Defacto – Ulos sendiri memiliki makna mendalam bagi masyakarat Batak. Ulos diumpamakan seperti rotan atau biasa disebut hotang dalam bahasa Batak. Rotan terkenal sebagai bahan pengikat yang sangat kuat. Karenanya ulos dilambangkan sebagai ikatan kasih sayang yang kuat dalam hubungan keluarga.
Boleh dibilang, ulos adalah salah satu tenunan tradisional yang banyak peminatnya, karena hampir semua orang Batak memakainya, terutama pada acara adat.
Di Medan terdapat sebuah galeri ulos yang cukup besar bernama Galeri Ulos Sianipar, yang bersiri sejak tahun 1992. Lokasinya berada di daerah Pasar Merah, Medan.
Di tempat ini selain menjadi pusat penjualan ulos, juga terdapat kegiatan penenunan oleh para pengrajin. Di rumah tenun terdapat kurang lebih 150 penenun yang setiap harinya memproduksi beragam jenis ulos. Tentunya rumah tenun ini dilengkapi dengan sejumlah alat tenun yang masih tradisional.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo berkesempatan untuk mengunjungi Galeri Ulos Sianipar. Ia sempat melihat-lihat proses penenunan ulos dan koleksi ulos yang sudah jadi, ditemani oleh pemiliknya, Robert Maruli Tua Sianipar.
Selain ulos, Galeri Ulos Sianipar juga menawarkan berbagai jenis kerajinan. Mulai dari kain ulos, songket, baju, tas, dompet, sandal, sepatu, pernak-pernik, hingga makanan ringan.
Sebelum meninggalkan gakeri, Wamenparekraf Angela pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membeli sejumlah kain ulos sebagai buah tangan.
Kedatangan Wamenparekraf ke galeri ini Kamis, (26/1/2023), sebagai upaya mendukung pelaku ekonomi kreatif Medan khususnya sub sektor kriya.
“Pemerintah perlu mendukung kegiatan ekomi kreatif seperti ini, agar terus bertumbuh dan dapat menampung tenaga kerja,” kata Angela. (*/hw)