Oleh LIEK SOEWONDO
Mulutmu harimaumu. Istilah itu sering dilontarkan Ruhut Sitompul, politisi yang sering mengingatkan tentang bahaya melontarkan twit atau komentar negatif pada orang lain. Merdeka! Begitu selalu Ruhut mengakhiri nasihatnya.
Tapi, sebagai anggota DPR RI, Fadli Zon punya kekebalan atas hak berbicara. Kekebalan yang seringkali menjadi kebebalan lantaran twit dan komentarnya di medsos melampaui batas kepatutan. Utamanya karena ia tak putus mengolah peristiwa, judul berita atau kebijakan Presiden Joko Widodo menjadi kritik pedas tanpa juntrungan.
Tengok saja Twitter dan akun medsos Fadli Zon. Entah sudah puluhan, mungkin ratusan, kicauan asal kritik petinggi Partai Gerindra ini terhadap Presiden Jokowi. Menjadi aneh lantaran Partai Gerindra merupakan salah satu partai koalisi pemerintah yang notabene mendukung Jokowi. Bahkan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, menjadi Menteri Pertahanan di kabinet Jokowi.
Tak heran jika muncul pertanyaan, kenapa partainya membiarkan kebebalan Fadli Zon? Apakah Fadli Zon diberi tugas dan peran oleh partai untuk merawat dukungan konstituen yang di masa Pilpres 2019? Yang pasti, tidak satupun komentar positif pada Jokowi. Jika ada komentar positif, itu hanya untuk dirinya sendiri, atau sesekali merespon baik kinerja Menhan Prabowo. Hanya ada satu komentar yang tidak negatif maupun positif. Yakni ketika jari Fadli Zon menge-like situs pornografi.
Tapi, kekebalan dan kebebalan hak bicara Fadli Zon toh ada limitnya. Belakangan, ramai diberitakan Fadli Zon ditegur lisan oleh Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Itu terjadi ketika ia mencuit kritik sarkastik kepada Jokowi, mengaitkan peresmian Sirkuit Mandalika dengan banjir di Sintang, Kalimantan.
Syahdan seusai meresmikan Sirkuit Mandalika, Jokowi menulis twit, “Sirkuit Mandalika semat diguyur hujan hari ini, saya tetap turun dengan menjajalnyadengan motor saya. Rupanya begini yang disebut sirkuit balapan itu. Tikungan-tikungannya tajam sekali. Ada 17 tikungan. Kalau untuk pembalap mungkin tidak ada masalah. Tapi saya?”
Twit Jokowi yang humble itu dengan tangkas disambar Fadli Zon dengan twit, “Luar biasa Pak. Selamat peresmian Sirkuit Mandalika. Tinggal kapan ke Sintang, sudah 3minggu banjir belum surut.”
Sebetulnya twit Fadli Zon itu lebih faktual dibanding dengan stigma Presiden Plonga Plongo yang pernah dilontarkannya. Tapi, entah kenapa Menhan Prabowo merasa gusar dan menegur Fadli Zon.
Habiburokhman, Juru Bicara Partai Gerindra, entah kenapa juga merasa perlu menyatakan bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bukan memarahi Fadli Zon.
“Bukan memarahi, ya. Saya diberikan tugas untuk menyampaikan kepada jurnalis bahwa terkait twit Pak Fadli Zon mengenai Sintang, Pak Prabowo memberikan teguran secara lisan melalui Sekjen Gerindra Ahmad Muzani,” kata Habiburokhman kepada wartawan, Senin, 15/11/2021.
Habiburokhman juga bilang,” “Kami luruskan bahwa twit tentang Sintang tersebut tidak mewakili partai atau fraksi. Kami meminta maaf apabila terjadi kegaduhan dan ketidaknyamanan. Terhadap Pak Fadli sudah disampaikan teguran secara lisan,” ujarnya.
Demi meluruskan, kegaduhan, ketidaknyamanan atau untuk tujuan apapun, teguran lisan Prabowo terbukti telah membuat Fadli Zon langsung kicep. Sungguh wikwikwow! Setelah ditegur lisan Prabowo, Fadli Zon tidak muncul di Twitter maupun Instagram. Jika teguran lisan Prabowo itu disandingkan dengan foto Jokowi memberi jempol pada Menhan-nya, kesannya semakin tambah wikwikwow.*