalam pengerjaannya.#BukuMojok #60TahunButetKartaredjasa”
Di acara itu juga akan ditayangkan video ucapan selamat dari Presiden Jokowi. Selamat ulang tahun, Butet Kartaredjasa. Selalu sehat, semangat, panjang umur dan terus berkarya.* hartjah