DeFacto.id – Menanggapi keluhan masyarakat banyaknya jalan rusak dan bergelombang karena dibuat sumur resapan oleh Pemrov DKI Jakarta, Ketua DPRD DKI mencuit dalam akun twitternya:
“Siang tadi saat melintasi Kawasan Aditiawarman, saya melihat langsung pengerjaan sumur resapan yang dinilai efektif oleh Pemprov
@DKIJakarta, sebagai salah satu upaya penanggulangan banjir di ibukota yang merusak, mengambil sebagian ruang badan pada jalan dan menghambat pengguna lalu lintas”
Lalu disusul:
“Menurut saya sumur resapan yang didisain untuk memasukkan hujan ke dalam tanah, mempercepat surutnya genangan saat hujan besar dan sebagai upaya cadangan air tanah tetap terjaga saat musim kemarau ini tidak efektif sama sekali diterapkan di ibu kota dan jelas sangat merugikan”
“banyak pengguna jalan karena jalanan menjadi bergelombang, berbeda tinggi, bahkan beberapa waktu lalu kita semua mendengar kalau ada sumur resapan yang baru dibangun tapi langsung jebol”
“Maka dari itu pada saat Rapat Banggar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta 2022 minggu lalu juga saya menekankan kembali efektivitas terhadap sumur resapan tersebut dan berakhir dengan pengurangan dari semula Rp322 miliar berkurang menjadi Rp120 miliar.”
“Pesan saya sering-seringlah turun ke lapangan untuk melihat langsung tingkat efektivitas pengendalian banjir di ibu kota. Ingat permasalahan banyak bukan di atas meja, tapi dilapangan”.
Warganet riuh menanggapi. Ada yang mengkritisi soal para pekerja yang menggali sumur yang tidak memakai baju pengaman ‘safety first, “bagaimana kalau terjadi kecelakaan? Kok seperti borongan rumahan aja tukang gali nya atau pemasangan sumurnya?” tulis aku Sobat Mido.
“ngerusak tata ruang kota secara kompleks dan membuat masalah baru di segala aspek, selain itu penghamburan biaya karena merusak fondasi jalan” cuitCitytown.
Permasalah yang dihadapi ibukota memang sangat banyak, apalagi menghadapi musim hujan. Banjir bisa datang kapan saja. Pemimpin mesti sering turun ke lapangan, untuk melihat lebih dekat permasalahan yang terjadi.
Untuk itu Edy Pras, demikian ia biasa dipanggil, menyentil “Ingat permasalahan banyak bukan di atas meja, tapi dilapangan” *Gun