Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati baru saja dipercaya menjabat Co-Chair the Coalition of Finance Ministers for Climate Action periode 2021-2023. Jabatan bergengsi ini diperolehnya dalam pemungutan suara dengan jumlah anggota 52 negara anggota.

“Indonesia dipercaya global untuk mengarahkan dan menangani masalah perubahan iklim. Hal ini tentunya tidak lepas dari berbagai aksi nyata mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia selama ini,” kata Sri Mulyani dalam keterangan resminya.
Sejumlah penghargaan internasional lainnya dianugerahkan pada dirinya. Tapi, nama Sri Mulyani entah kenapa tidak tecantum dalam hasil survey Capres 2024. Lembaga survey rupanya tidak berminat menempatkan dirinya di antara Capres 2024. Sri Mulyani sendiri sepertinya juga tidak memunculkan diri di panggung kompetisi menjadi calon presiden. Maklum, Sri Mulyani bukan kader partai.

Benarkah Sri Mulyani tidak tergiur maju Capres 2024?
“Dalam politik, jika Anda ingin sesuatu dikatakan, tanyakan pada seorang laki-laki. Jika Anda ingin sesuatu dilakukan, mintalah pada seorang perempuan,” kata Margaret Thatcher.
Mantan Perdana Menteri Inggris itu benar adanya. Jika menyimak instagramnya, Sri Mulyani memang terkesan fokus pada pekerjaannya sebagai Menteri Keuangan. Sejumlah besar penghargaan internasional bertumpu pada profesinya.

Sri Mulyani pernah menduduki posisi Direktur Pelaksana sekaligus Chief Operating Officer di Bank Dunia, 2010-2016. Dia diminta Presiden Joko Widodo menjabat sebagai Menteri Keuangan. Pada 2020 lalu Sri Mulyani mendapatkan pengakuan internasional sebagai Finance Minister of the Year for East Asia Pacific oleh Majalah Global Markets.
Ini merupakan penghargaan kedua yang diterima oleh Sri Mulyani, setelah pada 2018 juga memperoleh penghargaan serupa.
Tahun lalu Sri Mulyani juga masuk dalam jajaran The World’s 100 Most Powerful Women 2020 versi Forbes. Dalam daftar ini, dia menduduki posisi ke-78. Dia juga berada di daftar yang sama untuk tahun sebelumnya, 2019, dan duduk di posisi ke-76.

Pada 2018, Sri Mulyani mendapatkan Penghargaan Menteri Terbaik di Dunia (Best Minister in the World Award) di World Government Summit yang diselenggarakan di Dubai, Uni Arab Emirates. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh pemimpin Dubai, Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktoum.
Sri Mulyani juga mendapat penghargaan sebagai Finance Minister of The Year 2008 for Asia. Bahkan, wanita kelahiran Bandar Lampung itu dinobatkan sebagai salah satu pemimpin yang berpengaruh dalam perkembangan Asia atau Leader in Rising Asian.

“Seorang politikus itu seperti air raksa. Jika Anda mencoba untuk menyentuh dia, Anda tidak akan menemukan apa pun di baliknya,” Austin O’Malley, (1858 – 1932) seorang dokter mata dan profesor sastra Inggris di Universitas Notre Dame. Ia dikenal sebagai penulis kata-kata mutiara.
Air raksa atau bukan, faktanya belakangan ini Sri Mulyani menampakkan diri sebagai sosok yang merakyat. Foto-foto instangramnya cukup menjelaskan. Ia tidak hanya tampil sebagai seorang istri, nenek, Menteri Keuangan, namun juga sebagai sosok yang menggulati komunitas anak muda dan rakyat kebanyakan.
“Dalam politik, tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Jika itu terjadi, Anda bisa bertaruh itu direncanakan seperti itu,” kata Franklin D. Roosevelt.
Kalimat mantan Presiden Amerika Serikat itu bisa jadi ada benarnya. Sri Mulyani barangkali sedang merencanakan maju dalam Pilpres 2024. Menjadi presiden tentu lebih banyak yang bisa dikerjakan daripada menteri.

Sebab, “Ada tiga kelas manusia: pecinta kebijaksanaan, pecinta kehormatan, dan pecinta materi,” kata Plato,filsuf yang mengaku murid Socrates.
Sri Mulyani sendiri dalam instagramnya menulis,”Untuk saya, definisi keberhasilan dan kemenangan ada 3, yakni: Selama saya berpegang pada kejujuran dan tidak mengkhianati kebenaran. Selama saya tidak melakukan pengingkaran terhadap hati nurani saya. Selama saya bisa menjaga martabat serta harga diri saya dengan baik.”
Pernyataan sederhana. Tapi, Sri Mulyani bukan kader partai. Ia berpolitik tapi bukan politikus yang menjadi anggota partai politik.
Tapi, “Politik adalah masalah yang terlalu serius untuk diserahkan hanya kepada para politisi,” kata Charles de Gaulle, mantan Presiden Perancis.*Ron Randualas