Home / Esai

Senin, 8 Mei 2023 - 10:45 WIB

Mencari Calon Presiden untuk Indonesia

– Aroma Pilpres 2024 sudah semakin kuat. Tiga nama kemungkinan besar akan bersaing memperebutkan kursi presiden. Yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Ketiga nama itu dipastikan akan maju dalam kontestasi jika semua berjalan sesuai skenario, walau yang memenuhi syarat Presidential Threshold dan sudah aman, baru Ganjar Pranowo. Anies Baswedan dengan Koalisi 3 partai (Nasdem, Demokrat, dan PKS) masih belum 100 persen aman, karena dari ketiga partai pengusungnya, masih terus tarik menarik soal penentuan pendamping Anis.

Meski pun Koalisi menyerahkan sepenuhnya kepada Anies untuk memilih wakilnya sendiri, ternyata tidak mudah bagi Anies untuk menentukan bakal calon (balon) Cawapres pendampinya. Demokrat tetap ngotot memajukan Ketua Umumnya Agus Harymurti Yudhoyono (AHY) sebagai pendamping Anies. PKS yang merasa punya posisi menentukan dalam koalisi, dan sering gembar-gembor punya stok Wapres banyak, tentu tak mau begitu saja menyerahkan balon Cawapres kepada AHY. Itulah yang menyebabkan Koalisi Perubahan sampai hari ini belum memgumumkan nama Cawapres pendamping Anies. Padahal koalisi sudah mendeklarasikan Anies sejak 3 November 2022.

Anies yang diberi wewenang untuk menentukan Cawapresnya sendiri, juga tidak bisa mengambil keputusan. Tidak heran jika pengamat yang merasa serba bisa, Rocky Gerung, yang selama ini selalu menjagokan Anies, belakangan malah mengkritiknya, menyenut Anies juga seperti petugas partai.

Prabowo Subianto juga sudah menyatakan akan maju lagi dalam Pilpres 2024. Koalisi Gerindra dengan PKB, sudah cukup mengamankan langkah Prabowo untuk maju. Tetapi penetapan Prabowo sebagai Capres belum dideklarasikan.

Prabowo menolak jika ingin disandingkan dengan Ganjar Pranowo yang telah dideklarasilan oleh PDIP sebagai Capres. Prabowo merasa partainya sudah kuat untuk mengusungnya sebagai Capres. Lagipula, turunlah gengsi seorang Prabowo Subianto, mantan Danjen Kopasus, Pangkostrad, Menhankam dan Ketua Umum partai besar, jika hanya menjadi wakil petugas partai dalam Pilpres 2024.

Baca Juga  Sejak Januari 2022 Wisatawan Naik Hingga Seribu Persen

Sementara Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN dan PPP, seperti bingung untuk menentukan sikap. Dari ketiga partai itu tidak memiliki tokoh populer yang bisa dijagokan untuk menjadi Capres. Terakhir disebut-sebut KIB malah lonyot seperti akar aglonema terserang penyakit.

Jika nama-nama Capres sudah makin mengkristal, tidak demikian dengan posisi Cawapres. Sudah banyak nama yang digadang-gadang bakal menjadi Cawapres mendampingi ketiga Capres yang sudah hampir pasti bakal bertarung dalam Pilpres 2024 mendatang.

Nama-nama yang sudah masuk radar adalah AHY, Menkopolhukam Prof. Mohd. Mahfud MD, Menteri BUMN Erick Tohir, Menteri Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Mensos Tri Rismaharini (Risma) Menkeu Sri Mulyani, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Mantan Panglima TNI Andhika Perkasa, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Sutarto, hingga ke mantan Panglima TNI Andhika Perkasa. Tetapi bila mencermati pertemuan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dengan Menhan Prabowo Subianto, nama Susi juga layak dimasukan sebagai salah satu Kandidat Cawapres. Susi Pudjiastuti adalah salah satu tokoh yang cukup populer di mata masyarakat.

Bagi partai pengusung Capres, memilih Capres adalah sebuah seni tersendiri. Seni bagi partai politik bertujuan untuk memenangkan pertarungan, yang kadang melenceng dari ekspektasi publik. Basis massa pendukung tokoh yang akan dipilih untuk menjadi Cawapres harus kuat, bukan semata-mata kapasitas si tokoh. Itulah yang dilalakukan oleh partai pendukung Jokowi ketika memilih Ma’ruf Amin sebagai Wapres Jokowi pada Pemilu 2019.

Baca Juga  Departemen Sosial Lockdown 5 Hari

Saat itu Prabowo Subianto yang menjadi lawan Jokowi sangat kuat. Dukungan pemilih Islam yang anti Jokowi sejak Jokowi menjadi presiden, dan meninggalkan Ahok di Balaikota Jakarta, mengacam kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019. Juru strategi koalisi akhirnya memilih Ma”ruf Amin, Ketua MUI sebagai pendamping Jokowi, dengan harapan pandangan pemilih Islam terhadap Jokowi kembali. Strategi itu berhasil. Jokowi memenangkan Pilpres 2019. Sebelumnya Ma’ruf Amin bukan sosok yang diperhitungkan.

Pada Pilpres 2024 strategi itu nampaknya kembali akan dimainkan. Tokoh populer yang memiliki basis massa akan sangat dibutuhkan. Khofifah Indar Parawansa disebut-sebut punya dukungan kuat dari massa NU di Jatim, terutama dari kalangan perempuan. Ridwan Kamil sebagai orang Sunda memiliki dukungan kuat di Jawa Barat. Tri Rismaharini juga.

Akan tetapi bila hitung-hitungan matematis diutamakan, maka tokoh yang memiliki kualitas lebih baik akan ditinggalkan. Itu akan menjadi kerugian bagi Indonesia.

Beberapa calon lain juga memiliki nilai lebih tersendiri. Prof. Mahfud MD dikenal sebagai orang yang berani, jujur dan memiliki pengalaman yang lebih dari cukup sebagai pemimpin; Andika Perkasa memiliki dukungan dari kalangan tentara;

Susi Pudjiastuti juga dikenal sebagai tokoh yang berani dan jujur; Sri Mulyani berpengalaman mengelola keuangan negara dan dikenal secara internasional. Sandiaga Uno, Erick Tohir,  dan AHY sebagai pemimpin muda yang memiliki kelebihan tersendiri. Sandi dan Erick sukses sebagai pebisnis, AHY menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Cak Imin pernah berpengalaman sebagai menteri dan Ketua Umum Partai, tetapi konfliknya dengan keluarga Gus Dur, membuat Cak Imin memiliki cacat di mata kaum nahdliyin.

Baca Juga  PKS Bisa Membuat Cak Imin Menangis  dan AHY Tertawa Lagi?

Jika dikocok berdasarkan unggulan, Prof. Mahfud MD, Susi Pudjiastuti, Andika Perkasa dan Sri Mulyani mustinya berada di kelompok unggulan pertama, karena pengalaman, kematangan dan integritas mereka.

Tri Rismaharini, Khofifah Indar Parawansa dan Ridwan Kamil berada di unggulan kedua karena ketiganya pernah dan masih menjadi pemimpin daerah. Airlangga Sutarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar, bolehlah masuk di unggulan kedua.

Erick Tohir, Sandiaga Uno, dan AHY berada di unggulan ketiga. Sandi dan Erick sejauh hanya sukses sebagai pebisnis, tetapi belum menunjukan keberhasilan di bidang lain. Lagipula, kalau keduanya menjadi Wakil Presiden, pemerintah akan sulit menghindar dari pengaruh oligarki. AHY juga belum bisa membuktikan apa-apa. AHY mundur dari TNI, menjadi Ketua Umum Partai Demokrat hanya karena “warisan”.

Pilihan terbaik tentu pada unggulan pertama. Dari kermpat nama yang ada: Prof. Mahfud MD, Susi Pudjiastuti, Andika Perkasa dan Sri Mulyani, maka Prof. Mahfud adalah yang terbaik. Prof. Mahfud sejauh ini tidak memiliki kepentingan bisnis dengan pihak atau negara lain. Tekadnya untuk memperbaiki Indonesia dari aspek hukum sangat kuat, dan beliau sangat menguasai bidang itu.

Jika partai-partai atau koalisi partai pengusung Capres ingin memilih Capres untuk memperbaiki Indonesia ke depan, Prof. Mahfud MD adalah sosok yang paling pas. Rakyat juga tidak boleh lagi memilih pemimpin  karena melihat fisik, ikatan primordial atau emosi semata. Itu jika  benar-benar ingin melihat negara ini menjadi lebih baik ke depan. Sebuah negara demokratis, menempatkan hukum di atas kepentingan lain, memghormati kemajemukan, dan menghargai manusia karena prestasi dan kemampuannya. (hw)

Foto: Instagram Mahfud MD

Share :

Baca Juga

Esai

Ransom Ware, siapa berani lawan?

Esai

Apakah Jenderal Luhut Akan Bertempur di Dua Front Sekaligus?

Esai

Lagu adalah Doa
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (II):

Esai

Politik Hukum Anas Urbaningrum
Wagian Deep

Berita

Wawancanda Wagiman Deep: “Setuju Hukuman Diskon Rizieq Shihab Karena Beliyow itu Imam Jumbo Dunia”

Esai

Melawan Stroke

Esai

Food Estate, Makan Siang Gratis dan Alih Fungsi Lahan