Defacto – Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Selasa (11/4/2023) siang tadi keluar dari Lapas Sukamiskin Bandung.
Kebebasan Anas disambut oleh rekan-rekannya dari kalangan politik dan aktivis, serta ratusan mahasiswa anggota HMI Cabang Bandung dan kelompok aktivis Cipayung, maupun simpatisan Anas yang datang dari berbagai kota, terutama dari Jakarta.
Para penjemput sudah menunggu di halaman Lapas Sukamiskin sejak pukul 10.00 WIB, sedangkan Anas baru keluar dari Pintu Lapas sekitar puku 14.00.
Setelah menerima ucapan selamat dari keluarga dan rekan-rekannya, Anas menyampaikan pernyataan yang cukup panjang di depan puluhan wartawan yang menunggu, didampingi oleh Kalapas Sukamiskin Kunrat Kasmiri, politisi Partai Nasdem Saan Mustofa, I Gede Pasek Suardika dan rekan-rekan maupun kerabatnya
Para politisi yang hadir kebanyakan teman-teman Anas Urbaningrum di Partai Demokrat yang kini membentuk Partai Kebangkitan Nusantar, seperti I Gede Pasek Suardika (Ketum PKN) Sri Mulyono (Sekjen PKN) Laksamana Sukardi (Ketua Dewan Pembina PKN), dan lain-lain.
Berikut petikan pernyataan Anas Urbaningrum:
Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Kalapas dan jajaran, yang kedua terima kasih kepada teman-teman yang hadir. saya harus menyebut beberapa di antaranya, sahabat lama saya Saan Mustopha, tambah glowing hari ini, ada adik-adik dari HMI, adik-adik dari Cipayung, dan tentu saja di belakang saya, wajahnya sudah sangat dikenal, I Gede Pasek Suardika, dan banyak yang lain.
Saya harusmenyampaikan kehadiran saudara-saudara di halaman Lapas Sukamiskin ini, bukan berada di halaman hati saya. Tapi semuanya yang hadir di sini maupun yang tidak hadir dengan mengirimkan doa, mengirimkan permohonan kepada Tuhan, semuanya ada di dalam relung hati saya yang paling dalam. Karena di relung hati yang paling dalam itulah kita memiliki ikatan hati, ikatan batin dan ikatan rasa, ikatan komitmen, bahwa kita ini bukan individu-,individu yang bisa bergerak sendiri-sendiri, tetapi sebagai sebuah jalinan komunitas perjuangan.
Yang kedua, saya ingin menyampaikan permohonan maaf. Pertama mohon maaf kalau ada yang berpikir di tempat ini mati membusuk, kalau ada yang berpikir di tempat ini saya jadi bangkai fisik dan bangkai sosial. Minta maaf, alhamdulillah, itu tidak terjadi.
Alhamdulillah dengan dukungan keluarga, dukungan teman-teman, saya hadir di sini dengan sadar, dengan sehat dan waras.
Saya juga mohon maaf kalau ada yang berpikir di sini saya agak lama, terhitung hari ini saya 9 tahun 3 bulan, dengan waktu yang lama itu bisa memisahkan saya dengan sahabat-sahabat perjuangan.
Mohon maaf bila dalam waktu yang lama itu bisa memisahkan saya dengan gerak hidup dan denyut nadi Indonesia yang kita cintai. Karena ikatan batin ikatan rasa ikatan nilai, ikatan spirit, semangat, ikatan komitmen, ikatan keberanian untuk terus melangkah maju. Kalau yang berpikir seperti itu, mohon maaf, tidur di siang bolong.
Saya juga mohon maaf, kalau ada yang menyusun skenario besar dalam waktu yang lama di tempat ini, menganggap bahwa Anas udah selesai.
Skenario boleh besar, boleh kuat, boleh hebat, tapi sehebat apapun, sebesar apapun, serinci apapun, skenario manusia tidak akan mengalahkan skenario Tuhan.
Saya ingin berpikir ke depan, juga sekaligus dengan permohonan maaf. Mohon maaf kalau ada yang berpikir saya keluar bebas, merdeka ini akan melahirkan permusuhan pertentangan, saya katakan tidak!
Saya tidak ada kamus pertentangan, permusuhan. Tetapi kamus saya adalah perjuangan keadilan. Andai dalam perjuangan keadilan itu ada yang merasa termusuhi, mohon maaf bukan karena saya hobi permusuhan, tetapi itu adalah konsekwensi perjuangan keadilan.
Dari hati saya, dari diri saya adalag sikap persahabatan. Itu ingin saya garis bawahi.
Dalam tradisi para aktivis, pertandingan, kompetisi itu hal yang nyata. Kami para aktivis sudah diajarkan itu sejak bayi. Sebagai bayi aktivis. Tetapi bagi saya sebagai aktivis pertandingan itu adalah yang jujur, fair, terbuka dan obyektif. Pertandingan yang jujur, terbuka dan obyektif tidak boleh menggunakan pihak lain. Tidak boleh pertandingan memakai teknik lama namun memilih tangan. Itu pertandingan jujur. Kalau tidak ada pertandingan jujur sesungguhnya buat para aktivis tidak tertarik untuk ikut bertanding.
Kepada Defacto Laksamana Sukardi mengatakan, kebebasan Anas Urbaningrumg merupakan monentum yang menarik dalam dunia politik di Indonesia, karena Mas Anas ini merupakan korban dari kriminalisasi dan politisasi hukum.
Yang dialami Anas, menurut Laksamana, terjadi di banyak negara, terutama di negara-negara yang pemimpinnya bersifat fasis dan otoriter, ditaktor, yang biasa memenjarakan lawan-lawan politiknya. Contohnya seperti dalam kasus Nelson Mandela di Afrika Selatan; Anwar Ibrahim di Malaysia.
“Pada saat di penjara, yang memiliki kebenaran hukum itu kan penguasa. Ketika jaman berubah, kebenaran itu juga berubah seratus delapan puluh derajat,” papar Laksamana.
“Mas Anas itu,” tambahnya, “Adalah seorang Ketua Umum Partai yang diinginkan oleh orang lain, tapi tidak bisa digusur karena dia menang di kongres. Hanya satu cara ya dipenjarakan. Jadi seperti halnya dengan Bung Karno. Keduanya berasal dari Blitar, dua-duanya dipenjarakan karena politik. Bung Karno berbeda politik dengan pemerintah kolonial, Mas Anas berbeda politik dengan bangsanya sendiri.”
Laksamana menegaskan, teman-teman Anas Urbaningrum sudah menyiapkan kendaraan politik untuk Anas di Partai Kebangkitan Nusantara.
Meskipun putusan pengadilan mencabut hak politik Anas dalam lima tahun ke depan, menurut Laksamana tidak akan menghalangi kiprah Anas di politik.
“Kita tidak memiliki birahi kekuasaan. Saya bersama Mas Anas mungkin akan memperjuangkan perubahan, terutama di DPR RI,” kata Laks.
Ketua Umum PKN Gede Pasek mengatakan, dia bersama rekan-rekannya di PKN menyambut sukacita kebebasan Anas Urbanibgrun.
“PKN memang kami siapkan untuk beliau agar beliau bangkit lagi. Dan beliau bisa berinteraksi bagus dengan teman-teman partai lainnya,” kata Gede Pasek.
Sekjen PKN Sri Mulyono menjekaskan, semua orang sudah tahu bahwa Anas adalah pakar politik, baik secara teori maupun secara praktek. Dalam politik, diakui Anas adalah guru, sahabat dan mitra.
“Lengkaplah kalau politik. Kita harus berguru dengan beliau,” katanya.
Sri Mulyono juga yakin bahwa Anas memang korban kriminalisasi. “Dari 300 saksi lebih, yang mengatakan Mas Anas korupsi hanya tiga orang: Nazaruddin, isteri Nazaruddin, dan sopir Nazaruddin,” katanya. (hw)