“Pak Herman agamanya apa?”
“Kristen.”
“Tahu mukjizat pertama yang dibuat Yesus?”
“Ya. Merubah air jadi anggur ketika ada pesta perkawinan di Kana!”
“Betul. Kalau sekarang Yesus melakukan hal serupa, apakah masih bermanfaat?”

Itulah dialog saya dengan Pak Harjanto Halim, pengusaha dari Semarang yang banyak menyampaikan pernyataan-pernyataan kontemplatif tentang agama, sosial, dan kehidupan pada umumnya.
Saya bersama rekan Dimas Supriyanto diajak oleh aktivis Gusdurian, Lilek Sugianto Lie bertemu dengan sang pengusaha di sebuah Hotel di kawasan Jakarta Barat, Selasa (21/1/2025) sore.
“Kita ketemu di Stasiun Duri,” kata Liliek. Dia tahu, walau pun kami sama-sama tinggal di Depok, sangat sulit untuk menyatukan waktu bertemu. Kami bukan seperti pasukan khusus di film-film, yang menyamakan waktu di jam tangan, sebelum mengambil tindakan.
Kami bertemu di Stasiun Duri, naik commuterline tujuan Tangerang, lalu turun di Stasiun Rawabuaya. Dari sana menggunakan taksi online, yang harus diulangi berkali-kali pemesanannya karena dibatalkan, oleh kami sendiri atau si pengemudinya, karena situasi jalan yang tidak kondusif. Macet.
Kembali ke pertanyaan Pak HH. Ini sulit untuk dijawab. Dilematis. Pasti dia punya jawaban kunci yang saya tidak tahu. Akhirnya saya jawab, “Tidak berguna!”.
Buat apa Yesus mengubah air menjadi anggur saat ini, walau pun kalau dibuat banyak, bisa dijual. Itu bisa meningkatkan ekonomi orang miskin, bila diberikan secara gratis, dengan syarat bukan untuk diminum sendiri. Harganya bisa jutaan per botol, untuk kualitas istimewa. Di Kana, Yesus membuat anggur terbaik. Itu diakui oleh semua undangan.
Tapi kan di sini, sekarang anggur termasuk khamar. Minuman haram, karena mengandung alkohol. Kalau pun itu diberikan kepada orang-orang tak mampu, lalu mereka menjualnya, pasti tidak mudah. Bagaimana kalau digrebek ormas keagamaan? Bukan hanya anggurnya yang disita, bisa-bisa barang lain juga dihancurkan.
Jawaban “Tak berguna” yang saya sampaikan, lalu dicounter oleh Pak HH. “Sebetulnya bukan soal minuman itu yang ingin ditunjukkan Yesus. Dia ingin memperlihatkan, bahwa semua orang mempunyai hak yang sama. Tidak ada diskriminasi. Jaman itu cuma tamu terhormat yang minum anggur, sedangkan tamu biasa, hanya diberi air putih,” paparnya.
Itu memang jawaban yang tidak pernah saya duga. Tetapi itulah Pak HH. Dia selalu melihat persoalan dari sisi yang berbeda. Substansi yang penting, bukan seremoni atau basa-basi. Pernyataan-pernyataannya yang out of the box selalu disampaikan melalui tik tok, instagram atau facebooknya, @harjantohalim.
“Tiap pagi saya bangun pukul empat pagi, bikin konten, mengedit dan mengupload sendiri,” kata Direktur Utama PT. Marimas ini.
Pernyataan-pernyataannya, kadang terkesan nyeleneh, dan melanggar garis merah. Tapi saya suka, dan mulai mengikutinya. (hw)