Bugis Street, Defacto – Di depan Masjid Sultan, Kampung Gelam, Bugis Street, Singapura, ada sebuah kedai teh tarik yang sangat laris. Pengunjung harus antri untuk membeli teh tarik di kedai tersebut. Di depan kedai tersebut ada sebuah gerobak dan pembuat teh tarik yang memperlihatkan kelamahiramnya membuat teh tarik, sehingga menjadi tontonan oleh wisatawan yang membeli teh tarik darinya.


Cara membuat minuman seperti itu bukan sesuatu yang aneh, terutama di kedai-kedai kopi milik orang Aceh. Tetapi itulah cara Singapura, menjual hal sederhana untuk menarik perhatian wisatawan. Bugis Street merupakan destinasi wisata yang diminati oleh para turis. Jalan-jalan di depan Masjid Sultan, telah disulap menjadi tempat kuliner dan penjualan cenderamata yang tetap ramai hingga malam hari.

Teh tarik adalah minuman manis yang terbuat dari teh hitam dan susu kental manis. Minuman ini populer di Asia Tenggara, terutama di Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Disebut teh tarik karena cara pembuatannya yang “ditarik-tarik” (pulled). Teh dalam teko dituangkan ke dalam mug besar dengan jarak yang cukup jauh antara teko dan mugnya, kadang sampai satu meter.

Kebiasaan seperti itu sudah dilakukan sejak dulu kala oleh perajin teh di kedai India ketika membuat minuman teh tarik. Teh dan susu dituangkan melalui udara antara dua cangkir, terus-menerus sampai mencapai tekstur yang kaya dan berbusa.
Pembuat teh tarik yang terampil bagaikan seniman, tidak pernah menumpahkan setetes pun teh yang sedang dibuatnya. Lebih dari sekadar kecakapan memainkan pertunjukan dan tradisi, menuangkan teh tarik melalui udara bermaksud untuk mendinginkan teh dan menghasilkan lapisan berbusa di permukaan minuman.
Minuman ini banyak dijual oleh para orang Orang India di Malaysia dan Orang India di Singapura, sehingga minuman ini seperti menjadi minuman nasional negara tersebut. Di Indonesia, minuman ini dapat ditemukan di beberapa tempat di Indonesia, antara lain, di Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, dan Aceh — di Aceh disebut sebagai teh tarek.