Jakarta, Defacto – Bintang Timnas Indonesia tahun 80-an Noah Maryen menilai, sepakbola Indonesia tengah masuk di dalam kegelapan. Harapan bangsa Indonesia untuk melihat tim sepakbola nasional menjadi raja di Asia Tenggara, kembali gagal, setelah ditekuk Vietnam 0 – 1 di final Piala AFF U-23 di Gelora Bung Karno, Selasa (29/7/2025) kemarin.

“Jadi anak-anak muda yang kita harapkan dapat memperlihatkan permainan bermutu, menghibur, malah kelihatan tidak bisa apa-apa di lapangan. Jadi kemajuan yang dicapai sepakbola Indonesia di bawah kepemimpinan Erick Thohir apa? Kalau cuma mengandalkan pemain naturalisasi agar bisa berbicara di tingkat internasional, sampai kapan?” kata Noah, geram.
Noah menilai, masuknya Timnas U-23 di final Piala AFF yang baru lalu, lebih terkesan pada keberuntungan semata, bukan karena skill yang dimiliki.
“Kita cuma menang telak sama tim terlemah Brunei, dengan skor meyakinkan. Waktu lawan Filipina, menang karena lemparan dari jauh, waktu lawan Thailand hanya menang penalti. Itu pun terkesan karena nasib berpihak kepada kita. Waktu di final, lagi-lagi kita cuma mengandalkan lemparan ke dalam Kakang. Ini kita mau main sepakbola atau main bola basket?” papar Noah.
Noah melihat ketika melawan Vietnam, terlihat anak-anak Indonesia sangat lemah kemampuan dasar sepakbolanya. Hampir semua pemain tidak kreatif, sering salah umpan, tidak ada tembakan yang menyulitkan kiper lawan. Begitu ada peluang bagus, sudah di depan gawang atau berhadapan dengan penjaga gawang lawan, malah bingung.
“Kalau begitu kualitas pemain timnas, jangan harap sepakbola Indonesia akan berkembang ke depan,” kata pemain kelahiran Jayapura, 24 Oktober 1965 ini.
Selanjutnya, pemain yang pernah ditawari bergabung dengan klub elite Jerman Bayern Munchen ini, memaparkan, sudah begitu bobrok sepakbola Indonesia. Saat ini setiap klub Liga 1 boleh memiliki 11 pemain asing, dan 8 pemain asing sekaligus yang boleh turun. Akibatnya pemain lokal sulit untuk berkembang, karena memiliki sedikit kesempatan. Untuk posisi stiker, bahkan sulit sekali pemain lokal yang muncul.
Noah juga menyoroti lemahnya pembinaan dan kompetisi pemain usia muda di Indonesia yang membuat anak-anak berbakat sulit berkembang.
Sementara itu praktek suap dalam sepakbola Indonesia masih berlangsung. Terakhir menimpa pelatih Maluku United Imran Nahumarury dan Direktur Teknik Malut United Yeyen Tumena yang diberhentikan, karena dituding melakukan pelanggaran berat, seperti pemotongan gaji dan meminta uang kepada pemain agar dimainkan dalam pertandingan.
“Dari jaman saya aktif di sepakbola, soal suap, mafia bola tak pernah bisa ditangani. Makanya kalau Timnas kita seperti penampilan anak-anak U-23 kemarin, gak ada harapan sepakbola Indonesia bisa maju,” kata Noah mengakhiri perbincangan lewat telepon.
(hw)