Home / Sastra

Rabu, 30 Oktober 2024 - 10:25 WIB

HADIAH CINTA Cinta Sempurna

14. CINTA SEMPURNA
ANGIN semilir dari tikungan jalan, membawa kesejukan dari keteduhan pohon sawo kecik Manila. Bau tanah dan daunan yang baru disiram tukang kebun mengingatkan saya pada masa kecil. Halaman lebar Rumah Lansia itu seolah-olah mengembalikan masa yang sudah menjauh pergi.

“Saya pernah berselingkuh, dan baru menyadari setelah 21 tahun perkawinan saya dengan Yun. Setelah itu, selama 29 tahun berikutnya, saya selalu setia pada Yun sampai dia meninggal dunia. Terus terang, saya sangat menghargai sikapmu yang tetap setia pada Dien sampai saat ini. Bagi saya, kamu suami yang luar biasa,” kata Mas Tom perlahan.

Mas Ar tersenyum, “Saya mencintai Dien, Tom…, saya tidak mungkin mengkhianati cinta saya pada Dien, dan begitu sebaliknya. Tapi, sebenarnya saya menjalani pernikahan begitu saja. Pernikahan saya seperti perjalanan panjang yang lurus dan hampir tanpa halangan kecuali pertengkaran kecil, friksi-friksi yang biasa terjadi jika dua orang yang sama selalu berada di rumah yang sama. Sebenarnya saya juga pernah ingin seperti kamu dan teman yang lain, sesekali pergi ke suatu tempat dan melakukan suatu hal, misalnya berselingkuh. Tapi, saya tidak punya nyali untuk melakukannya. Saya bukan suami luar biasa, Tom. Saya hanya suami yang memilih setia pada satu istri. Apa luar biasanya?”

Baca Juga  Setiap Kali Bicara, Hardi Membuat Orang Gemetar

“Itulah luar biasanya! Saya merasakannya pada sisa 29 tahun pernikahan saya dengan Yun. Saya menyesal karena sebelumnya pernah selingkuh, mengikuti rayunan sensasi sesaat. Padahal, saya dapat menciptakan sensasi dengan Yun. Saya bersyukur 29 tahun dari 50 tahun perkawinan saya dengan Yun berjalan sebagaimana mestinya pernikahan. Saya benar-benar mencintai Yun dan sangat kehilangan ketika Yun meninggal,” kata Mas Tom.

Baca Juga  Artis Cilik asal Malaysia Al Mishary Gandeng Khairat KDI

Saya menyulut rokok, diikuti Mas Ar yang saya nyalakan rokoknya.

“Ya…, saya juga sangat kehilangan Dien. Saya merasa Dien telah dirampas demensia yang memaksa saya untuk terus menyaksikan ketiadaannya. Mungkin ini cara untuk menyempurnakan cinta saya pada Dien,” kata Mas Ar, mengulum asap rokok seperti sedang mengisap cerutu.

“Cinta kamu dan Dien sudah sempurna, Ar…,” sahut Mas Tom pelan.

Saya menikmati asap rokok dengan mengisapnya dalam-dalam. Agak ganjil juga mendengar dua laki-laki tua, 80 tahun plus, bercakap-cakap soal cinta. Apa perlunya? Saya tidak dapat menemukan jawabannya.

Baca Juga  Jurnalisme Marketing dan Kartu Pos Wini

“Mungkin kareha kamu pernah selingkuh maka bicara begitu. Bu Susan juga pernah bicara begitu. Bu Susan pernah dikhianati empat suami, yang kemudian bercerai. Bu Susan bahkan mengatakan mustahil mendapatkan suami seperti saya. Itu kan karena Bu Susan pernah dikhianati empat suami, dan belum tentu juga seratus persen kesalahannya terletak pada suami. Saya pikir….”

“Sebaiknya kamu menjauhi Bu Susan, Ar…,” kata Mas Tom menukas cepat.

Mas Ar memandang tajam Mas Tom. Saya menyaksikan bola mata Mas Ar tampak berkilat seperti tersinggung. ***

Share :

Baca Juga

Karikatur

Esai

Engkau Pasti Tahu Aku Tak Punya Uang
Payudara

Sastra

PAYUDARA DEWI

Sastra

HADIAH CINTA Kaus Kaki
Cerita Pendek

Sastra

CINTA, PERKAWINAN dan TOLSTOY

Sastra

HADIAH CINTA Status Derita
Tengkorak Kambing

Sastra

LOGIKA POLITISI

Sastra

HADIAH CINTA Ulang Tahun

Berita

HADIAH CINTA Politik Seks