Suasana teduh menyelimuti ketika ambulans yang membawa peti jenazah sastrawan Remy Sylado memasuki area TPU Menteng Pulo 3 Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2022) siang. Tiga mobil SUV berwarna hitam mengiringi dari belakang.Waktu menunjukkan pukul 12.10 WIB.
Setelah iring-iringan berhenti, peti jenazah berwarna putih diangkat oleh empat petugas dari Yayasan Elim. Peti bergambar Yesus dengan murid-muridnya dalam fragmen Perjamuan Terakhir, diletakkan di atas tanah yang sudah digali, di bawah tenda berukuran 4 X 4 meter.
Musim hujan yang membuat udara selalu mendung di siang hari, dalam beberapa bulan terakhir ini, membuat udara tidak panas. Bahkan di pemakaman yang sangat terbuka.
Tidak lama kemudian, misa requiem — proses pemakaman secara gerejawi — yang dipimpin oleh Pastor Johanes Ismaranto dimulai. Dimulai dengan nyanyian lagu pembuka, yang diambil dari buku kuning halaman 120 dipandu oleh seorang perempuan.
Setelah itu pastor mulai menyampaikan khotbahnya. Pastor berbicara tentang kematian, yang akan menghampiri siapa saja.
“Bapak / Ibu sekalian, saudara kita Bapak Japi Tambayong atau yang terkenal dengan nama Remy Sylado, telah mengakhiri perjalanannya hidupnya. Ia menghadap Sang Penciptanya. Beliau dipanggil Allah, karena Allah mengasihinya. Marilah kita mengucapkan salam dan doa, semoga doa dan salam kita, mengungkapkan cinta, meringankan kita, dan meneguhkan iman kita. Kita berharap, akan berjumpa lagi dengan saudara kita ini, dalam keluarga abadi, di sorga.”
Setelah doa, nyanyian disampaikan, peti diturunkan ke liang lahat, diiringi ucapan “Salam Maria” berkali-kali. Kemudian keluarga diminta untuk mengambil tanah. Isteri almarhum, Ny. Emmy Louisa Tambayong, diberi kesempatan pertama untuk menaburkan tanah, kemudian diikuti oleh anggota keluarga yang lain.
Suasana pemakaman Remy Sylado kemarin, tidak diiringi oleh banyak orang. Yang hadir dalam pemakaman kemarin kebanyakan anggota keluarga dan kerabat almarhum, beberapa artis dan seniman, selebihnya sahabat almarhum dan wartawan, baik wartawan yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif lagi menjalankan profesinya.
Dari kalangan artis dan seniman nampak artis dan dosen Niniek L. Karim, lady rocker tahun 80-an Renny Djayoesman yang kini mengenakan hijab, Ketua PB Parfi Soultan Saladin dan produser film Firman Bintang.
Dari kalangan wartawan nampak H. Ilham Bintang, mantan wartawan Kompas Efix Mulyadi, Direktur Bentara Budaya Frans Sartono, Dosen IKJ Marsely Soemarno, wartawan film Yan Wijaya, Beni Benke dan Didang Prajasasmita, dan beberapa wartawan muda yang meliput proses pemakaman.
Upacara pemakaman itu dihadiri oleh kurang lebih 50 orang. Tidak banyak pesohor, seniman atau pejabat yang datang. Nama besar dan jasa almarhum terhadap dunia kesenian, sastra kebudayaan Indonesia, dan bahkan film Indonesia, tidak menggugah orang-orang terkenal maupun orang penting untuk datang. Bahkan wanita cantik yang pernah menemani almarhum ketika tinggal di Bogor, juga tidak kelihatan.
Mungkin saja banyak tokoh, seniman, pejabat publik yang sudah datang ke rumah duka, tetapi tidak datang ke pemakaman.
Tak tergantikan
Wartawan senior Ilham Bintang yang diberi kesempatan untuk memberikan sambutan mengatakan, Remy Sylado adalah sosok tak tergantikan. Seniman serba bisa.
“Dia merupakan ahli bahasa, wartawan hebat. Semua bidang kesenian dikuasai. Mulai dari teater, musik, melukis dan lain-lain. Cuma menari saja mungkin yang dia tidak bisa. Ternyata almarhum pernah bilamg, dia juga bisa menari,” papar Ilham.
Kemampuan berbahasa Remy Sylado luar biasa. Dia menguasai banyak bahasa di dunia termasuk bahasa yang jarang dikiasai orang lain.
“Dia pernah mengoreksi bahasa Bugis yang saya gunakan, sarebatang, artinya satu kandungan. Ternyata menurut beliau, yang benar serebatang. Bayangkan, kata yang bertahun-tahun kita gunakan, ternyata salah. Dikoreksi oleh beliau,” kata Ilham.
Remy Sylado bernama asli Japi (Jubal Anak Perang Immanuel) Panda Abdiel Tambajong lahir di Malino, Makassar, 12 Juli 1945, adalah seorang sastrawan, dosen, novelis, penulis, penyanyi, aktor dan mantan wartawan.
Meskipun lahir di Makassar, ia adalah keturunan Minahasa, Sulawesi Utara.
Kariernya berlangsung lebih dari lima dekade. Aktif berteater ketika tinggal di Bandung.
Sebagai aktor ia muncul di belasan film layar lebar dan merupakan salah satu aktor paling disegani di generasinya. Ia juga seorang penulis aktif yang beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar. Salah satu film populer yang pernah dibuat berdasarkan tulisannya adalah Ca-bau-kan (2002) dari novel berjudul sama Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa (1999).