Bisa meraih prestasi di kompetisi internasional merupakan impian insan sepakbola, bahkan masyarakat Indonesia sejak lama.

Namun jangankan tingkat dunia, di antara negara-negara Asia Tenggara saja prestasi Timnas Indonesia kedodoran.
Bermacam-macam analisa dibeberkan terkait kemandekan prestasi sepakbola Indonesia. Selain lemahnya pembinaan dan kompetisi yang tidak berjalan dengan baik, aspek fisik, mental, hingga budaya orang Indonesia pun dianalisa oleh para pakar yang punya kelebihan ngomong daripada kemampuan otak.
Soal fisik jelas, mayoritas tubuh orang Indonesia kecil-kecil. Begitu tubuhnya tinggi besar, gerakannya lambat. Apalagi kalau besarnya karena obesitas.
Dari faktor mental disimpulkan, rata-rata pemain Indonesia mudah menyerah, tidak disiplin, malas, emosional dan gampang jumawa alias gede kepala.
Bagaimana dengan faktor budaya? Ya sami mawon, ikut memperlemah kualitas pesepakbola kita. Dari kebiasaan makan saja, sudah tidak bisa mendukung prestasi sepakbola kita. Makan sembarangan yang tidak memenuhi kebutuhan gizi pemain sepakbola profesional masih sulit dihilangkan. Apalagi kalau terlahir dari keluarga tidak mampu. Makin repot lagi.
Setelah melihat kelemahan-kelemahan itu, lalu disimpulkan sepakbola gak bakalan bisa maju, apalagi sampai ke pentas dunia, maka pengurus sepakbola nasional pun melakukan jalan pintas: naturalisasi.
Naturalisasi adalah menjadikan pemain sepakbola berkebangsaan asing menjadi warganegara Indonesia. Syukur-syukur memiliki darah Indonesia.
Sejak kebijaksanaan naturalisasi dilakukan, maka terdapatlah beberapa pemain naturalisasi dalam squad Timnas Indonesia.
Pemain-pemain itu sebelumnya bermain di liga-liga Eropa atau Amerika Latin, tetapi dalam kasta kedua atau ketiga. Namun begitu, kualitasnya tetap lebih baik dibandingkan pemain pribumi asli, yang lahir dan besar di Indonesia. Pemain Indonesia, sekelas pemain timnas pun passing saja masih sering salah.
Sampai saat ini sudah belasan nama pemain naturalisasi yang telah membelas Timnas Indonesia. Antara lain Christian Gonzales, Greg Nkolo, Irfan Bachdim, Beto Goncalves, Stefano Lilipaly, hingga sekarang ada Ezra Wailan dan Elkan Baggot.
Setelah banyak pemain naturalisasi memghias squad Indonesia, prestasi Timnas juga tidak bisa beranjak jauh. Nah ini yang bikin Pelatih Kepala Timnas Indonesia saat ini Shin Tae Yong yang diberi target tinggi, sakit kepala. Oleh sebab itu dia ingin agar quota pemain naturalisasi ditambah.
Tetapi siapa yang mau direkrut lagi? Apa.mau menelusuri pemain berdarah Indonesia yang main di kasta bawah Eropa? Jangan-jangan hasilnya sama saja.
Setelah kekeran tim pencari pemain naturalisasi terus bergerak, ditemukanlah di Italia pemain berdarah Indonesia yang main di Seri A. Namanya Emil Audero Mulyadi, kiper klub Sampdoria.
Emil Audero Mulyadi memiliki darah Indonesia. Kelahiran Lombok, NTB, 8 merupakan Jebolan akademi Juventus. Ayahnya, Edy Mulyadi berasal dari Mataram, Nusa Tenggara Barat. Sementara ibunya adalah Antonella Audero yang lahir di Cumiana, Italia.
Saat ini, Emil Audero Mulyadi menjalani musim keduanya di klub Sampdoria. Dia selalu menjadi pilihan utama pelatih Claudio Ranieri.
PSSI ngebet banget ingin membawa Emil ke Timnas Indonesia. Siapa tahu jika Emil bergabung, prestasi Timnas Indonesia akan meningkat, dan nama pengurus PSSI terangkat, dalam waktu singkat. Maklum nungguin pemain pribumi berprestasi lama banget. Dari sakit gigi sembuh sampai kambuh lagi, begitu aja prestasinya.
Ternyata enggak gampang merayu Emil datang ke Indonesia. Rasa rendang sebagai makanan terenak di dunia serta matahari yang terus nongol hampir sepanjang tahun, tak membuat Emil tergiur.
Mimpi kali yee — menirukan judul reality show di televisi — kalau Emil mau main di Indonesia. Emil maunya tampil di Piala Dunia bersama Timnas Indonesia.
Begitu kira-kira kata ayah Emil, Edi Mulyadi seperti yang ada di video Tik Tok.
Kalau pun PSSI ngotot ingin membawa Emil ke Indonesia sebagai pemain sepakbola, wani piro?
Tampil di Piala Dunia merupakan impian tertinggi pemain sepakbola profesional. Sementara kapan Timnas Indonesia bisa masuk ke Piala Dunia, Jayabaya saja tidak bisa meramalkan.
Oh ya di Italia juga ada Radja Nainggolan, pemain berdarah Indonesia. Dari dulu belum pernah kedengaran tuh namanya dikait-kaitkan dengan Timnas Indonesia?
Jadi kepada pengurus PSSI, daripada dikatain “Mimpi Kali Yee” oleh para orangtua pemain sepakbola profesional berdarah Indonesia di Eropa, lebih baik melakukan pembinaan pemain usia muda dengan benar, selenggarakan kompetisi dengan baik, berangus mafia sepakbola — apalagi jika ada di tubuh PSSI sendiri.
Oleh : Matt Bento