Home / Sastra

Selasa, 16 November 2021 - 18:10 WIB

LOGIKA POLITISI

Logika Politisi

Logika Politisi

Harry Tjahjono

Seorang wakil ketua rakyat dengan elok menjelaskan kepada wartawan: “Surat yang saya tanda tangan itu hanya meneruskan surat aspirasi rakyat kepada KPK. Itu biasa saja. Seperti halnya puluhan surat aspirasi rakyat yang pernah saya teruskan kepada instansi lain. Jadi saya hanya meneruskan aspirasi rakyat karena wakil rakyat itu berkewajiban melaksanakan tugas agar rakyat mendapatkan haknya.”

“Aspirasi rakyat itu isinya apa?” tanya wartawan.

“Isinya ya ada di dalam surat aspirasi yang saya teruskan ke KPK itu,” jawab politisi dengan eloknya.

Baca Juga  Wani Piro Ingin Membawa Emil Mulyadi ke Indonesia?

Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebuah amplop dan berkata: “Saya rakyat. Saya ingin surat aspirasi saya ini juga diteruskan ke KPK. Asal tahu saja, isi surat aspirasi ini adalah meminta agar KPK memenjarakan semua koruptor dengan hukuman seberat-beratnya.”

Dengan lincah dan elok politisi itu menjawab: “Begini. Koruptor juga rakyat. Tugas dan kewajiban wakil rakyat itu adalah menyejahterakan rakyat, membahagiakan rakyat. Bukan memenjarakan rakyat.”

Paham?

Jakarta.ht.19/9/2017

JALAN KEBAIKAN ITU SEMPIT

Tapi jalan itu ada

Saya pernah baca cerita ini: Suatu malam seorang Walikota membawa pulang berkas pekerjaannya untuk diselesaikan di rumah. Ketika sedang menyimak berkas, pintu kamar mendadak diketuk anaknya. Sontak ia membuka pintu dan berteriak jengkel, “Mau apa kau?!”

Baca Juga  Legenda Urban Kolongwewe Bakal Ramaikan Genre Horor di Bioskop

“Aku tidak mau apa-apa, Papa. Aku hanya ingin bersamamu,” jawab anaknya pelan.

Sang ayah terdiam dan menyadari, betapa  ia telah lama mengabaikan anaknya.

Saya juga ingat kisah ini: Syahdan selama perang saudara, Presiden Lincoln telah menandatangani ratusan surat pengampunan pada prajurit desersi yang permohonannya dilampiri rekomendasi dari beberapa sahabatnya. Suatu hari seorang prajurit mengetuk pintu ruang kerjanyq dan menyodorkan surat permohonan ampun yang tidak disertai satupun rekomendasi sahabatnya. Lincoln bertanya heran, “Apakah kamu tidak punya sahabat seorangpun?”

Baca Juga  "Martabak Politik dan Intelektual Politik"

“Tidak, Pak. Tak seorangpun,” jawab prajurit itu.

“Kalau begitu biarlah saya jadi sahabatmu,” kata Lincoln sambil membubuhkan tanda tangannya.

Jalan kebaikan itu sempit. Tapi jalan itu ada. Mungkin di balik semua pintu. Maka bukakanlah pintumu. Ketuklah pintu yang paling menyeramkan sekalipun. Yakinlah kebaikan itu ada di balik pintu.

Madiun.ht.5/2/2018

Share :

Baca Juga

Sastra

Menengok Kios Buku Bekas Milik Seniman Jose Rizal Manua di TIM
TEATER KOMA

Berita

Empat Sutradara Wanita Teater Koma Pentas di Sanggar

Sastra

HADIAH CINTA Suami Setia

Sastra

HADIAH CINTA Remeh Temeh

Sastra

HADIAH CINTA Jalan Hidup
Cerita Pendek

Sastra

CINTA, PERKAWINAN dan TOLSTOY

Sastra

HADIAH CINTA: Selingkuh

Berita

Rendra