Home / Wisata & Budaya

Jumat, 17 November 2023 - 14:11 WIB

Tren Wisata Nostalgic Gateways,  Destinasi Wisata Seru untuk Nostalgia

Defacto – Ketidakpastian selama pandemi COVID-19 mengubah tren perjalanan wisatawan. Dibandingkan mencari penginapan terbaik untuk staycation, saat ini wisatawan cenderung mencari kegiatan liburan yang lebih sederhana, tapi tetap berkesan. Hal inilah yang akhirnya menumbuhkan kembali tren nostalgic gateways di sektor pariwisata.

Munculnya tren nostalgic gateways sebenarnya diawali dengan keinginan wisatawan untuk kembali ke masa-masa yang lebih sederhana. Dengan kata lain, wisatawan ingin kegiatan berlibur terasa lebih seru dan intim, layaknya pada masa pra-digital.

Dibandingkan melakukan aktivitas relaksasi yang tenang dan menenangkan seperti staycation, tren pariwisata nostalgic gateways fokus mengajak wisatawan mengenang kembali kesenangan masa lalu atau masa kecil. Jadi, kegiatan liburan bisa sekaligus menjadi momen nostalgia yang manis.

Lantas, di mana saja lokasi yang cocok untuk ber-nostalgic gateways? Berikut beberapa pilihannya:

*Pulau Kelor, Kepulauan Seribu*
Film Petualangan Sherina 2 (2023) seakan menjadi wadah nostalgia generasi milenial atau generasi 90an. Mengingat, film ini menjadi momen dipertemukannya Sherina dan Sadam (Derby Romero) setelah 23 tahun. Bernostalgia dengan Sherina dan Sadam tidak hanya dengan menonton filmnya. Sobat Parekraf juga bisa mengunjungi langsung salah satu lokasi syuting film yang berada di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Baca Juga  Siswi Disabilitas Sekolah Polwan Bergelar Sarjana Psikologi IPK Cumlaude

Salah satu pulau kecil yang terletak di gugusan Kepulauan Seribu ini tidak hanya identik dengan pasir putih dan air laut yang jernih. Tapi, juga terkenal dengan benteng batu bata berwarna merah yang dinamakan Benteng Martello. Konon, benteng yang dibangun pada 1850 tersebut menjadi benteng pertahanan Belanda.

*Pantai Tanjung Tinggi, Bangka Belitung*
Selanjutnya Pantai Tanjung Tinggi, destinasi wisata di Bangka Belitung yang menjadi tempat syuting film Laskar Pelangi (2008). Pantai berpasir putih lembut, dan memiliki air laut berwarna hijau jernih. Untuk bernostalgia, kita bisa duduk santai di batu granit raksasa yang ikonik.

Baca Juga  Hajatan Grammy Awards ke-64 Tahun ini Terpaksa Ditunda. Ada Apa?

Selain jalan-jalan di Tanjung Tinggi, Sobat Parekraf juga bisa bernostalgia di sekitar pantai. Seperti Pantai Laskar Pelangi, Pantai Mabai, Pantai Paonggarona, atau coba melakukan island hopping ke Pulau Kepayang. Jika ingin nostalgia film Laskar Pelangi, Sobat Parekraf bisa menunjungi beberapa lokasi syuting di Bangka Belitung, seperti replika SD Muhammadiyah atau ke Museum Kata Andrea Hirata.

*Tempat makan tematik*
Nostalgic gateways tidak harus mengunjungi tempat wisata yang menjadi lokasi syuting film semasa kecil saja. Tapi, kita juga bisa mengunjungi tempat makan tematik yang mengusung konsep “rumah nenek”. Salah satu yang cukup terkenal adalah tempat makan tematik, Kopi Klotok, Yogyakarta. Identik dengan bangunan rumah tradisional yang dikelilingi suasana pedesaan, Kopi Klotok menghadirkan suasana layaknya di rumah nenek yang hangat dan asri.

Selain Kopi Klotok, Sobat Parekraf juga bisa mampir ke Mangut Lele Mbah Marto yang terletak di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Saat tiba, Sobat Parekraf langsung diarahkan ke pawon (dapur), dan mengambil makanan sesuai keinginan layaknya mengambil makan di rumah sendiri. Setelah itu, kita bisa langsung menyantap hidangan mangut lele dengan cita rasa yang autentik, dengan suasana pedesaan yang syahdu.

Baca Juga  Kemenparekraf Pastikan Industri Parekraf Siap Hadapi Libur Lebaran 2024

*Taman Bermain*
Meski sudah memasuki usia dewasa, tidak ada salahnya Sobat Parekraf mengunjungi theme park atau taman bermain untuk bernostalgia. Tak sekadar seru, ternyata liburan ke taman bermain bisa menjadi momen nostalgic gateways mengenang masa-masa pertama kali diajak ke taman bermain oleh orang tua.

Di taman bermain, Sobat Parekraf bisa menjajal permainan yang paling berkesan. Misal dengan naik roller coaster yang pertama kali dinaiki bersama dengan keluarga, mengenang masa-masa indah sambil naik komidi putar, atau sekadar membeli permen kapas dan makanan manis lainnya sebagai obat rindu masa kecil.

Share :

Baca Juga

Wisata & Budaya

Yanni Krishnayanni Kibarkan Bendera PWI di Puncak Rinjani

Wisata & Budaya

Menparekraf: Apresiasi Pemasaran Pariwisata Indonesia 2024 Perkuat Promosi Parekraf Daerah

Wisata & Budaya

Orang Utan di Bukit Lawang Langkat Sumut

Wisata & Budaya

Rano Karno Menentang Revitalisasi TIM
Tangga 2001

Berita

Tangga 2001 Pagaralam yang Baru Bertangga 201 Wajib Disempurnakan

Wisata & Budaya

Sejuta Pesona Surga Destinasi Wisata di IKN Kota Dunia untuk Semua
Jalak Lawu

Esai

Jalak Lawu, Tutup Gebyar Literasi 2022 Magetan

Berita

Perputaran Ekonomi Sektor Parekraf Selama Lebaran Capai Rp369,8 Triliun