Home / Berita

Kamis, 15 Mei 2025 - 12:48 WIB

Kementerian Perhubungan Apresiasi Peluncuran Transjabodetabek Rute Vida Bekasi–Cawang

Jakarta, Defacto – Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda (DJITM) mengapresiasi pihak-pihak terkait atas diluncurkannnya layanan Transjabodetabek rute Vida Bekasi–Cawang pada hari ini di Marketing Gallery Vida Bekasi (15/5).

Direktur Jenderal ITM Risal Wasal menyampaikan Kementerian Perhubungan berterima kasih kepada pemerintah daerah yang konsisten melanjutkan program-program Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) yang kini telah bertransformasi menjadi DJITM berkaitan dengan penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan.

“Rute ini merupakan rute kedua yang beroperasi dan diuji coba dari tujuh rute yang kami setujui izin layanannya,” ungkap Risal.

Baca Juga  Jakarta Harus Tentukan New Positioning Jika Ibukota Pindah

Ia menambahkan hal tersebut sesuai surat dari DJITM kepada Direktur Utama Transportasi Jakarta Nomor AJ.206/1/3DJITM/2025 tanggal 21 April 2025 perihal Persetujuan Pelaksanaan Uji Coba Trayek Angkutan Orang Dalam Trayek Pelayanan Angkutan Perkotaan Transjabodetabek Reguler.

“Ada tujuh rute potensial yang cakupannya melayani wilayah di Bodebek yaitu Alam Sutera-Blok M yang telah diluncurkan pada 24 April lalu, Vida Bekasi-Cawang pada hari ini, Karawaci-Grogol, Terminal Depok-Terminal Kampung Rambutan, Sawangan-Lebak Bulus, Grand Wisata-Cawang, Bojonggede–Kampung Rambutan,” jelas Risal.

Ia juga berharap ketujuh rute dimaksud diharapkan dapat membuka layanan transportasi di wilayah Bodetabek sehingga memudahkan masyarakat bermobilisasi dari dan ke Jakarta.

Baca Juga  Kunjungan Wisman Periode Januari - Mei 2024 Naik 23,78 Persen

“Sebelum meluncurkan rute ini, tentunya kami melihat kondisi di lapangan, tidak semua rute yang diajukan kami setujui, seperti contohnya Terminal Jatijajar-Kampung Rambutan karena memang sudah ada operator angkutan eksisting yang melayani,” ujar Risal.

Ia menjelaskan Transjabodetabek reguler yang diberikan izinnya harus memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum dalam Trayek.

“Kami memastikan izinnya harus memenuhi aspek standar layanan dimaksud,” tambah Risal.

Ia juga memastikan, dalam setiap pembahasan bersama dengan PT. Transjakarta, DJITM senantiasa menekankan untuk melibatkan peran operator lokal untuk bersama-sama melayani cakupan Transjabodetabek Reguler.

Baca Juga  JAM-Pidum - LPSK Bahas Peningkatan Koordinasi Kelembagaan

“Kami berharap dengan hadirnya layanan Transjabodetabek Reguler ini dapat berkolaborasi dengan operator di setiap wilayah, sehingga tidak meninggalkan sumber daya eksisting”, tutup Risal.

Hadir dalam peresmian tersebut, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Wali Kota Bekasi, Direktur Sistem dan Layanan Integrasi Transportasi Antarmoda, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Kapolres Metropolitan Bekasi Kota, akademisi, pengamat transportasi, PT. Transportasi Jakarta, dan PT. BNR Property Management/Vida. (*/HT)


Share :

Baca Juga

Berita

DPD RI Punya Legitimasi Kuat untuk Ajukan Capres

Berita

Nano Riantiarno, Tokoh yang Menghidupkan Dunia Teater Indonesia Itu Telah Pergi

Berita

Pencarian Korban Kebakaran Glodok Plaza Masih Berlanjut, 14 Orang Hilang

Berita

IPW Minta Presiden Tegur Kapolri

Berita

Polda Metro Jaya Panggil Empat Pengurus PWI Pusat Terkait Cashback Dana Hibah BUMN
deFACTO.id -- dalam rentang waktu lima tahun belakangan ini Kota Pagaralam mulai dikenal dunia sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik. Padahal, kopi - atau kawe - masyarakat setempat menyebutnya - sudah ditanam sekurangnya sejak tahun 1918. Hal itu dimungkinkan karena terbukanya arus informasi berbasis IT serta mulai tergeraknya hati generasi muda petani kopi Pagaralam untuk memproses dan membranding hasil kopi mereka - dari sebelumnya yang hanya menjual mentahan. Berpuluh-puluh tahun lamanya kopi robusta dari Pagaralam dijual mentahan, diangkut dengan truk, dijual ke luar - dan dikapalkan pelalui pelabuhan Panjang (Lampung). Itulah barangkali sebabnya mengapa kopi Pagaralam (plus Lahat, Empatlawang dan sekitar gugusan Bukit Barisan) selama ini dikenal dengan julukan Kopi Lampung. Tak puas dengan stigma ini, anak-anak muda Pagaralam tergerak melakukan banyak terobosan, mulai dari memperbaiki sistem penanaman, panen, pascapanen, hingga branding. Tak puas dengan itu, mereka pun melengkapi "perjuangan" mereka dengan membuka kedai-kedai kopi, dilengkapi dengan peralatan semicanggih, - meski secara ekonomis usaha mereka belum menguntungkan. Di antara para "pejuang kopi" Itu bisa disebut misalnya Miladi Susanto (brand Kawah Dempo), Frans Wicaksono (Absolut Coffee), Sasi Radial (Jagad Besemah), Azhari (Sipahitlidah Coffee), Dian Ardiansyah (DNA Coffee), Wenny Bastian (Putra Abadi), Efriansyah (Rempasai Coffee), Dendy Dendek (Kopi Baghi), Hamsyah Tsakti (Kopi Kuali), Iwan Riduan (Waroeng Peko) dan banyak lagi. Dalam banyak lomba dan festival, lingkup nasional maupun internasional, kopi Pagaralam banyak dipuji dan diunggulkan - baik secara kualitas maupun orang-orang (petani & barista) yang ada di belakangnya* HSZ

Berita

Pagaralam Punya Kopi, Lampung Punya Nama

Berita

Kemenhub Periksa Ratusan Bus Jelang Libur Sekolah

Berita

Polri Rekrut 265 Anggota Latar Belakang Santri pada 2021-2024