Defacto – Orang sukses bukanlah orang yang tidak pernah gagal dalam perjalanan hidupnya. Seseorang kadang harus mengalami kepahitan, bahkan jatuh terpuruk. Baru kemudian bangkit dan meraih sukses.
Perjalanan hidup yang turun naik bagaikan roller coaster itu dialami oleh Budi Susilo, seorang pengusaha muda yang sukses. Di usianya yang relatih muda, kelahiran Jakarta, 28 Mei 1984 ini berhasil mengelola bisnis kayu manis dan penjualan solar dengan volume yang cukup besar. Di bidang kayu manis saja ada sekitar 4000 tenaga kerja yang menggangtungkan hidup di perusahaannya.
Sukses yang diraih tidak datang begitu saja. Ia melakukannya mulai dari bawah. Kecerdasan dan darah bisnis yang diwariskan dari orangtuanya, membuat Budi berhasil menangani bisnis meskipun usianya relatif muda.
Budi memang lahir dari keluarga berada. Ayahnya, Dasi Suprayitno pada tahun 80-an dikenal sebagai pemilik perusahaan rekaman DS Record. Di samping itu, karena kedekatannya dengan pengusaha Probosutedjo, Dasi mendapat konsesi pengelolaan lahan untuk perkebunan di kawawan Kaliurang, Yogyakarta. Probosutedjo adalah adik dari penguasa Orde Baru, Soeharto.
Namun reformasi yang terjadi pada tahun 1998 membalik segalanya. Oleh penguasa yang baru, usaha perkebunan orangtuanya dibekukan, seluruh asetnya disita.
“Waktu itu keluarga kami benar-benar terpuruk. Bahkan untuk makan saja boleh dibilang sulit. Kami jatuh miskin,” tutur Budi ketika ditemui di sebuah tempat di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Dalam keadaan susah, Budi tetap melanjutkan kuliahnya. Jika sebelumnya ia naik mobil ke kampus, kemudian hanya bisa nebeng tumpangan dengan temannya atau naik kendaraan umum.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Tarumanagara Jakarta, ia mendapatkan beasiswa untuk mengambil S2 di London School of Economics, London, Inggris. Setelah selesai ia ditawarkan bekerja di Pertamina. Tetapi ia hanya menjalankan wajib kerjanya saja selama 6 bulan, lalu memilih untuk berbisnis.
“Waktu itu UMR masih dua juta, saya ditawari kerja di Pertamina dengan gaji empatbelas juta. Tapi saya menolak, saya bertekad untuk berbisnis dengan Pertamina. Akhirnya saya bisa menjadi penyalur solar dari Pertamina,” papar Budi.
Sambil terus mengembangkan usahanya, Budi juga bekerja di JP Morgan and Chase, sebagai partner untuk regional Asia Tenggara.
Walaupun disibukan dengan urusan bisnisnya, semangat belajarnya masih tinggi. Kini ia tengah mengambil Program Doktoral di George Washington University, Washington. USA, dan sudah memasuki tahap akhir. Diperkirakan bulann April 2023 ini ia akan mengikuti sidang di kampusnya, di Amerika.
“Mohon doa nya ya, semoga saya lulus,” kata pengusah muda rendah hati, yang juga akan meniti karier politiknya bersama PDIP. (hw)